Chapter 8 : Akhir

1.2K 118 112
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JEONGIN!!"

Seketika Jeongin membuka mata dengan nafas terengah. Tubuhnya berkeringat dan gemetar saking takutnya.

Didepannya nampak Changbin yang menatapnya kesal sebelum lempar ponsel yang berdering kearahnya yang barusan terlelap disofa ruang tengah.

"Temen lo telpon dari tadi, lo tidur apa simulasi mati sih? Diteriakin gak bangun-bangun." Gerutu Changbin sebelum pergi tinggalkan Jeongin yang masih linglung.

Matanya mengerjab melihat nama Felix dilayar ponsel. Seketika ia jadi gemetar takut, teringat mimpi yang barusan ia alami.

"H-Halo?" Bahkan suaranya ikut bergetar.

"Kamu kenapa, Jeong?" Terdengar nada heran diseberang sana.

Jeongin berdehem sejenak, berusaha netralkan suaranya, "Gak papa, habis ketiduran tadi."

Felix bergumam diseberang sana, "Jam satu aku tunggu ya? Baru bisa kesana jam segituan."

Entah kenapa Jeongin mendadak merasa gugup mengingat ia mengiyakan ajakan Felix untuk bertemu.

Apa mimpi buruknya barusan adalah pertanda?

"Jeong?"

"A-ah, iya?"

"Jam satu ya? Mau aku jemput apa langsung ketemu disana?" Tanya Felix.

Jeongin menggeleng pelan, "Aku langsung kesana aja, minta anter kak Changbin."

"Uh, oke."

Setelahnya Jeongin segera putuskan sambungan.

Entah mengapa ia mendadak parno sendiri.

Coba tenangkan dirinya selama beberapa saat, ia segera bangkit mencari Changbin dan temukan pemuda itu tengah menyeduh kopi didapur rumahnya.

"Kak, temenin aku ketemu Felix ya?"

Menoleh menatap sepupu yang tiba-tiba hampiri dirinya, Changbin mengernyit, "Temenin?" Ulang Changbin.

Jeongin mengangguk.

Melihat raut kekhawatiran diwajah adik sepupunya, Changbin tau Jeongin sedang tak baik-baik saja.

"Kenapa?"

Tak dijawab.

Berdecak karena tak mendapat respon, Changbin mendekat, "Lo takut?"

It Ain't MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang