5

14 7 0
                                    

Yang namanya gabut atau tidak ada kerjaan atau tidak tahu ingin melakukan apa bisa datang kapan saja. Seperti sekarang ini, tepatnya di ruang berkumpul. Ada Chalis dengan posisi kaki di atas dan kepala di bagian bawah sofa. Pagi ini rumah terasa sepi, padahal orang rumah sudah lumayan banyak jumlahnya. Tim berisik dan selalu membuat ulah masih berada di dalam kamar masing-masing. Kemarin, para penghuni baru bisa akrab dengan penghuni lama dengan cepat berkat Chandra yang terus menerus bertingkah, Seperti sudah bawaan dari lahir Chandra tidak bisa diam. Dan tentang nasi goreng Lio, ah.. bagaimana menjelaskannya? Yang pasti setelah membantu Chandra memasukan motor ke garasi dan kembali kedapur, nasi goreng di piringnya tinggal setengah dan itu menghasilkan dapur kembali berisik dengan rentetan protes untuk Alden dari Lio. Lalu apa pembelaan Alden? Dengan santainya bule nyasar itu berkata. "Kan udah gue bilang buat di bagi rata, elunya lagi bantuin penghuni baru yaudah gue yang lanjutin mindahin jatah nasgor gue ke piring"

Dan berakhir dengan Lio yang harus mengikhlaskan nasi gorengnya dengan lapang dada. Dirinya juga berniat belajar membuat nasi goreng menggunakan resep dari Eric.

Kembali lagi pada Chalis. Masih dengan posisi yang sama. Chalis melihat jam dan jam masih menunjukan pukul delapan pagi.

"Deminyaa gue gabutttt.." keluhnya pada diri sendiri. Tidak sadar ada Eric dibelakang sofa yang siap menjahili.

Ketika Eric ingin menyapu ruang kumpul, dirinya sempat kaget dengan kaki yang menghadap ke atas. Saat dilihat lebih dekat, barulah ia lega ternyata itu hanya kaki teman rumahnya. Dan tumbuhlah ide jahil di dalam otaknya.

Tanpa suara, tiba-tiba Eric menggelitiki telapak kaki Chalis. Hal itu membuat Chalis kaget, yang lebih mengenaskan, si korban yang digelitiki tidak bisa menahan keseimbangannya dan berakhir kepalanya bertemu dengan lantai keramik di ruangan tersebut.

JDUGG
"ARGHH"

"BAHAHAHAHAHA"

Suara jedug disusul suara teriakan dan tawa puas memenuhi ruangan yang hanya diisi dua orang tersebut.

"HEH ANJIM SIAPA SI?!... AKANG?! JAHAT AMAT SAMA GUE LO KANG! TANGGUNG JAWAB NI PALA GUE NYUT-NYUTAN!" Marah Chalis. Diusapnya kepala bagian belakangnya yang terasa sakit. "Aduhh pala guee"

"Lagian lo ngapainnn duduk kebalik kek gitu, kaget gue masuk masuk kaki doang ga ada orangnya" balas Eric masih sedikit tertawa.

"Gabut gue... kaga ada apa-apa gitu Kang disini" aku Chalis. "Anjir fix benjol"

"Sukurin.. mending bantuin gue bebersih ni rumah perasaan belum pernah di bersihin" ajak Eric lalu mulai menyapu lantai.

"Ah males Kang" tolak Chalis.

"Katanya gabut, ayo bantuin biar cepet beres. Aji sama Kara juga lagi bersihin halaman tuh" ucap Eric sambil menunjuk keluar ruangan. Di halaman ada terlihat Aji sedang menyapu daun-daun kering yang berjatuhan.

"Mana Karanya?" Tanya Chalis.

"Tadi sih ada.. gatau lah, nah sekarang lo beresin sofa sama meja. Bantalnya lo jejerin lagi yang rapih, terus mejanya lu rapihin juga, sampah bekas makanan masukin ke sini" kata Eric sambil memberi kresek hitam ukuran sedang. "Oh iya terus segala macam toples di taro di tengah meja, yang rapih ya" tambahnya.

Chalis menerima kresek hitam itu, dipikir-pikir lebih baik ikut kerja bakti. Setidaknya ada kegiatan yang mengisi hari liburnya.

"Oke Kang"

Chalis mulai merapihkan dari menyusun bantal sofa. Di tata kembali seperti semula. Selesai dengan bantal, di lanjut dengan merapihkan meja, semua sampah plastik bekas makanan di atas meja di ambil lalu dimasukan ke dalam kresek.

From Home : BEGINNING | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang