03. Evren Melvzrin

63 8 0
                                    

Membentangnya langit gelap menjadi alasan kesunyian kamar bernuansa biru tua itu, pemecah kesunyian ini hanyalah dentingan jam dinding serta suara nafas pemuda yang tersenggal-senggal dalam tidurnya. Tak lama kemudian, pemuda itu pun terbangun dan terduduk untuk menetralkan kembali nafasnya.

"Sial, aku memimpikannya lagi" gumamnya mengusap muka dengan kasar.

☆ ☆ ☆ ☆ ☆

Daun berguguran dan udara yang dingin menjadi petanda bahwa musim gugur di Atraka akan segera datang. Evren yang turun dari bus mulai menggusap-usapkan kedua tanganya dan berjalan menuju akademi yang masih terselimuti kabut. Evren menempuh pendidikan di akademi Asima, akademi terbaik di Annunartsa. Fasilitas yang ditawarkan pun tidaklah main-main, mulai dari asrama, mall, bioskop, game center, gym center, kolam renang dan banyak lagi. Tentu saja, murid disana bisa memilih untuk tinggal di asrama ataupun tidak, seperti Evren. Dia lebih memilih tinggal dirumah bersama sang kakak dan rela berangkat lebih pagi agar sampai tepat waktu. Akademi ini berada di sebelah barat kota Atraka, lebih tepatnya terletak di tebing pantai Pirsah. 

"Halo ketua" 

"Oh, halo. Kau datang cukup pagi Jeremy"

"Tentu saja, aku terlalu penasaran untuk rapat kali ini. Akademi pun ikut diliburkan, apakah terjadi sesuatu?" tanya adik kelasnya ini.

"Entahlah" 

Di aula yang terlampau besar ini masih terisi seorang gadis berambut hitam lurus dengan mata bulat besar, hidung yang lancip dan visual bak boneka hidup tengah terfokus pada ponselnya. Mereka berdua pun menuju ke tempat duduk paling ujung dimana gadis itu berada. 

"Pagi Otta" sapa Evren.

"Pagi kak Otta" susul Jeremy duduk di sebelah Evren. 

" Pagi kalian. Tumben kau datang pagi Je?" ucap sinis Charlotta.

"Memang kenapa kalau aku datang pagi ha?" 

"Langka." 

"Oh Jeremy, tumben kau datang pagi", dari arah pintu berdiri wanita cantik berambut coklat bergelombang dan apabila tersenyum tampaklah eyesmile yang anggun dan menawan, wanita ini adalah pembimbing dari Dewan Serikat Mahasiswa Asima, Mildereda Roxana Venohra. 

"AAARGHHH kenapa bu Milde ikut-ikutan sih ", teriak Jeremy frustasi.

Menghiraukan protesan dari Jeremy, Bu Milde, selaku pemimpin rapat hari ini segera mengatur apa saja yang diperlukannya. Ketika jam telah menunjukkan pukul 08.00, satu persatu anggota rapat pun berdatangan, mulai dari anggota inti kepengurusan akademi, para pegajar hingga yang terakhir datang adalah ketua akademi dan wakilnya. Setelah dirasa semua anggota rapat besar telah berkumpul, rapat pun dimulai.

"Halo semuanya, termakasih atas waktu yang telah kalian luangkan. Pembahasan rapat kali ini adalah untuk memilih calon siswa siswi yang akan dikirim sebagai perwakilan akademi Asima untuk mengikuti olimpiade, namun olimpiade kali ini terbilang cukup unik kareana tidak ditentukan terlebih dahulu subjek yang akan diujikan. Olimipade ini hanya berbicara tentang kecerdasan, kercedikan, ketangkasan, keterampilan, dan kepantasan " jelas bu Milde. 

"Akan aku jelaskan lebih rinci" lanjutnya menampilkan beragam informasi di layar besar dibelakang beliau. Evren pun mulai serius mendengarkan penjelasan sang pembimbing dan menyerap setiap informasi penting.

"Setelah berdiskusi bersama bapak ketua akademi, tidak mengikuti olimpiade ini dapat mempertaruhkan reputasi akademi, karena kegiatan ini dibawahi langsung oleh organisasi pendidikan internasional. Maka dari itu, rapat ini diadakan untuk memilih 4 kandidat yang akan maju mewakili akademi. Saya sendiri telah mengumpulkan data-data murid yang dirasa layak dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan" jelas bu Milde

SIRIUS | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang