2. Fakta yang Sesungguhnya

586 89 2
                                    

Like Father Like Son



Sebuah ruangan, serba berwarna putih. Aroma khas obat-obat menyeruak mengusik indera pengciuman. Sangat kental. Di ruang tamu, tengah duduk empat orang dewasa. Sepasang suami istri dan dua orang lainnya adalah seorang dokter dan penanggung jawab rumah sakit.

"Anak tertukar?" Ucap seorang pria terkejut mendengar penuturan seorang dokter menjelaskan padanya sebuah fakta yang baru terungkap setelah 6 tahun lamanya.

Di sebelah sang pria, seorang wanita tengah duduk dengan wajah yang sulit diartikan. Sorot mata yang kosong, tertunduk betah melihat bagian lantai ruangan. Tangannya terlihat kusar, saling menggenggam satu sama lain.

"Ya, itu biasanya terjadi ketika di masa lalu. Saat proses persalinan." Jelas sang penanggung jawab.
"Kebanyakkan kasus terjadi di akhir tahun 1990." Lanjutnya lagi.

"Karena masalah itu, kami mulai menulis nama bayi dengan tinta, di telapak kaki bayi yang baru lahir." Tambah sang dokter menjelaskan.

Mendengar itu, Hinata merasakan oksigen di ruangannya semakin menipis, sesak ia dera di bagian paru-parunya.

"Kalau begitu, apa yang terjadi?" Tanya Sasuke. Jika mereka sudah mengambil tindakan itu. Tapi kenapa anaknya masih bisa tertukar. Sedangkan mereka sudah melakukannya sejak 1990. Padahal anaknya, Keita lahir pada tahun 1992. Harusnya tak ada masalah.

"Kalau begitu..

..Bagaimana kalian tau bahwa anak itu bukan anak mereka?" Tanya Sasuke. Sebelumnya bagian penanggung jawab menceritakan bahwa seorang anak dari salah satu keluarga merasa bahwa putra nya yang berada bersamanya bukanlah putra mereka yang sebenarnya.

"Begini, tes darah yang dilakukan saat putranya mengikuti seleksi masuk sekolah, tak cocok dengan orang tuanya." Jelas sang dokter.

"Tapi anak kami, tidak mengalami masalah itu." Potong Sasuke.

"Apakah kalian yakin?" Tanya Hinata, pasti ini hanya ada kesalah pahaman. Anaknya tak mungkin tertukar.

"Kalau Keita, bukan anak kami?" Lanjut Hinata. Begitu berat rasanya, ia melantunkan kalimat itu.

"Ada tiga bayi laki-laki yang lahir di rumah sakit itu. Tepat di hari yang sama. Pertama-tama kami akan melakukan tes DNA kembali, untuk mengetahui fakta yang sebenarnya." Ujar sang dokter.

Sasuke dan Hinata menghela nafas berat, tertegun. Sebenarnya keduanya juga merasa gusar dan khawatir. Jika fakta yang mereka terima, malah seperti apa yang dikatakan oleh sang dokter tersebut.

🌼🌼🌼

Hari berubah malam, sebuah ruangan hanya di terangi lilin. di meja makan sebuah kue tart bertuliskan, 'Selamat Keita.' menjadi pusat pandangan. Lilin menerangi bagian pinggir ku coklat tersebut. "Ayo bersama-sama." Ujar kedua orang tuanya serempak.

"Keita! Selamat lulus ujian masuk." Keluarga kecil itu berteriak dengan nada bahagia. Saling berpandangan satu sama lain. Hari ini, mereka merayakan hari keberhasilan Keita, karena putra mereka berhasil lolos masuk sekolah swasta terbaik di Jepang.

"Baik." Ucap Hinata, "Ayo tiup." Sahut Sasuke. Menyuruh putra mereka meniup lilin di pinggiran kue tart.

Seketika ruangan menjadi gelap. Suara gemuru tepuk tangan terdengar, "Begitu cara melakukannya. Bagus." Hinata mulai menyalakan lampu ruang tengah.

Acara makan malam bersama, menjadi acara selanjutnya, "Tomatnya enak." Ujar Keita memuji masakan ibunya.

"Sungguh?" Ucap Hinata, dengan wajah yang bahagia. "Ayo makan, buka mulutmu." Lanjut Hinata kemudian menyodorkan sebuah steak daging di mulut Keita.

Keita mengambil sebuah kamera yang berada di bagian sisi meja. Ya, mereka sebelumnya sempat mengambil gambar bersama. Keita mulai memotret ibunya. Sedangkan Hinata berpose sambil menunjukkan sebuah udang yang ia angkat dengan garpu.

Cekrek.

Keluarga kecil itu tertawa, "Coba lihat." Ucap Sasuke meminta kamera yang berada di genggaman putranya. Sontak membuat Keita menyodorkan pada ayahnya.

"Oh, itu bagus sekali." Sahut Sasuke ketika melihat hasil jepretan Keita.

"Bagus?" Tanya Hinata.

"Hn."

"Sekarang gantian, ibu yang memotret Keita dan ayah." Ucap Hinata. Sepasang ayah dan anak itu pun berpose membawa kue tart. Sedangkan Hinata mulai fokus dengan kameranya.

Cekrek.

"Bagus sekali, mau melihatnya?" Tawar Hinata pada Keita. Keita pun sedikit bergeser mendekat pada ibunya. "Tekan di sini." Lanjut Hinata agar beberapa foto lainnya dapat dilihat oleh Keita.

Sedangkan Sasuke kembali meletakkan kur tartnya di tempat semula. Pria itu mulai memandangi istri dan anaknya. Ntahlah perasaannya sedikit sulit untuk diartikan. Satu sisi bahagia, namun sisi lainnya sedikit tak nyaman.

...

Di dalam kamar, tepatnya di atas ranjang, ketiga orang berbeda gender dan usia tengah berbaring bersama. Keita tidur, diapit oleh ibu dan ayahnya.

Saling bercanda, Sasuke menarik kaki mungil putranya, ke atas ke arah langit-langit. Bagaikan sedang mengukur tinggi putranya. di sisi lainnya, Hinata melakukan hal yang sama. Keita merasakan hari ini, adalah hari yang membahagiakan. Menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya. Tawa riang pun tak henti-hentinya mampir di bibirnya. Menghiasi ruang kamar tersebut.

Keita menggenggam kedua telapak tangan kedua orang tuanya, sisi kanan adalah tangan Hinata, sedang sebelah kiri adalah Sasuke. Di arahkan ke depan. "Keempatnya bersama-sama." Ucap Keita melihat genggaman tangan kedua orang tuanya menyatu dengannya. Hal itu tak luput dari penglihatan Sasuke dan Hinata.

Keita mengarahkan genggaman tangan ibunya dan ayahnya menyatu, digosok-gosok, "Keempatnya akan bersama-sama." Hal itu membuat Sasuke yang awalnya melihat genggaman tangan itu beralih pada wajah putranya yang sejajar dengan kepalanya.

🌼🌼🌼

Sebuah lift bergerak ke atas gedung, di dalam sana, terdapat keluarga kecil Uchiha.

Pagi ini, mereka akan melakukan tes DNA. Namun hal ini masih di rahasiakan Sasuke pada putranya. Tanpa sepengetahuan Keita, mereka berangkat ke rumah sakit. Sasuke dan Hinata menggandeng putranya, berjalan bersama keluar dari lift. Bergerak ke arah sebuah ruangan.

Ketiganya terlihat bermain, mengangkat tangan Keita yang berada di genggaman tangan kedua orang tuanya agar terangkat ke atas, dan Keita pun seperti merasa terbang. "Wuuu." Suara Keita.

...

Keita duduk di salah satu kursi, dimana seorang dokter mulai mengeluarkan alat medis. Sedangkan Hinata dan Sasuke berdiri melihat putra mereka. Hinata menghela nafas berat, bersandar pada lengan suaminya. Sasuke yang merasakan kecemasan istrinya pun mulai menggenggam tangan Hinata. Seakan mengatakan ini baik-baik saja.

"Buka mulutmu." Perintah sang dokter pada Keita.

...

Sasuke membawa istri dan putranya pulang, pria itu berjalan lebih dulu, membawa sebuah payung yang masih terlipat karena hari ini turun hujan.

'Hasil tes nomor 1, Uchiha Sasuke. Hasil tes nomor 2, Uchiha Hinata. Dan hasil tes nomor 3, Uchiha Keita. Menunjukkan bahwa mereka tak memiliki hubungan.' Sebuah kalimat yang masih terngiang di pikiran Sasuke. Pria itu mengingat ucapan dokter yang memberikan penjelasan, ketika selesai mengambil sampel untuk tes DNA.










Tbc.

Jangan lupa vote dan komen ❤️🌼 😁

Like Father Like Son (Sasuhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang