Chapter VI

303 51 4
                                    

Para Slytherin benar-benar menjauhiku. Lihat, sudah kubilang mereka menyebalkan!

Selepas merenung di Black Lake sambil menulis diary, aku menuju Great Hall untuk mengambil buah seperti biasa. Akan tetapi tatapan meja Slytherin begitu tajam saat aku berada di ambang pintu.

Perutku berbunyi, sepertinya merindukan makanan manusia. Aku tidak mungkin ke meja Gryffindor seperti kemarin. Tapi temanku hanya Ron, Hermione dan Harry. Kalau si Kayu itu ... hm, kami cuma kenalan. Aku mendengus. Lebih baik aku mengunjungi paman sialanku saja untuk makan buah. Oh, atau ke rumah Hagrid? Eh, jangan, nanti gigiku rontok. Apa langsung ke dapur saja, ya? Toh, para peri selalu takjub padaku.

Begitu aku berbalik, wajahku langsung menabrak sesuatu. Aku mengumpat. "Apa-apaan?"

"Oh, maafkan aku!"

Begitu mendongak, seorang lelaki yang-sebenarnya enggan kuakui-tampan menatapku dengan tatapan penuh rasa bersalah. Dari pakaiannya, dia Hufflepuff. Jangan bilang kalau dia ....

"Wajahmu tidak asing. Kau pernah menabrakku juga?" tanyaku seraya memincingkan mataku.

Dia terkekeh. "Ya. Walau aku enggan mengakuinya, tapi pertemuan pertama kita berawal dari tabrakkan, persis seperti ini lagi."

Aku hanya memutar bola mataku dengan malas. Senyumannya menawan kalau kalian mau tau. Sayangnya, masih kalah menawan dibanding milikku.

"Aku Cedric Diggory," ucapnya memperkenalkan diri, tangan kanannya pun terulur padaku. "Mungkin kita bisa berteman?"

Wajahku yang sedari tadi datar pun mengulum senyum. Aku suka ini, dia mengajakku berkenalan dengan sopan, bahkan tidak menanyakan hal macam-macam padaku. Aku biasanya bersikap ketus karena kebanyakkan orang yang berbicara denganku hanya berlandaskan rasa penasaran terhadap kehidupanku. Tapi dia ... hm, bukan hal buruk juga kalau aku berteman dengannya bukan?

Aku membalas jabatan tangannya. "Kau pasti tau siapa aku. Panggil saja ... Filla."

"Salam kenal Filla," katanya sambil tersenyum. Mak! Gila! Senyumannya itu lho!

Aku membalas dengan anggukan dan tersenyum. Kami pun melepaskan jabatan tangan kami.

Dia melirik meja Slytherin di belakang kami sekilas sebelum akhirnya menatapku. "Kau ada masalah dengan mereka?"

Aku mengedikkan bahu. "Begitulah. Mereka melarangku berteman dengan asrama lain, padahal mereka kuga bersikap menyebalkan padaku."

Diggory terkekeh. "Kau terlalu ketus pada setiap orang, Filla. Coba kalau kau sering tersenyum seperti saat kita berkenalan tadi."

"Wajahku selalu cantik walau bibirku tertekuk ke bawah. Lagi pula, aku tidak mau bersikap ramah pada orang yang hanya ingin tau pada hidupku, bukan benar-benar berteman denganku. Senyumanku maha-" Bunyi dari perutku membuat ucapanku terhenti. Wajahku memanas. Sial! Sial! Sial! Memalukan!

Diggory hanya tersenyum, wajahnya sama sekali tidak mencerminkan kalau dia menahan tawa. "Kau lapar? Mau makan di meja Hufflepuff?"

Aku menaikkan alis, berusaha baik-baik saja setelah momen memalukan tadi. "Memangnya boleh?"

"Tentu saja. Kemarin kau juga makan di meja Gryffindor 'kan?"

Aku tersenyum lebar. "Aku mau! Terima kasih Diggory!"

Diggory terdiam di tempat. Matanya tak lepas dari mataku untuk beberapa saat. Aku menelengkan kepala, heran dengan sikapnya. "Diggory?"

Dia pun tersentak. "Ah, ya? Ayo, sebelum jam makan habis." Aku pun hanya diam dan mengikutinya dari belakang.

The Girl Who Got Lost in the StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang