Fiony duduk di depanku dengan wajah tertunduk, ia tak berani menatapku yg sedang melipat kedua tangan di depannya dengan tatapan marah. Amarahku bukan tanpa sebab, namun Fiony lagi-lagi melakukan tingkah yg membuat kekesalanku tersulut."Maaf Moi…" Fiony meminta maaf untuk kesekian kalinya.
Sebenarnya aku sudah tidak terlalu marah padanya karena perkara yg ia lakukan hanyalah hal kecil, namun melihatnya diam seperti ini memberikan kesenangan tersendiri bagiku. Fiony sejak tadi memainkan ujung piyamanya, ia hanya menatap ke arah ujung pakaiannya itu tanpa berani melirik sedikit pun. Ia terlihat begitu merasa bersalah, membuatku menjadi tak tega.
"Yaudah, jangan di ulang." Katanya padanya, kata-kataku barusan membuatnya berani melirik padaku.
"Iya Moi gak bakal aku ulang!" Fiony kembali ceria, ia menatap mataku lurus dengan wajah senang.
"Berapa lama kata-kata itu bisa gw pegang?" Tanyaku padanya.
"Hehehe gak janji!" Fiony meledek ke arahku.
Aku bangkit dari sofa, menuju ke dalam kamar Fiony. Sebenarnya yg ia lakukan benar-benar hal sepele, namun membuatku kesal karena ia melakukannya tanpa sepengetahuanku. Fiony memindahkan barang-barangku ke dalam kamar, termasuk pakaianku ia masukkan ke dalam lemari. Fiony membagi rata lemari itu untuk pakaiannya dan pakaianku. Sebenarnya hal itu bukan masalah besar, namun mengingat kami berdua tidak memiliki hubungan resmi dan hanya karena terpaksa membuatku jadi marah.
"Tempat ini kan buat kita berdua Moi!" Begitulah pembelaan Fiony padaku yg justru membuatku makin kesal dengan pola pikirnya.
Setiap hari memang selalu saja amarahku di sulut oleh Fiony. Entah karena tingkah kesehariannya, minta jemput secara tiba-tiba, mendengarkan lagu dengan keras, menonton anime sampai subuh dan masih banyak lagi. Dalam satu minggu saja Fiony berhasil membuatku semakin ingin segera menyelesaikan masalah pertunangan ini.
"Fiony buruan!" Aku berteriak kepada Fiony yg sedang asik bernyanyi di kamar mandi.
"Iyaaa, sabar Moi!" Balasnya padaku.
"Nanti lu telat latihan!" Aku kembali memintanya untuk lebih cepat.
"Iya iya!" Balas Fiony lagi, suara pancuran shower menghilang setelah ia menjawabku.
Aku juga harus menuju ke kampusku sesegera mungkin, harus mengantarnya terlebih dulu akan membuatku telat bila Fiony tidak buru-buru. Fiony masih tak kunjung henti sejak ia mematikan shower.
"Buruan!!" Aku kembali berteriak, ia pikir aku anak kecil yg bisa ditipu dengan mematikan shower.
"Hehe iya!" Balas Fiony terkekeh.
_______________________________________
"Jangan ngebut Moi" kata Fiony padaku ketika mobil kami parkir di pinggir rumah latihan.
Gadis itu mengambil bawaannya dan membuka pintu, namun ia kembali menoleh padaku dengan wajah serius.
"Moi!" Fiony tiba-tiba memanggil namaku dengan keras.
"Apa sih?!" Balasku bingung dengan apa yg ia lakukan.
"Aku bilang jangan ngebut, jawab dong" Fiony memasang wajah cemberut, aku membuang muka tak ingin melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate = Love
Fanfichatersmu jadi cintamu?! kisah seorang gadis yg dijodohkan oleh kedua orang tuanya, pertunangan yg dipaksa untuk mengikat keluarga kedua pihak itu memunculkan kisah baru dikehidupan Fiony sebagai seorang gadis idola. Fiony dan Mori terpaksa untuk ber...