[•] Circumrota [•]

317 41 7
                                    

3 years later ...

"Dan aku masih bingung kenapa anak-anakku dapat dikalahkan oleh mereka yang tidak berdarah murni," Lucius lagi-lagi membahas soal ujian akhir tahun Draco dan Zenie yang memang tahun kemarin mereka kalah beberapa poin dan hanya menempati tempat kedua.

"Draco dan Zenie cuma mundur beberapa poin, Lucius, mereka tidak benar-benar kalah," kata Cissy. Mencoba membuat keduanya tidak merasa tertekan.

"Lagipula si Zachary Mather itu cuma menang satu poin di atasku," Zenie berbicara akhirnya. Dan dia memilih berjalan di belakang sendiri tanpa mau memandang wajah ayahnya lagi.

"Itu karena kesalahanmu memulai hubungan dengannya," kata-kata Lucius itu rasanya adalah satu hal yang tidak pernah Zenie harapkan terucap dari ayahnya, "—apa untungnya punya circle penyihir tidak berdarah murni."

Zenie menghentikan langkahnya. Membiarkan ketiga keluarganya itu berjalan lebih dulu, semenjak kepulangannya dari tahun pertama ayahnya benar-benar berubah. Tidak pernah menyayanginya seperti dulu lagi dan yang terpenting adalah selalu mengungkit kesalahannya berteman dengan Zachary Mather.

"Zenie!" tepukan di bahunya itu membuatnya menoleh. Yah, siapa lagi yang akan menemukannya kalau bukan Wezen, "—kenapa lagi? Paman Lucius memarahimu?" tanyanya. Zenie malah menggeleng dan berjalan cepat mendahului sepupunya yang selalu sendirian itu.

Mereka berdua menyusul di tribun, Lucius bertemu dengan Fudge. Sementara di dekat Fudge ada keluarga Weasley, Hermione dan Zachary. Zenie buru-buru mengalihkan pandangannya ketika tatapan mereka bertemu dan berlagak seolah dia tidak membutuhkan anak laki-laki itu lagi. Padahal Zack ingin sekali membicarakan soal ujian tahun lalu dan bertanya kenapa suratnya tidak pernah dibalas.

"Apa kabar? Kurasa kau belum pernah bertemu istriku, Narcissa? Begitu juga anak kami, Draco? Zenith? Dan keponakanku Wezen."

"Halo, halo," sapa Fudge, tersenyum dan membungkuk kepada Cissy. "Dan izinkan aku memperkenalkan kalian kepada Mr Oblansk—Obalonsk—Mr— yah, beliau Menteri Sihir Bulgaria, dan tak mengerti sepatah kata pun yang kukatakan, jadi biar saja."

"zdraveĭ, kazvam se Zen Malfoy," Zenie mencairkan suasana, mengulurkan tangannya dan Mr Obalonks membalasnya dengan senang hati.

"Radvam se da se zapoznaem tuk, tolkova si krasiva i umna," Dia membalas uluran tangan Zenie dan senang karena baru Zenie yang mengajaknya berbicara.

"O blagodarya," Zenie tersenyum sebelum Wezen memotong pembicaraan mereka, "Az sŭm nein bratovched, Wezen," katanya.

"Sudah-sudah, cuma kalian yang paham apa yang dia bilang. Ngomong-ngomong Mr. Malfoy, putrimu cerdas sekali," kata Fudge sambil memandangnya takjub. Lucius mengangguk dengan senyum bangganya mengelus puncak kepala Zenie, dengan menyombongkan diri di depan keluarga Weasley, "Baiklah, dan, siapa lagi, ya... kau sudah kenal Arthur Weasley, kan?"

Suasana mendadak tegang. Arthur dan Lucius saling pandang dan Zenie masih
ingat jelas terakhir kalinya mereka berhadapan di toko buku Flourish and Blotts. Mata dingin Lucius yang abu-abu menyapu Arthur dan kemudian sepanjang deret pertama.

"Astaga, Arthur," katanya pelan. "Jual apa kau sampai bisa beli tiket Boks Utama? Jelas rumahmu pun tak akan laku semahal ini?"

King Of Her HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang