Kayak ada yang kurang kalau baca belum follow akun aku, hehe. Follow dulu yuk Melatidewii
ISI KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA💗
Atlas sedang menunggu Abian dan Arven datang menemuinya. Kali ini Atlas memilih untuk menggunakan ruangan pribadi miliknya. Ya, ruang ketua osis yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Karena tidak mungkin jika Atlas membicarakan kasus ini diruang osis, disana banyak anggota osis lainnya.
Badan Atlas menegak ketika pintu ruangan terbuka, menampilkan Abian dan Arven yang membawa satu orang target. Atlas menyuruh lelaki itu untuk duduk.
"Mau ngapain lo bawa gue kesini?" Tanya cowok itu santai.
"Gue nggak tau yang lo ucapin nanti jujur atau nggak. Gue cuma mau nanya soal keberadaan lo ditoilet siswi tahun lalu," ujar Atlas, menatap tajam kearah siswa yang ada didepannya. "Ngapain lo ada disana?"
"Toilet siswi? Tahun lalu?"
Atlas mengangguk. Memperlihatkan kepada siswa rekaman cctv tahun lalu. "Itu lo, 'kan?" Tanya Atlas serius. "Tepat hari dimana kejadian siswi bunuh diri itu," lanjutnya. Membuat cowok yang ada didepannya meneguk ludah.
Arven berdecih. "Ngaku aja lo, Galih." Siswa yang bernama Galih itu tidak kunjung membuka suaranya. Membuat Atlas, Abian dan Arven menghela nafas kasar.
"Shit!" Atlas mengumpat pelan. Keberadaan Galih saat itu sungguh mencurigakan, cowok itu masuk toilet saat Alleta masih berada disana. Ya, siswi yang bunuh diri itu bernama Alleta.
Galih tampak tidak tenang. "Gue gak ngapa-ngapain, beneran! Waktu itu gue masuk ..." Galih menggantungkan ucapannya. "Karena iseng. Terus, gue denger ada suara cewek nangis," lanjut Galih, bibirnya bergetar mengucapkan itu.
"Gue gak lama disana. Karena takut, gue langsung keluar, nih, liat sendirikan rekamannya?" Betul apa yang diucapkan oleh Galih, terlihat disana cowok itu berjalan ketakutan keluar dari toilet.
"Iseng? Maksud lo mau ngintip!? Brengsek banget lo," bentak Abian kepada Galih. Mereka ini seangkatan, tahun lalu berarti Galih masih kelas 10. Dan dia sangat berani melakukan hal itu?
Atlas mengerang kesal. Emosionalnya tidak stabil jika sudah berkaitan dengan kematian Allesa. "Lo boleh pergi. Gue belum percaya lo sepenuhnya, jadi jangan coba macem-macem." Atlas menunjuk Galih dengan dagunya, jangan lupakan tatapan tajam cowok itu.
Abian dan Arven mengantarkan Galih keluar. "Awas kalo lo bocor atau ada orang yang tau hal ini. Gue jamin hidup lo nggak bakal tenang," ancam Arven. Galih mengangguk takut, cowok itu memilih untuk cepat pergi dari sana. Melihat Galih yang terburu-buru, membuat Arven terkikik geli. Padahal ia tidak serius dengan ancamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS [ON HOLD]
Teen FictionTeenfict x Mystery Bagi Dira, Atlas itu adalah bencana. Iya, bencana kesialan Dira. Nggak pernah akur, mereka itu definisi dari anjing sama kucing, batu sama air, minyak sama air, bumi sama langit, kutub utara sama kutub selatan. Pokoknya gak pernah...