Chapter 5

175 33 4
                                    

Author POV

Tiga bulan sejak itu dan kini Tara dan Levi sudah memiliki teman. Siapa lagi kalau bukan Farlan dan Isabel. Kini mereka sedang berada dikantin sekolah bersama sang wali kelas.

"Ah, Levi, bagaimana kabarmu?" Tanya sang guru.

"Baik buk." Jawab Levi ramah sementara Tara yang berada disampingnya menatap sang guru dihadapannya lekat lekat.

"Tara, ada apa ya sampai natapin ibu segitunya?"

"Begini buk...." Hawa mulai serius. Farlan dan Isabel pun meneguk ludah kasar. Bersiap mendengar perkataan sang teman.

"Apa ya nak?"

"Jadi gini...ibuk kan duduk sama kita...." Sang guru mengangguk.

"Lalu?"

"Traktir lah buk! Apalagi?! Liat nih, Levi-chan udah kelaparan!" Ujar Tara sambil mencubit kedua pipi Levi membuat Farlan dan isabel tertawa.

"Lepas!" Levi melepas tangan Tara dan memegang pipinya yang kini memerah.

"Liat buk. Kawaii kan? Sekarang beri Tara duit! Mau beli kuota. Jarang jarang bisa ngeliat pemandangan begini!" Sang guru menghela nafas san memberi muridnya tersebut uang dua puluh ribu.

"Tujuanmu sekolah itu belajar apa malak guru sih?" Tanya sang guru yang kini mengelap darah dari hidungnya. Bisa ditebak ia mimisan karena apa.

"Belajar sih buk. Tapi kalau ada gratisan ga boleh ditolak. Yaudah Tara mau beli kouta. Makasih ya kak Levi!" Tara mengecup pipi yang masih merah itu dan pergi.

"Hei! Mau beli kuota dimana?!" Tanya Farlan saat Tara mulai menjauh.

"Dikonter lah!"

"Ga ada konter disekolah!" Teriak Isabel.

"Gue kan beli diluar sekolah! Bye!" Dan setelahnya Tara benar benar hilang dari pandangan mereka.

"Maaf ya buk. Tara emang gitu." Ucap Levi pada sang guru.

"Gapapa, ibuk tau kok. Dia kan emang maniak duit dan kuota." Ucap bu (Y/N)

"Lebih tepatnya suka yang gratisan buk." Ucap Isabel membenarkan.

"Hooh. Asal Levi buat kue pasti dia minta. Apalagi kalau yang coklat." Sambung Farlan.

"Bukannya kalian baru kenal tiga bulan ya?" Tanya sang guru.

"Iya buk." Jawab Levi.

"Kok bisa tau perilaku masing masing?" Tanya sang guru lagi. Mereka hanya saling pandang dan tak tau hanya menjawab apa. Sementara itu, Tara kini sudah berada diluar bangunan. Saat ia mau keluar pagar, ia dihentikan seseorang.

"Mau kemana?" Tanya orang tersebut padanya.

"Keluar lah. Kemana lagi. Oh, elu yang nabrak gue kemarin kan? Lutut gue masih sakit gara gara lu! Gendong!"

"Enak aja. Ga sudi. Udah tiga bulan mana mungkin masih sakit."

"Terserah. Minggir, gue mau lewat."

"Lu mau ngapain keluar?"

"Beli kuota."

"Dilarang keluar area sekolah jika tak berkepentingan. Balik sana."

"Lu guru? Atau emak gue? Kok ngatur banget."

"Gue OSIS."

"Oh, OSIS. Bukan emak kok. Minggir sana."

"Ga boleh pulang sekolah nanti beli kan bisa."

"Ga mau! Nanti gue keburu telat!"

"Telat apaan sih! Balik sana!"

"Setidaknya kalau lu ga ngasi gue beli kouta, hospotin gue kek! Gue mau liat gambarnya."

"Murid kelas satu dilarang membawa HP."

"Emang lu kelas berapa?"

"Vincent Overland kelas tiga. Ketua OSIS."

"Gue ga nanya nama lu. Ku kan dah kelas tiga. Pasti bawa HP lah."

"Gue bawa. Maksud gue elu yang ga boleh bawa." Pria tersebut langsung menarik ponsel yang berada digenggaman sang gadis.

"Woi! Balikin! WOI!" Tara berusaha merebut ponselnya dan ga berhasil. Ia malah jatuh tersungkur karenanya.

"Baiklah, mari kita lihat isi HP mu..." Sang OSIS membuka ponsel tersebut yang ternyata tak dikunci. Ia membuka galeri tapi tak menemukan satu pun foto sang gadis disana.

"Lu punya HP tapi ga pernah sekalipun selfie. Ini HP baru atau gimana?" Vincent membuka folder HP dan tetap tak menemukan gambar apapun.

"Nih. Percuma. Ga ada isinya." Vincent mengembalikan ponsel sang gadis yang kini sumringah.

"Ini namanya pelanggaran privasi. Harusnya lu gue hukum. Jadi hukumannya lu hospotin gue."

"Terserah. Yuk ikut."

"Kemana?"

"Ruang OSIS."

"Biar apa gitu?"

"Biar gue tau apa yang mau lu liat."

"Kek ga enak perasaanku. Ga suka aku diawasin gitu."

"Mau hospot ga?"

"Ya mau." Akhirnya Tara main HP diruang OSIS yabg suuuuuupeeeer! Nyaman! Ada karpet bersih, ada sofa, bantal dan guling juga ada. Alhasil dia tiduran di sofa panjang sambil meluk guling dan main HP.

"Yosh! Saatnya DJ!"

"Dasar perempuan ga bener. Nge-dj disekolah."

"Emang lu tau DJ apa?"

"Diskoan kan?"

"Otaknya nyeleneh. Sini liat." Vincent mendekati Tara dan melihat sesuatu yang ada diponsel gadis tersebut.

"Anjir sesat! Anak anak ga boleh liat yang begituan!" Vincent menggeplak Tara hingga membuatnya meringis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anjir sesat! Anak anak ga boleh liat yang begituan!" Vincent menggeplak Tara hingga membuatnya meringis.

"Sakit...salahnya apa sih?!"

"Masih dibawah umur! Lu ga liat iu tulisannya R18!"

"Kagak! Anak SMP aja bisa coli kenapa gue ga bisa buka beginian!" Teriak Tara pada Vincent yang lanjut membaca komik (menurutnya) tersebut.

"What the fuck! Cowok sama cowok!"

"Kagak! Cewek sama cewek! Udah balikin!" Tara berhasil merebut ponselnya dan lanjut membaca sementara Vincent masih mematung dan menatapnya horor. Begitu terus sampai jam sekolah selesai. Yang ga mereka sadari adalah mereka bolos jam pelajaran terakhir.

Akhirnya saat bel pulang berbunyi, Tara keluar ruangan meninggalkan Vincent yang masih bengong disana.

"Woi!" Panggil Tara pada teman temannya yang kini membawa tasnya.

"Lu kemana aja? Tanya Levi memberikan tas gadis tersebut.

"Main main."

"Bukannya tadi mau beli kouta?"

"Ga jadi. Ini mau beli. Yuk pulang!" Tara mengajak teman-temannya pulang tak menyadari ada yang menatapnya dari jauh.

"Cewek sesat." Ucap orang tersebut yang tak lain adalah Vincent.






TBC
Maaf typo:)
Votmen!

Remember Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang