3

107 5 0
                                    

Semenjak mengenal Lily, Alvaro jadi lebih sering bolak-balik ke Paris untuk menemui gadis itu.

Seperti saat ini, karena mereka yang sama-sama menyukai karya seni jadilah Alvaro sering mengajaknya kencan berkedok mengunjungi pameran lukisan.

"Fotoin dong, Al" pinta Lily.

Alvaro segera mengarahkan kameranya kearah gadis itu dan tersenyum puas melihat hasilnya.

Alvaro segera mengarahkan kameranya kearah gadis itu dan tersenyum puas melihat hasilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagus banget, you're like a real photographer" puji Lily.

Alvaro hanya terkekeh kecil, "Aku memang sangat suka dunia fotografi dan dulu pernah ingin menjadi fotografer professional tapi itu hanyalah mimpi"

Lily menatapnya dengan dahi berkerut, "why?"

"Sudahlah, tidak usah dibahas. Hidupku memang penuh drama, nanti kau malah bosan" balas Alvaro.

"Huh? Aku siap kok menampung semuanya" celetuk Lily penasaran.

Kini Alvaro balas menatap wajah cantik Lily dengan alis terangkat berniat menggodanya.

"Oh apa itu artinya kau siap mendengarkan ceritaku seumur hidup? Karena itu sangat panjang"

"Ck, aku serius"

"Aku juga serius, apa kau sanggup?"

"Terserahlah, aku sedang tidak ingin berdebat. Bagaimana jika kita cari cafe saja? Aku merasa haus" ujar Lily.

Beginilah mereka, tiada hari tanpa perdebatan.. meskipun ujung-ujungnya salah satu diantara mereka juga akan mengalah.

Alvaro dan Lily itu setipe. Sama-sama cuek, sama-sama tidak ingin memperpanjang suatu masalah, memiliki selera fashion yang sama, menyukai musik yang sama, film favorit yang sama, selera makan dan banyak lagi. Itulah kenapa mereka gampang klop, seperti bertemu dengan soulmate.

"Ingin lunch dimana?" Tanya Alvaro.

"Aku pengen makan di restoran ayah tapi disana disuruh masak sendiri, jadi malas" jawab Lily.

"Jadi ayahmu seorang Chef?"

"Iya, tapi anaknya malah gabisa masak" ungkap Lily dengan wajah merenggut lucu, seketika tawa Alvaro pecah.

"Yakk!! Jangan menertawakanku!" Kesalnya.

"Tenang saja, aku cukup jago kalau soal memasak" ujar Alvaro setelah berhasil menghentikan tawanya.

"Really? Then, let's see" tantang Lily.

Sesampainya di restoran, para karyawan segera menyambut mereka dan membawanya ketempat khusus yang disediakan untuknya.

"Daddy" seru gadis itu ketika melihat seorang lelaki paru baya keturunan Swiss yang berdiri tak jauh darinya.

"My Lily, kenapa tidak memberitahuku akan datang hari ini?" Ujar Chef legendaris yang namanya sudah dikenal khalayak.

"Sengaja ingin surprise, Daddy"

"Dasar, ini siapa?" Tanya Mr. Marco ketika melihat seorang lelaki tampan yang berdiri didekat putrinya.

"Oh ini Alvaro, Dad"

"Nice to meet you, Sir" salam Alvaro seraya menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, yang dibalas serupa oleh Mr. Marco.

"Nice to meet you too"

"Jadi rencananya kita mau lunch disini dad, sekalian untuk membuktikan kemampuan Alvaro yang katanya pandai memasak" jelas Lily yang membuat Alvaro seketika tersenyum kikuk.

"Oh ya? Kebetulan sekali, sekarang mari ikut saya" ucap Mr. Marco yang seketika tertarik untuk menguji Lelaki tampan yang tampaknya tertarik pada anak gadisnya.

"Jadi ini dapurnya, silahkan memakai bahan apapun yang ada. Atur dirimu senyaman mungkin selama didapur"

Alvaro memandangi dapur unik dihadapannya, membuatnya yang tadi agak canggung berubah menjadi tertantang untuk menunjukkan skillnya selama ini yang mungkin tidak diketahui banyak orang selain keluarga dan teman dekatnya.

Sementara Lily dan Daddynya hanya memandangi Lelaki itu tanpa berniat mengganggu konsentrasinya.

Jujur, bagi Lily tingkat kesempurnaan pria itu bertambah menjadi ribuan kali lipat ketika sedang serius didapur.

Sejam kemudian Alvaro menghidangkan berbagai macam makanan dihadapannya, yang sudah diatur sedemikian rupa oleh lelaki itu hingga membuat Lily terkesan.

"Boleh dicoba sekarang?" Tanyanya yang disetujui Alvaro.

Lily dan Daddy-nya pun mengambil sendok dan garpu untuk mencicipi makanan yang terlihat lezat dihadapannya.

"Bagaimana?" Tanya Alvaro penuh harap.

Mr. Marco mengangguk setelah mengelap bibirnya. "Delicious, rasanya pas. Seperti masakan seorang chef dihotel bintang 5" pujinya.

Lalu beralih ke Lily yang telah mencicipi beberapa masakan yang dimasak pria itu "ini enak, sungguh. Kau ternyata pintar memasak"

Meskipun tidak pintar memasak, tapi darah Chef mengalir didirinya dan Lily bisa menjadi juri lomba masak jika ia menginginkannya.

Alvaro tersenyum puas, kepercayaan dirinya meningkat setelah mendapat high praise dari dua orang luar biasa dihadapannya.

"Terima kasih. Kalau begitu mari kita habiskan makan siang ini bersama"

Alvaro dengan ketampanannya yang berlebihan, sense of fashion yang mumpuni, kepandaiannya memimpin, bakatnya dalam fotografi dan musik, kemampuan masaknya, adalah kombinasi mematikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alvaro dengan ketampanannya yang berlebihan, sense of fashion yang mumpuni, kepandaiannya memimpin, bakatnya dalam fotografi dan musik, kemampuan masaknya, adalah kombinasi mematikan.

Ingatkan Lily untuk tetap berpijak ditanah apalagi ketika pria itu menoleh kearahnya dengan senyum menawan juga smirk yang seolah menantang kesadarannya untuk tidak berlari kearah pria itu dan jatuh kedalam sejuta pesonanya.

"Jadi aku lolos seleksi jadi calon menantu?"

"Huh??"

***TBC***

Jangan lupa Vote ☺️

Jangan lupa Vote ☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
COMPLICATED LOVE | YONGLISWhere stories live. Discover now