Hate = Love : 6

896 56 10
                                    

"Aku juga suka kamu, maaf aku bohong"

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, kata-kata yg tak kuduga sebelumnya. Aku tak tau apa yg mendorongku mengatakan hal itu. Aku tak mengerti apa yg kusuka dari dirinya. Gadis di depanku terdiam, ia tak melepaskan tatapannya padaku.

"Kamu bohong kan?" Tanyanya padaku, aku menggeleng kepadanya.

"Kamu bohong… gak mungkin kamu suka sama aku… gak…" ia menggeleng, wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan.

"Aku gak bohong Fio… aku suka sama kamu, entah sejak kapan aku mulai suka sama kamu…" balasku, gadis itu melepaskan dirinya dariku.

Ia sedikit menjauh dariku. Reaksi yg tak kuduga datang darinya. Aku tak mengerti kenapa ia seperti ini, aku tak mengerti kenapa ia terlihat kecewa. Ia bilang suka denganku dan aku membalas perasaanku padanya. Aku tak tau apa yg salah, aku tak mengerti apa yg ada dipikirannya.

"Mungkin sejak kita di rooftop mall itu, atau mungkin sebelum itu lagi… aku gak tau sejak kapan jadi suka sama kamu" tambahku, Fiony tak mau menatapku.

Fiony memalingkan wajahnya, menatap kembang api yg terendam di dalam ember berisi air. Ia menatap pantulan bintang dari air yg keruh oleh sisa arang kembang api.

"Bukankah seharusnya kami berdua senang?" Aku bertanya-tanya dalam hati.

"Bukankah seharusnya kami menjadi kekasih sekarang? Lebih dekat lagi, saling merangkul sambil bermain kembang api, bahkan mungkin berakhir dengan menghabiskan waktu sampai pagi di kamar." Aku tak mengerti dengan sifat gadis ini.

"Apa dia sebenarnya tak menyukaiku?" Pikiran itu terlintas di kepalaku.

Aku merasa hal itu tidak mungkin, setelah semua yg Fiony lakukan untukku. Setelah seluruh kebaikan dan perhatian yg dia berikan untukku. Setelah ia menyatakan perasaannya padaku. Seharusnya itu semua sudah sangat menjelaskan tentang perasaannya padaku.

"Lu bener bener gak suka Fiony?" Pertanyaan Dhey terlintas dikepalaku.

"Apa aku benar-benar suka padanya?"

"Apa aku benar-benar tidak suka padanya?"

"Apakah aku jujur padanya?"

"Apakah aku hanya terbawa suasana?"

Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepalaku selama aku menatap wajah gadis yg termenung di depanku. Ia tak menatapku, sama sekali memalingkan wajahnya dariku. Tak ada lagi senyuman lebar dengan gigi putih dan mata yg menyipit. Tak terlihat di sana garis wajah ceria yg biasa ia tunjukkan padaku. Tetapi, tak ada juga raut wajah sedih maupun kecewa. Tak ada wajah cemberut atau wajah tak terima darinya, tak ada tanda-tanda apapun darinya. Aku tak bisa menemukan jawaban darinya.

"Aku… mau tidur duluan ya…" Fiony bangkit dari duduknya dan berjalan ke dalam meninggalkanku.

"Tunggu Fio…" aku mencoba menahannya, ia tak menghentikan langkahnya sedikitpun.

Aku segera bangkit mengejar Fiony, ia tak menghiraukan panggilanku sedikitpun. Aku memegang tangannya saat jarak kami sudah dekat, ia melepaskan genggamanku tanpa sedikitpun menoleh. Ia tetap berjalan, meninggalkanku yg terpaku di depan pintu rumah. Ia berjalan menuju kamar tanpa menghiraukan maupun menoleh sedikitpun padaku.

Hate = LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang