11. Hanya Kabir

10 5 0
                                    

Di dalam sebuah mobil, terdapat dua orang gadis yang sedang mengobrol tentang banyak hal. "Asyima! Kamu yakin aku antar kerumah ayahmu. Jika nanti beliau marah gimana?" tanya Aya khawatir.

"Insyaallah enggak akan, ayah ku sedang tidak ada dirumah. Kata mama, ayah pergi kerumah nenek karena beliau sedang sakit" jawab Asyima yang memang sudah mendapatkan informasi dari mamanya, makanya dia berani pulang tanpa meminta izin pada Kabir.

Sesampainya di rumah yang sederhana dengan kombinasi warna putih dan abu-abu. Tidak sebesar dan semewah rumah Kabir, tapi Asyima merasa lebih nyaman ketika berada disini.

Dimana terdapat orang-orang yang sangat menyayanginya dengan tulus. Tempat berbagi suka dan duka, tapi itu dulu, sekarang Asyima lebih senang menyimpan semua masalahnya sendirian.

Bagi Asyima Tidak ada tempat paling menyenangkan selain rumahnya.

"Kamu gak mampir dulu Aya?".

"Lain kali aja deh, hari ini aku diajak papi ke perusahaannya".

"Oke, lain kali jika tidak mampir aku akan marah".

"Iya-iya, kirim salam buat mama nanti jika aku mampir aku mau kue coklat".

"Ihh, banyak maunya lagi"

"Hehehe habisnya sudah lama aku tidak makan kue super lezat buatan mama kamu. Ehh udah telat kalau begitu aku pamit dulu ya assalamualaikum".

"Wa'alaikum salam".

Aya masuk kembali ke dalam mobil yang dibawa oleh supir pribadinya. Aya adalah anak tunggal dari keluarga berada, tidak heran jika dia begitu dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

Meskipun begitu dia terlihat sederhana, tidak berlebihan, dia juga tidak sombong dengan apa yang dimilikinya. Bahkan ia pernah menolak jika harus diantar oleh supir kemana pun dia pergi. Peraturan tetaplah peraturan. Dia tidak bisa membantah kehendak papinya yang tidak mau jika terjadi sesuatu pada anaknya.

"Assalamualaikum" ucap Asyima memberi salam. "Wa'alaikum salam, siapa ya?" Teriak seseorang dari dalam rumah. Dari suaranya saja Asyima sudah tau itu siapa.

"Cari siapa ya!".

"Saya mencari mbak Mila Amelia yang cantik jelita, apakah dia ada dirumah?" Tanya Asyima menatap kesal kakaknya. "Hehehe, ada dong ini dia" Mila berputar-putar seperti seorang princess.

Asyima yang tidak mau menanggapi kelakuan kakaknya lagi langsung masuk kedalam rumah.
"Kakak sendirian, mama dimana?" Tanyanya melihat rumah yang sepi.

"Kamu ini seperti tidak terbiasa, jam segini kan mama di toko kue".

"Oo ya Asyima lupa, nanti jika mama pulang kakak panggil Asyima ya sekarang Asyima mau mandi dulu" pinta Asyima berjalan menuju kamarnya.

Sore harinya, Asyima yang merasa bosan hanya duduk-duduk saja didalam kamar dan mamanya yang tidak pulang-pulang. Pergi menghampiri mamanya di toko kue mereka yang memang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Dia berjalan sambil menikmati hiruk-pikuknya tempat ia dilahirkan. Banyak toko yang berjejer rapi di samping jalan. Ada yang sudah tutup dan juga ada yang masih terbuka lebar.

"Sudah lama aku tidak kesini" batin Asyima mengamati sekeliling.

Sesampainya didepan sebuah cafe, Asyima melihat laki-laki yang menolongnya tadi pagi sedang dipukul oleh seorang laki-laki lain dan juga ada seorang wanita yang berdiri di samping laki-laki tersebut, kira-kiranya dia sebaya dengan Asyima.

Saat Asyima menghampirinya, mereka sudah pergi meninggalkan Dio dengan wajah yang terdapat luka dibeberapa bagian. "Kamu tidak apa-apa?" Tanya Asyima berdiri di depan Dio.

Tidak akan terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang