Starter (III)

787 96 17
                                    

Para karyawan sudah mulai berdatangan. Mereka memang selalu datang tepat waktu dan memulai aktivitas hariannya dengan baik. Hal ini jugalah yang membuatku merasa tak tega untuk memberhentikan mereka saat krisis paska pandemi terjadi kemarin. Bersusah payah aku dan Dewa mencari cara agar mereka tetap bisa bekerja. Aku yakin mereka akan mengganti usaha kami waktu itu dengan bekerja lebih baik lagi dan mereka tidak pernah mengecewakanku.

Sebelum membuka toko kami semua melakukan ritual doa bersama terlebih dahulu. Ritual ini sekaligus menenangkan kami, bahwa hari ini semua akan berjalan baik dan lancar.

"Urutannya seperti biasa, ya, Ci!" Suara Dara menggelegar sejak dia datang. Dara dan Suci bertugas mengambil pesanan pembeli yang sudah disiapkan oleh Aji dari dapur ke toko. Sedangkan Bella bertugas membuat minuman pesanan pembeli. Ketika kesibukan pagi selesai maka Aji atau aku juga akan membantu di depan. Kami juga punya seorang lagi karyawan bernama Salman, yang baru bergabung sejak pandemi, tugasnya adalah mengantarkan pesanan pembeli tepat di depan rumah mereka. Jam kerja Salman sedikit berbeda, ketika yang lain sudah masuk pukul 5.30 pagi, Salman akan memulai harinya pada pukul 8 pagi.

Tepat pukul enam lebih sedikit para pembeli kami mulai berdatangan untuk mengambil pesanan yang mereka pesan sehari sebelumnya. Pesanan hari ini cukup banyak dan aku jadi sedikit khawatir anak-anak di depan kesulitan.

"Ji, kalau sudah kelar yang orderan pagi, lanjut bantu Bella buat minuman, deh," pintaku. Aji mengangguk dan berjalan menuju keluar dari dapur. Tetapi tak lama dia kembali.

"Loh, kenapa?" tanyaku heran.

"Ada Dewa penyelamat datang," ucap Aji kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan orderan yang akan dibawa Salman nanti.

Huh, lagi-lagi aku merasa sangat bersyukur memilikinya dalam hidupku. Bukan hanya mengizinkan aku membuka usaha dan bekerja sesuai passion-ku, Dewa juga mendukungku penuh. Banyak hal yang Dewa lakukan untuk Moema Bakery ini, karena baginya, mimpiku adalah miliknya juga.

Waktu berjalan begitu cepat di pagi hari. Semua adonan sudah masuk ke dalam oven. Pesanan yang akan diantar ke rumah pembeli pun sedikit lagi selesai. Tampaknya kesibukan pagi sudah sedikit berkurang saat Dara masuk ke dapur dan mulai membawa pesanan yang akan dibawa oleh Salman. Dara akan melakukan double cek orderan dan memastikan alamat sudah sesuai dengan pesanan.

Aku keluar membawa Croissant yang masih hangat untuk pria paling aku cintai di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku keluar membawa Croissant yang masih hangat untuk pria paling aku cintai di dunia ini. Tampak dia tengah berbincang dengan Bella, sepertinya tentang minuman yang mereka buat

"Croissant hangat untuk suami tercinta dan paling baik sejagat raya," ucapku memasuki toko dan meletakkan sebuah Croissant hangat di atas meja bulat yang terbuat dari kayu. Dewa mendekat dengan membawa kopi hitam bersamanya dan ikut bergabung denganku.

"Makasih, yah, Sayang, sudah ngasih bantuan. Kamu punya radar apa gimana, sih, kok bisa tau kalau aku butuh kamu di sini."

Aku menikmati pemandangan indah di hadapanku. Aku yakin dia tertidur sebentar sebelum memutuskan ke sini. Muka bantalnya adalah favoritku.

Kitchen Talk [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang