11

348 40 132
                                    

"Sesulit itukah untuk mendapatkan kepercayaan?"
.
.
.

Langit dengan pekat hitam  tersebar keseluruh penjuru kota Seoul. Tidak ada bulan maupun bintang untuk memberi cahaya barang setitikpun. Semilir angin yang penuh kebekuan menyeruak menembus kulit. Membuat suasana kota begitu kelam nan dingin. Seakan alampun mengerti arti kesedihan pemuda kelinci yang baru saja keluar dari kantor polisi dengan pandangan kosong nan sayu.

Jeon Jungkook, pemuda itu baru saja keluar dari kantor polisi bersama Taehyung dan So Yeon. Setelah diperiksa hingga memakan waktu berjam-jam akhirnya Jungkook dan Taehyung dibebaskan. Tidak ada bukti yang kuat, dirooftop tidak terpasang CCTV.

Jungkook berjalan dibelakang Taehyung dan So Yeon. Matanya sembab, ia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Dan tanpa Jungkook sangka Kim So Yeon menghentikan langkahnya membuat kedua pemuda itu ikut terhenti.

Kim So Yeon menghela napas, lantas berbalik menatap Jungkook "Saya sudah memperingatkan kamu! Jangan seret anak saya dalam masalah apapun! Ini benar-benar keterlaluan. Saya bisa saja  mengeluarkan kamu dari sekolah Jeon!"

Bibir Jungkook gemetar "sa-saya mohon jangan keluarkan saya sajang-nim. Saya benar-benar tidak tahu akan terjadi seperti ini. Tapi--Tapi saya bersumpah jika bukan saya. Saya tidak mendorong Mingyu. Mingyu teman saya. Saya tidak mungkin melukainya"

Tidak peduli apabila suaranya terdengar gemetar. Jungkook hanya ingin memberi tahu semuanya jika bukan dia pelakunya. Bukan--Bukan Jungkook. Jungkook tidak akan sanggup melakukan itu semua.

Kim So Yeon memejamkan matanya, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa mengeluarkan Jungkook. Taehyung juga ada disana walaupun setelah Mingyu terjatuh.
"Kalau begitu ini adalah peringatan terakhir untukmu Jeon. Satu lagi, seberapa buruk ayahmu hingga enggan datang"

Jungkook menggigit bibirnya, tidak peduli jika itu akan melukainya. "Ayah orang baik, mungkin beliau sedang sibuk"
Hanya itu yang dapat Jungkook ucapkan. Jungkook sebenarnya tahu kenapa laki-laki itu enggan datang. ayah pasti marah kepadanya.

So Yeon hanya diam, ia langsung berpaling menuju parkiran. Meninggalkan Taehyung yang masih berdiri disana dengan wajah mengeras.

"Gue gak nyangka, ternyata selama ini gue salah"
Dengan mata yang menajam, Taehyung menatap Jungkook yang menunduk.

"Dari awal gak seharusnya gue baik sama elo"

Wajah Jungkook terangkat, pemuda itu menggeleng. "Sunbae, saya mohon perca--"

"Elo itu berengsek"

"Sunbae bukan saya. Saya mohon, sunbae harus percaya. Saya tidak mungkin melukai teman saya"
Dengan sesak yang melanda, Jungkook memohon kepada Sunbaenya. Jungkook tidak tahu, tapi saat pemuda itu begitu tidak percaya, Jungkook merasakan sesak yang mendalam. Sangat sesak hingga Jungkook sulit bernafas.

"Gimana gue bisa percaya sama elo. Elo bahkan enggak peduli sama temen sendiri. Elo gak peduli sama Jaehyun yang bisa aja dilukai sama ayahnya. Gimana gue bisa percaya Jeon!! Elo bisa aja lukai Mingyu juga" Taehyung berujar dengan suara menusuk tanpa tahu jika ada hati yang terluka.

"Bukan"

Jungkook tidak tahu lagi harus berkata apa. Jungkook tidak tahu apa yang harus ia katakan pada pemuda itu agar mempercayainya. Pikirannya kosong, ia tidak tahu harus berbuat apa selain menggeleng ribuan sambil berujar bukan dengan bibir yang gemetar.

"Mulai sekarang gue gak akan peduli sama lo. Bukankah itu yang elo mau"

Dengan rintih gerimis yang mulai bermunculan, Taehyung pergi begitu saja. Ia pergi menuju mobil ayahnya tanpa memperdulikan Jungkook.

Jungkook menyaksikan mobil sport itu pergi melewatinya. Tepat disaat gemuruh hujan mulai bersahutan semakin kencang. Hujan begitu deras membasahi Jungkook sepenuhnya hingga menghapus jejak air matanya.

Jungkook mulai berjalan dengan langkah pelan. Tanpa mencari tempat berteduh Jungkook terus melangkahkan kakinya hingga sampai pada sebuah mansion dengan karangan bunga yang berjejeran. "Kim Mingyu"  Nama itu tertera disana.

Jungkook semakin terisak, Kim Mingyu adalah teman satu-satunya yang Jungkook punya. Tidak ada orang yang mau mendekatinya selain Mingyu. Semua hanya menghargainya karena prestasinya yang gemilang. Tapi Mingyu berbeda, ia tulus berteman dengan Jungkook.

Jungkook ingin mendekat, namun ia takut. Bagaimana dengan orang tua Mingyu. Mereka pasti percaya bahwa dialah pelakunya. Pada akhirnya Jungkook memilih untuk tidak mendekat. Sudah cukup ia tidak menerima kepercayaan, Jungkook tidak ingin ada penolakan.

.
.
.

Jungkook menggeser pintu rumahnya yang sederhana. Kini pakaiannya basah kuyup, hujan pun masih belum reda. Namun baru saja Jungkook mencapai bibir pintu, tanpa disangka In Gyu tiba-tiba menariknya dengan keras. Laki-laki itu menghempaskan tubuh Jungkook hingga membentur meja.

Jungkook meringis merasakan punggungnya yang nyeri.
"A-Ayah"

"BERHENTI MENJADI PEMBUNUH"
Dengan suara yang menggelegar In Gyu meneriaki Jungkook yang gemetar. Laki-laki itu menginjak-injak tubuh Jungkook tanpa memperdulikan anaknya akan kesakitan.

Kini In Gyu menarik lengan Jungkook dengan kasar. Tidak peduli jika itu akan melukainya

"Ayah bukan Jungkook. Ayah harus percaya"
Ditengah kesakitannya Jungkook masih ingin meyakinkan ayahnya walau ia tahu laki-laki itu tidak akan berhenti begitu saja.

In Gyu menghempaskan tubuh Jungkook kedalam kamar mandi. Laki-laki itu menyalakan shower hingga membuat tubuh Jungkook yang sudah basah kembali terguyur air.

"Ayah"
Jungkook terisak dengan keras, walaupun Jungkook sering menerima pukulan dari In Gyu, tapi hari ini Jungkook benar-benar lelah. Ia tidak ingin dihukum, Jungkook ingin istirahat.

In Gyu mengambil gagang pel lantas memukul punggung Jungkook dengan keras.
"Saya membesarkan kamu bukan untuk menjadi anak yang menyusahkan Jungkook! Saya membesarkan kamu agar sedikit berguna untuk saya! Kenapa kamu harus membunuh teman kamu Jungkook!"

"Bukan. Bukan Jungkook ayah"
Walau rasa sakit itu menghantam tubuhnya. Jungkook tetap tidak sanggup untuk melawan ayah. Ia tidak akan pernah bisa melawan ayah sampai kapanpun.

Bibir Jungkook gemetar, ia sudah tidak sanggup berbicara. Yang bisa ia lakukan hanyalah berteriak didalam benaknya sambil menyerukan kata bukan.

.
.
.

Taehyung membuka kotak kecil digenggamannya. Pemuda itu saat ini tengah berada dikamar setelah ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan So Yeon yang tadi ingin memarahinya.

Taehyung mengambil kalung dengan leontin berbentuk bulat. Ia membuka leontin itu dan mendapati foto dua bocah yang berbeda usia tengah merangkul satu sama lain.

"Hyung kira dia sama kayak kamu"  Suara Taehyung seperti bisikan.

"Ternyata hyung salah"

"Kookie... Taetae hyung rindu"

TBC


Hai semuanya gak kerasa ya Marya udah gak update selama hampir sebulan😢😢

Gimana part kali ini😩😩

Maaf banget akhir-akhir ini marya emang jarang buka wp lagi. Tapi marya usahain mulai sekarang bakal sering update  😄😄😄

Maaf ya untuk typonya😆😅😂

Marya boleh dong minta vote dan komennya😄😆😄

Sampai jumpa dichapter selanjutnya🙋😎😙😉😄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Exchange promisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang