"Bangsat! Siapa lo? Berani banget gangguin acara kami! Nyari mati lo?!" maki pria di kaki Nissa, yang sepertinya tak terima perbuatan Raid. Bukan hanya pria itu. Pria-pria lainnya pun akhirnya turut melepaskan tangan-tangan mereka dari Nissa.
Melihat hal itu, Nissa segera beringsut ke pojok dan memeluk dirinya sendiri. Melindungi tubuh yang penutupnya terlanjur koyak.
Kedua tangan Raid mengepal kuat melihat kondisi Nissa. Dadanya seolah akan meledak sebentar lagi karena gelegak amarah yang muncul cepat.
Sialan!
"Heh, bangsat! Siapa, lo!" Tak segera mendapatkan jawaban dari Raid. Salah satu pria itu bertanya kembali.
Raid tidak segera menanggapi ocehan pria tersebut. Memilih berjalan santai ke arah onggokan sebuah kain, memungutnya dan mengibas-ngibaskannya demi menghilangkan debu yang menempel pada kain tersebut.
Itu hijab Nissa, yang tadi di lemparkan seenaknya oleh para preman.
"Heh! Lo punya kuping, gak? Lo--"
"Ssstttt ...." sela Raid cepat, melirik para penjahat itu sambil menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Meski tampak santai, tapi aura mencekam menguar dari netra pria itu. "Sabarlah sebentar. Nanti juga kalian akan dapat giliran, kok," imbuhnya lagi, masih dengan gesture tubuh yang sangat santai. Seakan-akan para preman itu bukanlah sebuah ancaman untuknya.
Raid lalu menghampiri Nissa. Hatinya tiba-tiba sakit sekali melihat kondisi Nissa lebih dekat seperti ini. Rambut dan wajahnya kacau dengan jejak air mata yang masih sangat terlihat. Terdapat tanda merah dan luka berdarah pada sudut bibir gadis itu. Rasa bersalah kini menghantui hati Raid.
Meski Raid tahu dia belum terlambat. Tetapi tetap saja dia merasa bersalah karena tak bisa datang lebih cepat. Raid lalu membuka jaketnya dan menyampirkannya pada tubuh Nissa. Kemudian, kain yang dia bawa pun turut dia sampirkan ke kepala gadis itu, dengan sedikit menutupi kedua pandangan Nissa.
"Jangan!" Raid segera menghentikan gerakan tangan Nissa, yang baru saja hendak mengangkat hijabnya lebih atas.
Maksud Nissa, agar pandangannya tidak terhalangi. Tetapi ternyata, Raid memang sengaja menempatkan hijab Nissa seperti itu, agar gadis yang ternyata punya rambut indah tersebut, tidak sampai melihat apa yang akan Raid lakukan sebentar lagi.
Nissa pun akhirnya menurunkan tangannya, dan membiarkan hijab itu menutupi setengah wajahnya. Kembali memeluk dirinya dan menutupi bagian tubuh yang terlanjur polos dengan hati yang sudah porak poranda.
"Tutup mata, tutup telinga jika tidak kuat, okeh!" titah Raid lembut.
Nissa hanya mengangguk patuh.
"Tunggu sebentar, ya? Aku akan kembali dengan cepat," pamit Raid kemudian, seraya menepuk pelan kepala Nissa beberapa kali. Hati Nissa berdesir mendapat sentuhan itu.
Setelahnya, dari bawah hijabnya Nissa melihat Raid berdiri, kemudian mulai menjauh darinya. Nissa mulai membaca doa apa saja yang ia ingat.
"Cih! Apa-apaan itu? Sok Romantis dan--"
Bugh!
Belum selesai ucapan salah satu preman itu, entah yang mana? Nissa sudah mendengar Raid memukulnya dengan keras, hingga pria itu terpental beberapa meter dari sana. Nissa bahkan sampai terlonjak kaget saking besarnya bunyi bedebam yang terdengar.
"Bangsat!"
Tentu saja, aksi Raid makin memicu kemarahan mereka, hingga para preman itu pun tak tinggal diam lagi, dan mulai menyerang Raid bersamaan.
Nissa mencoba buta dan menulikan diri, saat perkelahian itu terjadi. Meski sebenarnya dia sangat ingin melihat bagaimana Raid menghajar para pria kurang ajar itu, tapi Nissa tahu, dia juga tak akan sanggup melihat semuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/238040611-288-k991825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Dalam Asa Hampa (On Going Di Kbm Dan GoodNovel)
RomansaBagaimana rasanya punya pasangan tukang selingkuh? Sakit? Tentu saja. Itulah yang dialami Nissa, atau lengkapnya Anissa Fatih Zhakia. Nissa terpaksa bertahan dalam perjodohannya dengan seorang playboy bernama Abyan, demi untuk berbakti pada orang t...