Desas-desus Harry Potter manjadi juara turnamen sangat cepat memenuhi seluruh penjuru Hogwarts, hanya Zenie kah yang tidak tau atau tidak peduli lebih tepatnya?
Instingnya tidak pernah salah beberapa tahun terakhir dan insting itulah yang kini membawanya melangkah menuju kantor guru baru mereka, Profesor Alastor Moody, palsu?
Tangannya menggenggam jubah Gryffindor milik Ron yang belum sempat dia kembalikan, lebih tepatnya menutupi agar tidak kelihatan Gryffindornya.
Ketika sampai di depan pintunya dia mengetuk pelan dan perlahan kemudian muncullah sosok yang dia cari.
"Aku tidak akan datang kalau tidak penting," kata Zenie dengan wajah tak berekspresi yang sudah melekat sejak dia mengetahui rahasia di balik semua yang terjadi di tahun ini.
"Baiklah, masuk," katanya. Lalu ketika Zenie masuk, pintu ditutup dengan keras dan mantra peredam suara dia lontarkan. Mereka duduk di kursi yang dekat dengan peti.
"Seperti kata Lucius, kau lebih cantik dari yang dibayangkan. Apa yang kau ketahui soal ini?" dia menunjuk gambar Harry Potter yang bergerak. Zenie menoleh ke sekeliling ruangan dan tidak mendapati satu lukisanpun ada disana, cerdas sekali orang ini.
"Lordy Voldy akan dibangkitkan tahun ini, kan? Dengan darah Harry Potter," kata Zenie bicara, dahi Alastor palsu berkerut mendengar nama sebutan yang Zenie berikan.
Zenie memutar matanya malas saat sadar lawan bicaranya butuh penjelasan soal panggilan aneh itu, "Dia mengizinkanku memanggilnya begitu, tahun 1992 di Chamber of Secret. Dalam wujud Horcrux," kata Zenie dan akhirnya penyihir di depannya ini mengangguk paham.
"Apalagi yang kau tau?" tanyanya antusias, Zenie menghela nafas. Kalau saja ini bisa dia hindari.
"Anda yang memasukkan nama Harry Potter dengan mantra confundus yang sangat kuat. Anda yang akan mengatur jalan turnamennya, dan Anda yang akan membawa Harry Potter ke tempat pemakaman itu," jelas Zenie. Alastor palsu itu mengangguk-angguk dengan senyum bangganya.
"Aku tidak tau rahasianya bocor sebanyak ini," katanya sambil tertawa mengenaskan. Zenie memandangnya mendelik, memang aneh para Death Eater itu.
"Old magic, instingku membuatku tau apa yang sebenarnya terjadi dan yang akan terjadi," kata Zenie sedikit sombong. Dia tidak mungkin tidak memamerkan kehebatannya itu di pelayan setia Voldemort yang baru lolos dari Azkaban ini.
"Jadi kau tau siapa aku?" tanyanya. Pandangan Zenie tertuju pada peti yang beberapa waktu sempat bergerak, lalu berpindah ke koleksi ramuan aneh di sebuah kotak.
"Mister Barty Crouch jr, menggunakan ramuan Polyjuice dan yang mencuri persediaan Profesor Snape," kata Zenie mengungkapkan. Alastor palsu itu kemudian mengangguk paham.
"Baiklah, jadi ini alasan kenapa putri terakhir keluarga Malfoy begitu dipuji. Dan kau tau kalau Dark Lord menginginkan keberadaanmu ketika dia bangkit nanti?" tanya Barty. Zenie mengerutkan dahinya, dia tidak mendapatkan informasi soal itu.
"Iyakah?" kagetnya, Zenie memandang wajah Alastor yang mulai menunjukkan sifat asli Barty Crouch dan dia meneguk ramuan polyjuice tepat di depannya Zenie, membuat gadis itu memandangnya jijik, dia lalu bangkit dan melangkah ke arah pintu, menoleh ke arah Alastor palsu,"bilang saja aku tidak datang. Aku tidak mau dijuluki Death Eater sejak kecil."
"Dan kau tau soal pemakaman?" pertanyaan itu mencegah Zenie untuk membuka pintunya. Dia berbalik.
"Ada tulang ayahnya, dan sihir Lily Potter tidak akan berlaku kalau Harry tidak di dekat saudara kandung Ibunya dan kalau dia tidak di Hogwarts," kata Zenie kemudian dia menghilangkan mantra peredam itu lalu membuka pengunci pintunya.
Dia melangkahkan kakinya menuju Greathall, beberapa masih kosong. Zenie duduk di kursi asramanya, meletakkan jubah Ron di sampingnya dan menikmati sarapan dengan santai sambil menatap lurus ke arah di mana Ronald Weasley sedang makan.
"Zenie," Dia menoleh kepada Draco yang menunjukkan ekspresi kerinduan. Kakaknya itu tiba-tiba duduk di sampingnya sementara Zenie yang cekatan langsung memindahkan jubah Gryffindornya Ron.
"Apa itu?" tanyanya penasaran, setelah diliriknya cukup lama barulah dia sadar, "... milik Gryffindor," kata Draco bersikap biasa lalu kemudian dahinya mengerut.
"Anak Gryffindor, siapa?!" tanyanya agak keras. Zenie dapat melihat bagaimana beberapa anak menoleh menatap Malfoy bersaudara ini. Zenie cuma tersenyum pahit lalu menyuapkan sesuatu pada kakaknya itu.
"Kakaknya Lily Weasley," bisik Zenie di telinganya. Draco mengangguk tapi tampang berpikirnya muncul lagi, tapi akhirnya dia mengabaikan itu. Zenie ingin tertawa sebenarnya tapi Draco bukan penebak yang cukup handal.
"Lihat nanti siapa yang datang denganmu ke pesta dansa natal," kata Draco sambil menggigit roti panggangnya, "bukan Zachary itu pasti."
Saat itu juga pandangan Zenie tertuju ke meja Ravenclaw, terlalu jauhkah dia menjauhnya? Saat dia menemukan Zack dia menemukan mata itu juga tertuju padanya. Dan Zack dengan buku tebal di depannya tersenyum. Zenie cuma membalasnya dengan senyum tipis.
"Aku belum dengar berita kapan Zenie putus dengan Half-blood tampan itu," kata Astoria bergabung. Zenie melanjutkan makan buburnya dan kemudian datang lebih banyak anak Slytherin yang bergabung mengobrol.
"Dia tertampan di angkatan kalian?" tanya Warrington. Teman Draco di tim Quidditch, menoleh menatap anak laki-laki yang lagi belajar itu.
"Bukan. Zack yang terpintar, Wezen yang tertampan," kata Astoria menanggapi membuat Wezen yang disebut tiba-tiba menoleh dengan tatapan aneh.
"Sudahlah, anak kecil tidak boleh berpacaran," kata Prefect asrama mereka dan diangguki beberapa. Obrolan masih berlanjut dan ini kali pertamanya asrama Slytherin merayakan kebersamaan mereka.
Setelah selesai, banyak dari mereka masih mengobrol sementara Zenie sudah bersiap pergi dengan jubah Gryffindor itu, dia melangkah ke meja Ron.
"Weasley, aku ingin bicara padamu sebentar," kata Zenie lalu dia keluar Greathall sambil melirik ke arah anak Slytherin yang beruntungnya tidak terlalu penasaran dengan jubah itu.
Beberapa menit kemudian Ron muncul dengan wajah tidak cerianya, Zenie memberikan jubah itu dan Ron langsung menerimanya, "Kau kenapa?" tanya Zenie. Sebelum dia melihat Seamus Finnigan menepuk bahunya Ron seakan memberi semangat.
"Tidak ada," balasnya berbohong, memakai jubahnya asal.
"Sebenarnya kalau disuruh memilih aku tidak akan memilih Harry Potter instead of choosing you," kata Zenie ketika keduanya berjalan beriringan melewati koridor. Tau kan, mereka sekarang terlalu fokus di turnamen jadi tidak akan ada yang sadar kalau Zenie Malfoy bersama Ronald Weasley.
"Kenapa?" tanya Ron penasaran.
"Karena kakakku tidak menyukainya," kata Zenie. Ron mengernyit, menatap wajah adik Draco yang menunjukkan senyum tak biasa itu.
"Kan, dia juga-" belum sempat Ron menyelesaikan kalimatnya tapi Zenie membuatnya terdiam.
"Tidak. Dia tidak akan melakukannya setelah ini," kata Zenie. Canggung di antara mereka dan keduanya cuma berjalan berkeliling. Sampai Lily, adiknya Ron memanggil.
___________________________________________
Next ?
—
——————————————————
[•NEWS]Expelliarmus
Type: Charm
Pronunciation: ex-PELL-ee-ARE-muss
Description: Forces whatever an opponent is holding to fly out of their hand. It was considered to be Harry Potter's signature spell.
Seen/Mentioned: Used by Severus Snape on Gilderoy Lockhart during a live duelling demonstration during the first and last meeting of the Duelling Club in 1992.
Etymology: Probably a combination of Latin expello, meaning "expel", and arma, meaning "weapon".
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Her Heart
Fanfiction'Cause you have to choose your own queen, Ronald (Zenith Livia Malfoy) Then what if my choice is you? (Ronald Billius Weasley) -KING OF HER HEART- Story of Malfoy and Weasley ____________________________________________________ [Note : Short Story] ...