Setelah menghabiskan bubur yang tak enak, yang terpaksa Mori makan demi mengembalikan tenaganya, ia menuju dapur untuk mencuci piring. Tak ada alat makan yang kotor sama sekali selain mangkuk bubur yang tadi Mori gunakan. Sebentar saja ia sudah selesai mencuci mangkuk yang digunakan dan meletakkannya di dalam laci penyimpanan piring. Ia kembali berjalan ke luar menuju ruang tamu, namun langkahnya terhenti saat matanya melihat berkeliling ke setiap bagian rumah.
"Kotor…" pikirnya saat melihat debu yang berada di pinggiran rak gantung.
"Bersih bersih deh"
Mori mengurungkan niatnya untuk kembali ke ruang tamu dan kini ia kembali menuju ke arah dapur, ia menuju ke sudut dapur dan mengambil sapu dan kemoceng yang berada di sana.Mori mulai membersihkan rumah, mengelap debu-debu yang menempel di barang-barang yang ada di rumah dengan kemoceng, membersihkan sisi-sisi perabotan yang ada di rumah dari debu. Setelahnya ia melanjutkan dengan menyapu lantai yang semakin kotor akibat debu dari barang-barang di rumah. Setiap sudut rumah, setiap lantai, semuanya Mori bersihkan, ia sapu seluruh lantai keramik berwarna putih itu dari debu-debu yang muncul karena sudah lama tak ditempati. Untung saja rumahnya adalah rumah kecil yang memang hanya untuk keluarga kecil, sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan setiap bagiannya.
"Kyaknya harus dipel juga nih…" pikirnya saat melihat lantai, rasanya memang kurang pas kalau tidak membuat lantai menjadi bening dan bersih sekaligus.
Sambil mengembalikan sapu ke tempat penyimpanan, ia mengambil tongkat pel yang berada di tempat penyimpanan. Tongkat pel multifungsi yang juga sekaligus bisa menyemprotkan air dan sabun itu Mori bawa keluar, ia bermaksud memulai membersihkan lantai dari arah teras depan. Mori membuka pintu depan sehingga cahaya matahari yang bersinar cerah langsung masuk menyinari bagian dalam rumah, Mori keluar menuju teras untuk mulai mengepel rumah. Mori dapat melihat mobilnya yang terparkir di parkiran, sepertinya seseorang memulangkannya kesini saat ia pingsan, mungkin ayahnya atau kokoh Fiony yang melakukannya pikir Mori. Ia mengambil sapu teras yang tergeletak di dekat pintu, ia ingin menyapu teras terlebih dahulu sebelum mulai membersihkan teras dengan pel.
“Fiony?!” Mori terkejut bukan main melihat Fiony ada di teras, tertidur dalam posisi duduk di atas kursi yang berada di teras.
“Bangun Fio, ngapain kamu disini?” Mori mencoba membangunkan Fiony dengan pelan, ia tidak ingin membuat Fiony terkejut dari tidurnya.
“Fio, pindah ke dalam yuk, bangun” kembali tubuh Fiony diguncang oleh Mori, pundak Fiony digoyang-goyang perlahan oleh Mori untuk membangunkan gadis itu, namun Fiony tidak terbangun ataupun bergerak sedikitpun.
Mori berpikir sejenak sambil memperhatikan mantan kekasihnya tersebut. Fiony hanya mengenakan piyama putih miliknya, piyama kesayangan yang sering sekali ia gunakan untuk tidur. Piyama Fiony membuat Mori teringat akan hal terakhir yang ia lihat sebelum pingsan, Mori teringat akan suara yang terakhir ia dengar malam itu. Ia teringat kembali bahwa tubuhnya ambruk karena lelah tepat di tengah malam, di hari ke 24 ia bertahan di depan rumah Fiony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate = Love
Fanfictionhatersmu jadi cintamu?! kisah seorang gadis yg dijodohkan oleh kedua orang tuanya, pertunangan yg dipaksa untuk mengikat keluarga kedua pihak itu memunculkan kisah baru dikehidupan Fiony sebagai seorang gadis idola. Fiony dan Mori terpaksa untuk ber...