Chapter II

453 69 7
                                    

Aku melewatkan jadwal makan malam dengan duduk bersantai di Cammon Room Slytherin. Kubuka perlahan lembaran-lembaran buku yang kupinjam di perpustakaan bersama Hermione tadi siang sembari menikmati kehangatan dari api unggun.

"Lihat siapa yang ada di sini, anak pungutnya Darah Pengkhianat!" sapa Malfoy seraya dudul di sebrangku. Aku hanya meliriknya sekilas sebelum akhirnya kembali larut dalam bukuku.

"Kau tidak ingin menanyakan apakah aku sudah makan atau belum?"

Aku mendeliknya tajam seakan memberi perintah untuk tidak bersikap narsis di depanku. Namun, alih-alih diam, dia justru menyeringai. "Atau kau ingin aku yang menanyakannya padamu?"

Kututup bukuku dengan kasar dan bangkit. Segera saja aku berjalan cepat ke arah kamarku. Meninggalkan Malfoy yang terkekeh geli di tempatnya.

Keluarga Trystyn memiliki kamar khusus di setiap asrama. Katanya, karena usulan mengenai pengelompokkan asrama diusulkan oleh seorang Trystyn. Katanya pula, Trystyn itu tidak mau namanya dijadikan asrama, maka dari itu dia hanya meminta kamar khusus di setiap asrama untuk keturunannya.

Aneh juga bila nanti aku disortir ke asrama Trystyn.

Kecil memang, tapi setidaknya aku tidak sekamar dengan Slytherin lainnya. Sialnya, kamar ini tidak punya pelindung seperti kamar asrama perempuan. Jadi, kalau aku lupa mengunci, anak laki-laki bisa menyelinap ke kamarku kapan saja.

"Akh!" Aku yang semula rebahan di kasur pun menoleh ke arah pintu saat mendengat teriakan itu. "Apa-apaan ini?!"

Suara itu ... Malfoy?

"Apapun yang kau lakukan, Malfoy, kau tak akan bisa masuk tanpa izin dariku," ucapku memberi peringatan sebelum akhirnya kembali fokus pada diaryku.

Tak lama kemudian, suara pekikan kembali terdengar. "Malfoy, kalau kau sampai terluka, jangan salahkan aku!" Seakan tuli, dia kembali menjerit.

Wah, di hari pertama yang sial ini, aku tak ingin mendapat kesialan lainnya. Karenanya aku langsung berlari kecil dan membuka pintu kamarku. Nampak Malfoy tengah duduk dengan santai di depan pintu. Salah satu sudut bibirnya naik ke atas.

Lho, jadi tadi itu akting?

"Hai, Anak Pungut Pengkhianat!" Aku menatapnya tajam sebelum akhirnya menutup pintu. Namun, salah satu tangan Malfoy menahan pintu tersebut. "Hei, hei, tenang. Aku datang dengan damai!"

Dia pikir aku akan membelas kasih pada tangan pucatnya itu? Segera kudorong pintu itu hingga Malfoy menjerit. Kali ini suaranya sangat nyaring. Saat tangan pucatnya itu tidak terlihat lagi, aku segera menutup pintu kamarku rapat-rapat.

"Ayahku akan mendengar soal ini!" teriaknya sambil sesekali meringis.

Ya, ya, adukan saja aku semaumu. Ayahmu tak akan berani melakukan sesuatu pada keturunan Trystyn yang berharga sepertiku.

Setelah beberapa makian, suara Malfoy tak lagi terdengar. Aku pun kembali sibuk dengan buku-buku pelajaran dan diaryku.

*****

Percaya tidak kalau kukatakan semalam aku tidak tidur? Jika kalian menebak ini karena Malfoy, tentu saja tidak. Kesayangan ayah itu tidak menggangguku lagi setelah kujepit tangannya. Alasanku tidak tidur hanya karena insomnia parah.

Aku keluar dari kamarku jauh lebih pagi dibanding jam yang seharusnya. Tapi tenang saja, karena aku memiliki akses khusus dari Dumbledore untuk keluar sesuka hati dari asramaku.

Alasannya? Oh, jangan sampai lupa kalau ayahku seorang centaur. Centaur dapat melihat masa depan melalui bintang. Dan aku sebagai keturunan campuran makhluk itu juga memiliki kemampuan itu.

Filch sempat melewatiku tadi. Dia hanya mendelik tajam kemudian pergi berkeliling begitu saja.

Oh, senangnya jadi Trystyn.

Ada satu hal lagi yang menarik dari menjadi seorang Trystyn, kau bisa keluar-masuk The Forbidden Forest kapan pun kau mau.

Entah ingatanku yang salah atau jadwal pelajaran di Hogwarts berubah? Yah, aku terlalu banyak pikiran untuk ingat jadwal-jadwal pelajaran atau kisah mereka yang ada di buku novel maupun film.

Hari ini pelajaran terbang bersama Madam Hooch. Berhubung Slytherin dan Gryffindor dalam kelas ini bersama, aku dan Hermione dapat berbincang-bincang dan mengobrol dengan bebas!

Hermione sudah berada di lapangan, saat Malfoy menarik tanganku dengan tatapan sinis. "Kau bersama Slytherin, bukan Gryffindor!"

Aku menepis kasar tangannya. "Bukan urusanmu aku mau bersama siapa!" balasku kemudian cepat-cepat berlari ke arah Hermione.

Sapuku langsung naik bahkan sebelun aku berkata, "Up!" Cih, padahal aku menunggu bagian itu. Sementara sapu Hermione malah berguling di atas tanah. Harry dan Malfoy berhasil menaikan sapu mereka. Sedangkan Ron ... yah, kalian tau apa yang terjadi di film.

Semua terjadi begitu cepat. Neville yang terbang tanpa terkendali dan dibawa ke rumahh sakit. Malfoy dan Harry yang bertengkar di atas sapu. Kemudian Harry yang dibawa oleh profesor McGonagall. Dan begitulah.

Aku dan Hermione berjalan bersama menuju Great Hall saat makan siang tiba. Di tengah perjalanan, aku dapat mendengar kabar bahwa Harry terpilih menjadi Seeker tim Quidditch Gryffindor. Hermione langsung bilang kalau ayah Harry yaitu James dulunya juga adalah tim Quidditch Gryffindor.

"Apa kita tidak bisa makan di meja yang sama? Tidak ada peraturan untuk makan perasrama juga 'kan?" tanya Hermione kemudian ketika sadar bahwa kami telah masuk Great Hall.

Aku terkekeh. "Tidak ada sebenarnya. Tapi tatapan murid perempuan Gryffindor padaku cukup menakutkan." Hermione berpamitan dengan wajah murung. Aku hanya mampir ke meja Slytherin untuk mengambil sembarang buah dan pergi ke perpustakaan.

Kugigit buah yang ternyata adalah apel hijau itu sembari memperhatikan pemandangan menakjubkan Hogwarts. Tak lama kemudian, karena tak fokus berjalan, aku menabrak sesuatu san terjatuh.

"Oh, astaga, maaf. Kau baik-baik saja?"

---***---***---***---***---

Ahay, akhirnya berhasil update setelah gulet dengan tugas dan berbagai macam event untuk akun utamaku (ノ≧∀≦)ノ

The Girl Who Got Lost in the StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang