x. renjana

121 37 9
                                    

bagian terbaiknya adalah saat aku bertemu denganmu. tapi, tidak semua cerita yang dirangkai. akan berakhir bahagia bukan? —Kala

—untuk Isha, apa kau masih mengingatku? aku rindu dirimu yang dulu. tulisku dihalaman ketiga buku buatanku. yang biasa aku jadikan halaman coretan perihal perasaanku yang terpendam.

entah ini sudah goresan halaman yang keberapa. yang jelas sudah hampir lima buku kecil aku habiskan. menjadi tempat menumpahkan isi pikiran dan perasaanku.

melankolis dan kuno. tapi, beginilah cara yang aku gunakan. setiap merindukan sahabat lamaku, Isha.

aku buka lembaran buku itu lagi. kulanjutkan menulis akan kerinduanku pada sosok Isha yang dulu. ceria, mudah sekali tertawa, ramah, hangat, dan baik hati.

agak berbeda dengan sekarang. muram, senang menyendiri, sedikit egois, sisi hangatnya berubah jadi dingin. setidaknya, ia tetap sopan dan baik hati terhadap orang lain.

kurasa sarkas adalah sifat barunya sekarang. apa ini pengaruh dari proses pendewasaan? kalau iya. maka, aku tidak akan mengizinkan Isha tumbuh dewasa.

aku bukan orang tuanya. bukan pula Kakaknya. tidak juga sebagai bagian keluarganya, hanya sahabat.

tapi, rasa ingin melindungi Isha sangat besar didalam diriku. katakan ini berlebihan tapi, begitulah adanya. teruntuk Isha, aku masih menunggumu yang dulu disini.

laman ke-3

Isha, aku tau berteman denganmu memang pilihanku. aku harap kau pun begitu. tapi, mencintaimu diluar kendali diriku. nyatanya kemarin saat kau mengabarkan perihal. hari jadi, dengan pasanganmu padaku. balasan, "aku bahagia kalau, kamu bahagia." itu bohong, bagai dilempari batu berapi perih sekali. hiperbola tapi, memang begitu adanya. tidak apa setidaknya aku adalah rumah untukmu. sebahagia apapun kamu bersamanya, aku akan siap menjadi pelipur lara tempatmu pulang nanti.

—Kala

kututup kembali lembaran kertas putih gading, berisi curahan hatiku beberapa tahun belakangan ini. tersenyum kecil melihat sampul buku. kusimpan didalam pouch tempat alat tulis yang biasa aku bawa pergi kuliah.

aku dan Isha, bagai renjana dengan semenjana. aku sungguh-sungguh menyukainya. juga, punya keinginan mengubah status kami dari sahabat menjadi pasangan kekasih.

sedang dirinya kurasa tidak atau mungkin belum merasakan hal yang sama denganku. ibaratnya dia bersikap semua biasa-biasa saja. menganggap memang aku sahabatnya, tidak akan lebih dari itu.

jadi, lebih baik aku berisitirahat guna menunggumu. atau memutus harapan, dan berhenti berlari sekarang juga? kalau nanti aku berhenti, tolong jangan mengejarku ya.

...

+noted
Renjana, juga sering disebut sebagai 'passion' atau keinginan kuat untuk melakukan sesuatu.
Semenjana, adalah sebuah kata sifat yang berarti menengah, sedang, atau biasa-biasa saja.

tbc,

monochrome ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang