13. Dekapan Hangat

10 4 0
                                    

Subuh hari.
Asyima terbangun dari mimpi indah nya. Dia merasakan ada angin halus yang mengenai wajah nya, lembut dan hangat. Dia juga bisa merasakan dan mendengarkan dentuman ringan terjadi beriringan. Tidak bisa di pungkiri ia merasa nyaman.

Apa itu?
Asyima yang tadinya masih setengah sadar, langsung membuka lebar-lebar mata nya. Sekarang jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Dia bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki yang sudah menjadi suaminya sebulan ini.

Sekarang ini dia berada dalam dekapan Kabir. Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Asyima menahan jantungnya agar tidak berdetak kencang dan menahan nafas agar Kabir tidak terbangun.

Sedikit demi sedikit ia memindahkan tangan Kabir yang memeluk nya. Tapi tidak berhasil, malahan Kabir semakin mengencangkan pelukannya.

"Jangan bergerak!" Lirih Kabir tanpa membuka matanya membuat jantung Asyima semakin berdebar. Tidak ada cara lain Asyima harus membangunkan Kabir jika tidak dia akan telat sholat subuh.

"Ka.. Kabir!". Tidak ada sahutan.

"Kabir!" Panggil Asyima lagi sedikit mengeraskan suaranya. "Hmm".

"Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?" Tanya Asyima membuat Kabir membuka matanya menatap Asyima yang juga sedang menatapnya. Tanpa pikir panjang Kabir langsung melepaskan pelukannya dan tidak sengaja sedikit mendorong tubuh Asyima hingga ia jatuh dari atas tempat tidur.

"Auw.." rintih Asyima yang tersungkur di atas lantai. "Kabir! Kamu apa-apaan sih, sakit tau" ucap Asyima memegang sikunya.

"Salah lo sendiri ngapain tidur dalam pelukan gue" jawab Kabir datar seperti biasanya. Nyatanya tadi malam dia lah yang mencari kehangatan hingga memeluk tubuh mungil Asyima.

Asyima tidak menyahut lagi karena dia kurang ingat dengan kejadian semalam, dia hanya menatap nanar Kabir. Bukan kemauannya, bahkan dia tidak sadar saat Kabir tidur sambil memeluknya.

"Mau apa lo?" Bentak Kabir disaat Asyima bangun mendekat padanya lalu memegang keningnya. "Jangan sentuh gue!" Kabir menepis keras tangan Asyima.

"Badan kamu tidak panas lagi" ucap Asyima tetap sabar walaupun Kabir memperlakukan nya begitu. Lalu dia pergi ke kamar mandi, hendak menunaikan kewajibannya.

***

Di meja makan,
Buk Ranti sedang menghidangkan makanan buat sarapan.

"Assalamualaikum mama!" Ucap Asyima mendekati mamanya. "Wa'alaikum salam, eh Asyima udah siap ya ayo sarapan dulu" ajak bu Ranti tanpa melihat Asyima berdiri di dekat nya.

"Mama lupa ya! Hari ini hari apa?".
Ibu Ranti menghentikan aktivitasnya, menyeringai menatap Asyima.

"Maklumlah mama sudah tua".

"Bukan sudah tua, hanya saja mama memikirkan hal lain. Masa hari aja bisa lupa!" Cibir Asyima. "Kabir mana?" Tanya Bu Ranti yang memang sedang menunggu menantunya dan itulah yang Asyima sebut dengan hal lain.

Pagi ini buk Ranti memang sengaja masak banyak, hanya untuk Kabir.

"Wihh, ada makanan kesukaan aku ni!". Tiba-tiba saja Mila datang. Dia hendak mengambil roti panggang yang dihiasi telur mata sapi diatasnya.

"Eh jangan, itu khusus mama buat untuk Kabir" larang ibu Ranti menghalangi Mila. Semenjak menikah dengan Kabir, Asyima sudah terbiasa melihat mamanya yang sepertinya lebih perhatian sama Kabir dari pada dirinya.

"Biarin aja ma kak Mila ambil, Kabir tidak suka sarapan dengan roti dia lebih suka makan nasi".

"Pagi ma!" Sapa seseorang dari arah belakang Asyima. "Pagi, eh Kabir sini nak duduk dulu kita sarapan" ajak ibu Ranti menarik lembut tangan Kabir agar duduk.

Tidak akan terlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang