Tampak seorang laki-laki berambut hitam legam sedang sibuk dengan beberapa tumpukan piring di kanan dan kirinya. Lelaki itu tampak fokus menggosok satu per satu piring sampai bersih, "Kau sudah selesai, Bara?" terdengar suara seorang wanita berusia kurang lebih setengah abad bertanya pada pemuda itu.
"Tinggal sedikit lagi, bi" Jawab anak laki-laki bernama Bara itu.
"Nanti cepat kesini ya, bibi membutuhkan bantuanmu"
Bara pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan menuju ke tempat bibi Helen berada. Melihat bibi Helen yang tengah mengangkat kardus, Bara pun bergegas mengambilnya dari tangan bibi Helen, "Ini mau ditaruh dimana, bi?"
"Letakkan saja di sebelah karung-karung beras di pojok gudang"
Tanpa basa basi, Bara pun segera menuju gudang penyimpanan dan meletakkannya sesuai perintah. Sekembalinya Bara, dia melihat bibi Helen yang ingin mengangkat kardus berisi bahan makanan itu, "Bibi tidak perlu mengangkatnya lagi, biar aku saja".
"Hey bibi ini masih kuat tau" balas wanita itu.
"Tidak apa, bi. Aku kan masih muda. Tenagaku juah lebih besar. Mau aku ambilkan minum dulu, bi?" tanya Bara sebelum pergi menuju gudang penyimpanan lagi.
"Tidak usah, bibi bisa menyuruh yang lain" jawabnya mulai duduk di kursi terdekat.
Salah satu pelayan kedai yang merupakan anak dari bibi Helen tiba-tiba datang membawakan minuman. "Ma, salah satu pelayan tidak bisa datang karena sakit. Keadaan sedang sangat ramai di depan, kita kekurangan tenaga" lapor putrinya dengan raut muka khawatir.
"Aduhh, ada-ada saja" bibi Helen memijat keningnya, kemudian matanya melihat Bara yang bolak-balik mengangkat kardus, ia pun melirik putrinya lagi.
"Bara, coba kesini sebentar" panggil bibi Helen pada Bara yang akan mengangkat kardus terakhir.
"Eh iya, kenapa bi?", Bara meletakkan kardus itu kembali dan melangkah mendekat pada bibi Helen.
"Kau bantu mengantarkan makanan di depan ya? Kardus ini biar disini dulu saja. Kedai sangat sibuk hari ini dan kita kekurangan orang" jelas bibi Helen pada Bara.
"Tt-tt-api bi, aku tidak terbiasa", tentu saja itu bukan hal biasa yang dilakukan Bara. Dia tidak akan bersikap lembut dan tersenyum dengan tulus kepada setiap orang yang baru saja ditemuinya, artinya menjadi pelayan bukan pilihan yang tepat.
"Putriku akan mengarahkanmu, lagipula kau itu pemuda tampan. Siapa tau kedaiku akan lebih terkenal jika kau muncul" jelas bibi Helen dengan terbahak-bahak.
Itu bukan pilihan yang bagus, bi batin Bara.
"Oke sudah kuputuskan, nanti gajimu akan aku tambah. Sudah cepat siap-siap sana"
Bara pun berjalan pasrah mengikuti putri dari bosnya ini. Perasaan Bara saat ini benar-benar tidak enak. Akankah dia melakukan kesalahan? Dia sudah terlanjur nyaman disini, orang-orang disini sangat baik padanya.
Berawal dari Bara yang menolong bibi Helen memungut kentang yang berserakan akibat kantong plastik yang robek, apalagi waktu itu bibi juga sedang membawakan kardus beras yang diangkatnya sendiri, definisi ibu-ibu yang sangat kuat bukan? Kejadian itulah yang membuat Bara mendapatkan pekerjaan ini.
"Sebenarnya tugasmu tidak susah kok, kau hanya perlu mengantarkan makanan saja. Ini tolong antar ke meja no 10 itu ya" jelas anak dari bibi Helen dengan menyerahkan nampan berisi beragam makanan.
"Ke meja itu?" tanya Bara ragu.
"Iya kesana, mereka salah satu pelanggan tetap di kedai ini, mereka selalu meminta dibawakan seluruh pesanan secara langsung, sedangkan pesanan yang perlu dibawa banyak sekali, pelayan perempuan disini tidak bisa menghandlenya, biasanya ada pelayan laki-laki yang melakukanya, tapi dia tidak bisa datang, jadi aku minta bantuanmu ya?" balas gadis itu, Bara hanya bisa diam dan mengganguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRIUS | TXT
FanfictionTuk tuk tuk Ketukan di meja kerja pria berdasi itu terhenti ketika seluruh kota yang tengah dipandangnya berubah menjadi gelap gulita. "Mereka berbeda, mereka bersinar terlalu terang, cahayanya sangat menyilaukan dan- -ini sangat memuakkan...CEPAT S...