Chapter 6

212 31 6
                                    

Author POV

Dua tahun sudah Levi dan Tara pindah dan kini mereka sudah kelas tiga SMP. Levi sekarang makin dekat dengan teman temanya. Tapi walau begitu, yang ia sangat merindukan temannya Eren. Entah sudah seperti apa Eren sekarang ia pun tak tau. Pasti dia sudah tumbuh seperti Levi.

"Hei Levi." Levi menghentikan lamunannya saat gadis disampingnya memanggil namanya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Tara.

"Dasar kepo."

"Pasti tentang Eren." Jawaban tersebut membuat Levi langsung menoleh ke arah Tara.

"Tau dari mana?"

"Tuh kan bener. Kau benar benar ingin kembali ya?"

"Iya...tapi..."

"Kau tak mau meninggalkan Isabel dan Farlan?" Levi mengangguk membuat Tara menghela nafas.

"Dengar, mereka berdua mengatakan padaku nanti ingin masuk kuliah ditempat yang sama denganmu. Jadi nanti mereka akan bertemu denganmu lagi."

"Bagaimana kau bisa tau?"

"Mereka yang bilang."

"Kenapa ga pas SMA aja?"

"Aku yakin kau pasti akan loncat kelas lagi dan masuk kuliah lebih cepat dari mereka. Lagi pula pilihan SMA disini banyak. Mereka pasti akan tetap disini saat SMA."

"Kau benar. Selain itu, bagaimana kau tau aku akan loncat kelas?"

"Yakin aja. Lagian nanti aku ikut juga. Mau loncat ke kelas berapa?"

"Nanti pas semester dua aku mau masuk SMA. Terus nanti pas kelas dua SMA aku mau loncat ke kelas tiga." Ucap Levi membuat Tara melongo.

"Ajarin gue."

"Ajarin apa?"

"Ajarin gue belajar. Biar nanti gue tetep ngikut sama lu."

"Lu beneran mau ngikut gue?"

"Beneran lah!"

"Yakin?"

"Hah? Emang napa?"

"Itu...cowok yang selalu ngekorin elu kemana mana."

"Perasaan ga ada deh. Yang kayak gitu kan elo. Kak Eren yang biasa ngekorin elu." Levi yang mendengarnya hanya menghela nafas.

"Itu loh, mantan ketua OSIS! Kak Vincent. Kan dia biasa ngekorin elu."

"Ohh...dia....dia kan dah tamat dua tahun lalu."

"Lu sadar ga kalau dia sering kesini buat nemuin elu." Tara mengangguk.

"Lalu?"

"Ya Tuhan, ampunilah segala dosa dan kesalahannya! Kenapa dia bisa sebodoh ini ya Tuhan!" Kata Levi mendramatisir.

"Kak, lu ikut club teater ya?"

"Enggak."

"Lalu kok bisa gitu?"

"Gitu apanya? Orang disekitar lu juga sering kayak gitu pas ngehadepin kegoblokan lu."

"Oh."

"Oh doang?"

"Jadi mau apalagi?"

"Ga ada sih. Pulang sekolah nanti kerumah gue. Kita belajar."

"Sip. Ada makanan ga?"

"Makanan aja yang lu pikirin."

*******

Dua bulan berlalu dan kini Tara juga Levi giat belajar agar memenuhi impian mereka untuk naik kelas. Kini mereka sedang belajar bersama dirumah Levi ditemani oleh tiga orang tambahan. Tiga orang tersebut tak lain adalah Farlan, Isabel, dan buk (Y/N) yang membantu mereka belajar.

"Levi...capek...makan dulu yuk!" Ujar Isabel pada mereka semua. Tara langsung mengangguk cepat.

"Udah waktunya makan. Jangan sampe karna belajar lu malah lupa makan lev. Yang ada nanti lu sakit pas ujian." Ucapan Tara diangguki sang guru. Akhirnya Levi menyerah dan makan bersama mereka.

