5. BENCI PART 2

11 2 0
                                    

"Assalamualaikum, maaf pak, buk, teman-teman saya terlambat" ucap Asyima memasuki ruang rapat.

"Waalaikum salam" jawab serentak orang-orang yang berada di sana.

"Tidak apa-apa Asyima kami belum memulai rapatnya kamu boleh masuk" kata guru yang mengikuti rapat itu juga. Asyima menatap sekeliling mencari tempat duduk, tapi hanya ada satu yaitu disamping Randy, dia adalah ketua OSIS.

Terpaksa Asyima harus duduk disebelahnya dan berhadapan dengan Kabir. Dia sempat menatap Kabir meminta persetujuan darinya, tapi Kabir tidak peduli bahkan tidak menatapnya balik.

Asyima baru tau kalau Kabir adalah ketua tim basket. Selama ini dia tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Dia tau Kabir satu sekolah dengannya saja waktu terjadi musibah satu bulan yang lalu.

Disamping Kabir ada seorang perempuan, namanya Sinta. Jika Kabir adalah ketua tim basket, maka Sinta adalah wakilnya.

Dari gerak geriknya bisa kita lihat bahwa dia menyukai Kabir. Tapi Kabir tidak peduli bahkan dia cuek dengan semua wanita yang coba mendekatinya.

Rapatnya hanya membicarakan tentang perlombaan basket yang akan diadakan disekolah Asyima. Mengapa anggota OSIS dikumpulkan juga? Selain mereka diminta tolong untuk membantu agar acara tersebut sukses. Mereka juga akan membahas tentang pemilihan ketua dan wakil OSIS baru.

"Acaranya akan dilaksanakan minggu depan, jadi kami harap kepada ketua dan wakil tim basket untuk berlatih dengan keras. Dan juga kepada OSIS agar mengatur acara ini dengan sebaik-baiknya. Bagaimana, apa kalian bisa?"

"Bisa pak" jawab Kabir, Sinta dan anggota OSIS bersamaan. "Baiklah sekarang kalian semua boleh keluar".

"Kak Rendy, kapan kita akan mengadakan rapat OSIS?" Tanya Asyima setelah berada diluar. "Besok setelah pulang sekolah, bagaimana?".

"Emm, waktu yang tepat" sahut Wandi wakil ketua OSIS. "Baiklah besok kalian ajak anggota-anggota yang lain".
Setelah itu mereka semua kembali kekelas masing-masing.

Pulang sekolah, Asyima dan teman-temannya masih duduk didalam kelas. Mereka tidak mau berdesakan pulang dengan murid lainnya. "Ehh Asyima ngaku gak, kenapa tadi kamu datang terlambat kesekolah" tanya Aya mengintrogasi Asyima. "Aku gak ngapa-ngapain, kalian gak boleh su'udzon dosa tau" jawab Asyima menatap heran teman-temannya.

"Pasti kamu ada sesuatu sama Kabir Asyima kan?" Ami ikut berdiri di samping Aya juga menatap curiga Asyima. "Kabir... Ya Allah aku lupa, aku pulang duluan ya teman-teman" Asyima yang panik langsung berlari keluar meninggalkan teman-temannya.

"Kenapa dia?"

"Gak tau".

"Cie, cie akur ni ye" Kata Ara yang melihat Aya dan Ami kompak. "Cih, akur salah, gak akur juga salah udah deh ayo kita pulang Aya" protes Ami merangkul Aya keluar.

"Ehh Ami... Tungguin aku dong, aku ikut nebeng ya!" Teriak Ara mengejar Ami. "Put kamu gak pulang?" Tanya Ina melihat Putri masih duduk.

"Kamu duluan aja In, aku keluar sebentar lagi".

"Ya udah kalau begitu aku pulang dulu ya, assalamualaikum".

"Waalaikum salam".

Sedangkan Asyima masih lari menuju ke parkiran. "Mudah-mudahan dia belum pulang ya Allah" batin Asyima melihat kiri-kanan. Saat hendak memasuki parkir sebuah mobil mewah berwarna hitam keluar dari sana.

"Ehh itu mobil Kabir, Kabir... tunggu dulu" teriak Asyima mencoba mengejar mobil Kabir sambil memanggil-manggilnya. Kabir tau kalau Asyima mengejar mobilnya tapi dia tidak peduli. Dia melajukan mobilnya dan menambah kecepatan.

"Auww.."
Asyima terjatuh karena tersandung batu. "Aduh luka semalam aja belum, ini udah ada lagi" rintih Asyima bangkit dari duduknya.

"Apa dia gak dengar atau pura-pura gak dengar ya?"

"Ahh biarkan saja, yang penting sekarang aku harus cepat-cepat pulang".

Kabir yang sudah sampai kerumah langsung masuk tanpa mengucapkan salam. "Waalaikum salam" ucap seseorang yang duduk di sofa membuat Kabir terkejut.

"Bunda! Kenapa bunda bisa disini?" Tanya Kabir menghampiri bunda lalu mencium tangannya. "Emangnya kenapa kalau bunda disini, apa tidak boleh begitu?" Bunda balik bertanya.

"Bukan begitu bunda-"

"Tunggu dulu, Asyima mana kenapa gak ikut pulang dengan kamu?". Kabir terdiam mengingat Asyima yang mengejar mobilnya tadi. "Apa tadi perempuan itu mau bilang ini ya" batin Kabir.

"Kalau bunda tanya dijawab Kabir kenapa kamu diam aja mana Asyima!" Tegur bunda.

"Asyi-"

"Assalamualaikum bunda" ucap seseorang memberi salam. "Waalaikum salam".

"Selamat gue" batin Kabir melihat Asyima yang berjalan mendekat sambil ngos-ngosan. "Asyima kamu pulang dengan siapa nak?".

Asyima tidak menjawabnya dia hanya menatap Kabir yang juga menatap datar dirinya. "Asyima!"

"Emm Asyima pulang naik taksi bunda, Asyima suruh Kabir pulang duluan karena tadi katanya ada rapat OSIS tapi tidak jadi di undur besok" jawab Asyima berbohong. "Ampuni Asyima ya Allah, udah bohongi bunda" batin Asyima merasa bersalah.

"Ya sudah kalau begitu, kalian ganti baju sana ada sesuatu yang ingin bunda katakan". Kabir berjalan duluan dan diikuti Asyima dibelakangnya.

Bunda menatap Asyima dan Kabir menaiki tangga menuju lantai dua. Dia tau bahwa tadi Asyima berbohong untuk menyelamatkan Kabir.

"Kenapa lo bohong katakan saja yang sebenarnya gue gak takut. Lo pikir dengan menyelamatkan kan gue, gue akan terkesima gitu, cih, jangan harap". Kata Kabir sesudah mereka masuk ke kamar.

"Saya ngelakuin itu bukan untuk membuat kamu terkesan atau terkesima sama saya, tapi saya ngelakuin itu hanya untuk menjaga nama baik suami saya karena itu kewajiban saya sebagai seorang istri" ucap Asyima mantap.

Kabir jalan mendekat pada Asyima. Sedangkan Asyima tidak tahu mau kemana, mundur pun dia tidak bisa karena memang dia berdiri di dekat dinding. Jadi dia hanya menunduk saat Kabir sudah dekat dengannya.

"Apa tadi lo bilang! Menjaga nama baik, lo gak usah sok baik didepan gue. Gue jijik melihatnya" Kabir menatap tajam Asyima yang sudah gemetar.

Asyima mencoba kuat dan menatap balik mata Kabir, dapat dia lihat kebencian yang begitu besar dimata Kabir. "Mengapa, mengapa kamu begitu membenci saya" tanya Asyima dengan pipi yang sudah dibasahi air mata.

"Karena lo sudah salah masuk ke kehidupan gue" jawab Kabir menjauhi wajahnya dari Asyima lalu membelakanginya. "Dan juga gara-gara lo gue harus kehilangan orang yang gue sayang".

"Tapi itu bukan keinginan saya, saya juga korban disini" lirih Asyima menatap punggung Kabir.

Tok, tok, tok
"Kabir, Asyima, mengapa kalian lama sekali bunda sudah capek menunggu kalian cepat keluar ya" panggil bunda mengalikan pandangan Kabir dan Asyima.

Kabir berjalan ke lemari mengambil bajunya lalu berlalu keruang baca. Begitupun Asyima yang pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan shalat ashar karena sudah masuk waktunya.

Setelah selesai Asyima langsung turun kebawah, tapi hanya ada bunda sendirian disana. "Asyima! Duduk di sini na" panggil bunda menepuk-nepuk sofa disampingnya.

Setelah Asyima duduk datang Kabir yang langsung duduk di sofa, berhadapan dengannya.

"Baiklah karena kalian berdua sudah ada disini bunda ingin beri tahu bahwa besok bunda dan Abi harus ke Jawa tengah untuk mengurus anak perusahaan Abi disana, jadi bunda harap kalian bisa saling menjaga satu sama lain disini" tegas bunda menatap Kabir dan Asyima bergantian.

"Berapa lama bunda akan disana?"

"Kali ini sedikit lama dari pada biasanya mungkin satu bulan, oh ya besok bik Inah akan pulang kesini lagi".

Asyima hanya bisa tersenyum dalam kesedihannya. Akankah dia kuat dengan Kabir dalam sebulan kedepan atau dia minta izin saja untuk pulang kerumahnya. Tapi ia yakin dia hanya akan dikasih izin sehari oleh ayahnya untuk menginap di sana.

Bersambung...

Tidak akan terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang