hilir mudik datang dan berganti. bahkan, yang singgah lama sekalipun bukan berarti adalah rumah. tidak apa, setidaknya kita pernah menjadi tempat berbagi cerita yang paling nyaman. —Isha
—akhir pekan kali ini. aku gunakan untuk bertemu dengan, sahabatku. Kala.
ya, kurasa aku sudah siap menemuinya hari ini. untuk membicarakan langsung perihal isi surat. yang aku beri padanya sewaktu itu.
setelah membaca surat dariku, Kala jadi lebih sering melamun. lalu, sering sekali tersenyum simpul saat beremu denganku. entahlah aku tidak mengerti akan perubahannya, maka dari itu aku ingin menemuinya untuk memperjelas perihal yang satu ini.
"apa kau ada pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini? supaya, kita tidak terlalu lama disini," -ujarku membuka topik obrolan bersama Kala.
"tenang saja, tidak ada," -balasnya tersneyum simpul padaku.
"baiklah, kita langsung ke inti saja ya. kau sudah membaca surat dariku sewaktu itu, kan?," -tanyaku pada point inti perbincangan kami.
kulihat ia mengangguk sebagai balasan.
"baiklah kalau begitu. kau tidak marah padaku, Kala? aku yakin kau kecewa padaku. tidak apa kalau kau mau marah dan menjauhiku. tapi, jangan melupakanku ya?," -seruku bertubi padanya.
ia masih tenang, tak bergeming sama sekali.
"Kala?," -panggilku ke arahnya.
kuguncang sedikit bahu tegaknya. menyadarkan ia dari diamnya. bukannya menjawab, ia malah menatapku dalam dengar sedikit air mata menglir dipipi menuju rahang tegasnya.
"Kala, kau tidak apa? kenapa menangis?," -ucapku segara berpindah posisi duduk dari berhadapan menjadi disampingnya.
ia menggeleng pelan, lalu berdehem sebentar. menghapus jejak air matanya. kemudian, barulah ia berbicara padaku.
"apa aku terlihat menyedihkan?," -tanya Kala padaku.
aku hanya diam seribu bahasa, takut kalau ucapanku menyakiti perasaannya.
"kau diam saja, aku anggap jawabanmu iya. tujuh tahun aku berharap lebih padamu. apa itu waktu yang singkat? aku rasa ada yang berspekulasi singkat ataupun lama. tapi, bukan itu masalah utamanya. aku terlalu pengecut tidak mengungkapkan rasa suka padamu. sebab, kurasa aku tidak sendiri. maksudku, kau juga menaruh perasaan padaku. haha, bukankah aku terlalu percaya diri?," -ujar Kala bercerita.
"mungkin patah hati yang aku derita, tidak akan sedalam ini jika dari awal tau. hanya aku yang berharap lebih disini, aku minta maaf juga ya. sepertinya, telah menghantui hidupmu dengan berbagai teka-teki pasangan sewaktu itu. aku pernah bercerita bahwa sudah mempunyai pasangan padamu bukan? itu semua bohong, perempuan yang aku maksud adalah dirimu. yang jelas-jelas tidak menyukaiku lebih dari sahabat. bukankah itu memalukan?," -timpal Kala terus bercerita.
"Isha, jangan terus mengucap terima kasih dan maaf padaku. seharusnya, aku yang mengucap terima kasih pada Tuhan yang sudah mempertemukan kita. juga, kedua orang tua yang melahirkan serta mengurusmu. baiklah, aku rasa semua sudah jelas. tidak apa, biarlah aku bersedih. tenang saja aku tidak akan menjauhimu tapi, lambat laun tanpa kita sadari. kita berdua dipisahkan oleh kesibukan masing-masing kedepannya," -sambungnya tersenyum padaku.
"sudah sejauh ini kita terus bertahan, jangan jadikan hal seperti ini membuat dirimu merasa bersalah. kau tidak salah, memang aku yang bodoh terlalu berharap lebih padamu. tidak apa, Isha kau tetap yang terbaik setelah Tuhan, Ibu, dan mendiang Ayahku," -lanjut Kala menutup ceritanya.
aku segara mendekap Kala, memeluknya hangat. ejek saja aku bodoh tidak memihak atau memiliki perasaan yang sama dengannya. iya, salahkan saja aku tidak apa kok.
aku hanya ingin melihat sahabatku ini. bisa mendapat pasangan yang jauh lebih baik dariku. yang setimpal dengan dirinya.
kalian pikir aku senang? jelas tidak. aku juga bersedih sebab, aku mulai menyukai Kala. saat dia, mungkin berusaha untuk melupakanku.
tidak apa, kami setimpal. sama-sama merasakan sakitnya, akibat terlalu memaksakan persahabatan kami. menjadi alasan, untuk mengesampingkan kepentingan perasaan dan hati.
saling menyukai namun, rasa suka itu muncul dalam waktu yang berbeda. dan, disamakan oleh luka dalamnya. haha, menyedihkan.
"aku tidak tau mau berucap apalagi padamu. yang jelas, kita mulai semua dari awal lagi saja ya?," -tukasku padanya.
"jadi, kita selesai?," -tanggapnya padaku.
"maksudnya?," -tanyaku ke arahnya.
"iya, yang aku maksud. kita, selesai membahas perihal menyedihkan ini. kita, mulai semua dari awal. dengan tujuan bahagia adalah urusan masing-masing. bukan tugasku untuk membuatmu bahagia, begitupun sebaliknya. jadikanlah, Tuhan dan dirimu sebagai wujud kebahagiaanmu disini," -jelas Kala tersenyum mengusak pelan suraiku.
aku mengangguk menyetujui ucapannya. walau, tak kupingkiri rasanya perih dan sesak dihati. tapi, aku tidak boleh menangis.
bahagia jadi, urusan masing-masing. aku tidak mau merepotkan, Kala. untuk menghiburku saat menangis, biar kutahan sebentar dan kuluapkan sendirinya nanti.
"terima kasih," -ucap kami bersamaan.
menutup berbagai kisah yang kami torehkan selama berada, dikota Jogja ini. ditambah warna-warni romansa sekolah menengah atas dulu. susah, senang, sedih, tawa, pahit, dan manis kami lalui bersama.
satu pekan kedepan kami akan lulus. dari universitas, tempat melanjutkan pendidikan diperantauan ini. tak terasa bukan?
memang waktu berjalan sangat cepat atau mungkin terlalu cepat. buktinya banyak hal berubah selama ini. tak sedikit juga orang yang aku sayangi, pergi untuk waktu yang lama tak dapat kujumpai langsung seperti dulu lagi.
yasudahlah, sebagai manusia hanya bisa menjalaninya saja. susah, senang adalah hal yang biasa. kalau lelah, ya istirahat saja jangan menyerah.
end.
KAMU SEDANG MEMBACA
monochrome ( hwangshin )
Fanfic(baku) ❝Kita bentuk nyata perihal singgah, yang tak sungguh.❞ (started 07/07/2021 , end 30/12/2021) -pict & gif source, pinterest. /©️ameriicaneo