"Ibuk~" panggil Tara membuat sang guru menoleh.

"Mau tanya dong."

"Kalau mau nanya bocoran soal ujian ga akan ibu kasi tau."

"Piktor ya buk, piktor. Cuman mau nanya aja. Gimana bisa ibuk ngajar di SMP kami? Padahal ibu duku guru SD."

"Hah? Beneran?" Tanya Farlan diangguki oleh Levi.

"Keajaiban nak."

"Jawab jangan setengah-setengah napa buk."– Isabel

"Dulu ibu kerja disekolah swasta. Dan sekolah itu milik saudara ibu. Jadi asal udah ada pengganti, ibu bisa langsung keluar dari sana."– bu (Y/N)

"Begono toh. Btw buk, umur ibu berapa?"– Tara

"Tara, tak sopan menanyakan umur seorang wanita."– bu (Y/N)

"Jangan banyak alesan deh buk. Tinggal jawab juga." Ucap Tara menatap sang guru datar.

"Umur ibuk dua puluh tujuh. Udah punya pasangan."– bu (Y/N)

"Gue ga nanya tentang pasangan sumpah." Gumam Tara menatap sang guru datar.

"Berarti ibu masih muda banget dong pas ngajar kita."– Levi

"Iya."

"Kok bisa muda banget?"– Isabel

"Pas sekolah dulu ibu sering loncat kelas. Jadi ya gitu." Murid mereka hanya mengangguk angguk.

"Ngomong ngomong Levi," ucapan sang guru membuat Levi menatapnya.

'Astaga, maafkan aku suamiku. Aku oleng sesaat.' batin sang guru.

"Kamu serius mau loncat kelas lagi?" Tanya sang guru setelah memenangkan diri.

"Serius buk."

"Jadi kau beneran mau ninggalin kami?"– Farlan

"Ga gitu. Semakin lama aku sekolah makin banyak biaya yang keluar. Nanti aku ngerepotin mama." Mendengarnya, yang lain hanya mengangguk-angguk.

"Kalau gitu aku mau loncat kelas juga lah!" Kata Isabel riang membuat Farlan menatapnya.

"Emang sanggup?" Tanya Farlan membuat Isabel nyengir.

"Ga tau. Dicoba dulu."

"Ga niat lu." Ucap Farlan membuat mereka terkekeh.

"Yaudah, karena ada urusan ibu mau pergi dulu ya." Ucap sang guru saat mereka mulai berhenti tertawa. Mereka semua mengangguk dan Tara menawarkan diri untuk mengantarkan sang guru hingga ke pintu depan.

Saat hanya ada mereka berdua disana, Tara mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya.

"Sesuai perjanjian, satu juta." Wanita dihadapan Tara mengambil uang tersebut dan mengangguk-angguk.

"Bantu kami untuk loncat kelas. Pahami juga pelajaran anak SMA nanti, karena nanti aku akan memanggilmu lagi. Itu semua tak sulit bagimu bukan?" Sang guru tersenyum.

"Apakah aku harus mengajar kedua anak itu juga?" Tanya sang guru mengarah ke Isabel dan Farlan.

"Tak sekarang. Nanti." Jawab Tara.

"Lihatlah nak, kau pintar, punya uang, kenapa mesti menyewa guru untuk belajar?"

"Bukankah untung juga bagimu untuk melihat Levi?" Tanya Tara sinis sementara sang guru terkekeh.

"Kau benar. Jaga dia. Baiklah, aku permisi." Tanpa mengatakan apapun Tara langsung kembali memasuki rumah.

"Jaga dia...." Gumam Tara.

"Oi tar! Lama amat! Ayo lanjut!" Terdengar suara gadis dari dalam rumah.

"Iya!" Tara melangkahkan kakinya dan kembali ke tempat mereka tadi belajar

"Yuk, lanjut belajarnya." Ucapnya sambil tersenyum manis.





TBC
Maaf typo:)
Votmen!

Remember Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang