Amnesia? part 10

140 22 0
                                    

"klik" tzzts

Suara sakelar lampu diperdengarkan diikuti oleh suara listrik konslet. Ah,mati lagi kata suara lelaki yang kuyakini berada di depanku. Aku tak berani membuka mata sejak diriku tak sadarkan diri tadi malam. Yang aku tahu posisiku sekarang terduduk di kursi dengan tali yang mengikat sekujur tubuhku.

"BRAKK"

(eh copot copot)
Suara gebrakan pintu yang sangat keras berasal dari sebelah kananku. Dengan mata yang terpejam ini, aku dapat mendengarkan seseorang sedang berbincang dengan seseorang mengenai penculikanku ini.

"Malangnya nasib gadis tak bersalah ini". Ujarnya

"Ya boss,ga nyangka juga anak-anak kelas elite kalau berantem kaya gini bos!". Ujar lelaki satunya.

"Jaga dia saja,jangan sampai terjadi apa-apa!. Kalau terjadi apa-apa,kau mungkin tidak akan bisa hidup tenang!".

"S-siap bos!"

"Jika gadis itu bangun,pastikan dia hilang ingatan!. Erika bisa saja terbunuh jika gadis itu tidak hilang ingatan"

"Siap bos!". Lelaki itu hanya sanggup mengatakan kata siap kepada lelaki satunya yang ia panggil bos.

(Sstt tunggu dah,gua harus bisa pura-pura lupa ingatan,bisa jadi kalau engga kepala ini bisa dibenturkan,cuci otak,atau mungkin ada obat"an yang melemahkan ingatan?,Erika juga ga aman kalau gtu,itu memang yang terbaik kalau begitu)

Ku berani kan diri membuka mata,terlihat disekitarku terdapat tumpukan kayu dan bata,serta serpihan kaca yang sudah lama berada ditempatnya. Mataku terfokus pada jendela yang menghadap langsung ke lapangan yang penuh ilalang,dan bata usang yang tidak tahu berapa umurnya, tersusun rapi didepannya.

Tunggu sebentar. Ah!,iya serpihan kaca yang tersebar di lantai ini bisa dipakai untuk memutus tali yang melilit ditubuhku. Ku panjangkan kakiku untuk meraih serpihan kaca yang berada di depanku,tapi letaknya terlalu jauh. Terpikir oleh diriku untuk menggerakkan kursi mendekat ke serpihan kaca,ku goyangkan kursi itu dan.. terdengar suara orang berbincang di depan pintu.

"Ck,yak dapat!"

Ku raih pecahan kaca yang agak besar,menggunakan kaki lalu menaruhnya ke tanganku yang terlilit. Tipis-tipis, aku bisa menggesekkan kaca tersebut ke tali depan tanganku.

"Yes,lepas satu!". Ujarku

Jangan terlalu bersemangat,di depan ada orang. Ku lepas tali yang berada di tangan dan membuka tali yang ada di tubuhku..

"Kritttt"

Suara pintu terbuka,untung saja tali ini masih mengelilingi tubuhku walau sudah lepas. Eh tunggu,tdi tanganku di depan tapi sekarang dibelakang memegang balok kayu sebagai senjata,orang itu sadar ga ya?. Ku buka mata sedikit dan melirik ke arah lelaki tsb,eh bukan laki?. Tetap saja dia penculik!. Tk tk tk,suara langkah kaki mendekatiku,hembusan napasnya semakin hangat saat dia berada di depanku,aku yakin wanita ini sedang menatapku.

"Aku akan melepasmu,jika kau tak mengingat semua ini hahaha!"

Wanita itu berbalik,dan "Bruk". Ku pukul dia dari belakang menggunakan balok dan membawa lari balok itu, aku berlari di lorong satu arah dan menemukan pintu didepannya terkunci.

"Ah,yang benar saja!".

Aku berlari balik dan melihat ke arah jendela. Bangunan 2 lantai,ini cukup tinggi untuk diloncati orang. Sudahlah,ini antara hidup atau mati. Ku lempar balok kayu ini ke arah jendela dan yak,brakk prang. Kenceng banget gilak.

"Ini kalau gw lompat tanpa sepatu,meninggal ini. Eh,ni sepatu,pinjam dlu kak,lumayan tebel ini!".

Ku pakai sepatu tersebut dan terdengar suara langkah kaki mendekati ruangan,aku tak yakin akan melompat,tapi...ah,sudahlah. Aku memberanikan diri dan melompat dari atas. AAAAaaa!! Teriakku dalam hati agar tak terdengar siapapun, tanganku berdarah.

"Bodo amat lah,lari saja"

Kanan atau kiri kini yang menjadi permasalahan. Sepertinya ke kanan akan semakin menjauh dari tengah kota,okai brarti kekiri. Aku berlari kekiri dan tak semudah itu,komplotan Clara mengejarku. Lari lari lari,hingga napas tersendat-sendat.

"Oh,come on!"

Di depan itu jurang,yang benar saja jika aku harus menjatuhkan diri,tungguuu... Itu yang harus aku lakukan,ya!jatuh. Aku menjatuhkan diri dengan sengaja ke jurang,oh dangkal ini, bahkan aku masi bisa berdiri dan lari bersembunyi lebih jauh,semoga mereka tak menemukanku.

Sepertinya mereka berhenti diatas,dan ku putuskan untuk berjalan terus sampai menemukan rumah warga,semoga warga ini baik.

"Tok tok tok,permisii".

"Siapaa diluar". Ujar ibu ibu tsb dari dalam.

"Saya tersesat bu,bisa bantu saya?". Jawabku

Ibu itu keluar dan mempersilahkanku masuk.

"Nak,sedang apa kau disini,kalau boleh tahu..siapa namamu?". Sembari memegang tanganku yang terluka.

"Saya tidak tahu,tiba tiba saya sudah disini. Bahkan saya tidak ingat siapa saya".

Maaf untuk semuanya,mungkin dengan mengganti identitas kalian tidak akan dalam bahaya. Aku tak mau kalian bahaya karenaku.

"Jika boleh tahu,mengapa ibu berberes?".

"Oh ini saya hendak pergi ke kota,kau boleh ikut bersamaku,dan tinggal bersamaku jika mau".

Ah,ibu ini sendirian?

"Baik bu saya mau!".

"Mulau saat ini kamu bisa panggil saya "Ibu" dan namamu Lia". Kata ibu tersebut sembari tersenyum.

Setelah tersenyum,ibu itu pergi mengambil sekotak p3k,lalu mengobati tanganku yang terluka.

"Sudah mendingan lukanya?".

Aku hanya mengangguk karena masih menahan rasa perih di tangan.

"Bu,sini Lia bantu berberes"

Aku pun membantu ibu tersebut membereskan rumahnya. Sesekali diriku meneteskan air mata  karena teringat semua orang disana.

"Mengapa kamu menangis,nak?".

"Saya tidak menangis bu,mata saya hanya kelilipan debu".

Stay tune

୭⁾ྲྀ͢⩩ 𝟕 𝐒𝐭𝐚𝐫𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 (will be updated after the new story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang