Perbincangan

124 11 4
                                    


"Bersiaplah Boruto, kita akan menghadapi masalah besar"

🔸🔸🔸🔸🔸

TAK..

"ITEEEIII-TEBASAAAA"

Boruto mengusap-ngusap belakang kepalanya yang sakit akibat pukul dari tongkat yang dipegang oleh Rinaa. Sudah kesekian kalinya Boruto hampir berubah menjadi katak, Boruto berani mengumpat dalam hati bahwa seluruh latihan yang ia lakukan kali ini benar-benar menyebalkan.

"Hei Rinaa, apa tidak ada cara lain untuk mengubahku kembali menjadi manusia selain tongkat itu?" Unjar Boruto kesal

Rinaa menghela napas sebentar lalu ia menatap Boruto" Seharusnya sih ada, tapi karna cakramu hampir sama dengan Naruto maka hanya tongkat ini yang bisa"

Ya, sebenarnya itu hanya alasan belaka yang Rinaa buat agar ia tidak terlalu meladeni keluhan putra Hokage ketujuh ini.

"Cepat! Kita mulai lagi latihannya"

"Yosh... Ayo mulai kembali-tebasa"

Pulau Myoboku atau Negri Katak saat ini sedang dipenuhi teriakan sakit dari shinobi bermarga Uzumaki. Dua shinobi ini sedang berusaha menyelesaikan latihannya demi mendapatkan kekuatan senjutsu.

Semua pukulan itu ternyata tidak sia-sia, selama latihan mereka berdua sama sama menunjukkan peningkatan yang berangsur-angsur. Naruto mulai bisa mengendalikan energi alamnya dan hanya merubah pada bagian mata, lalu Boruto ia mulai menunjukkan warna mata kataknya

Rinaa harus mengakuinya, bahwa ayah dan anak ini memiliki perkembangan yang tidak beda jauh

"Nah Boruto. Coba kau angkat patung batu ini" Ucap Rinaa sambil menunjuk salah satu patung batu yang ada di sana

Baruto dengan semangat berjalan menuju patung tersebut. Ia mengambil nafas sejenak lalu dengan fokus mulai mencoba mengangkat patung tersebut

Awalnya patung tersebut tidak bergerak, namun tak berapa lama usahanya membuahkan hasil. Patung tersebut mulai terangkat, secara bertahap Boruto mulai bisa mengangkatnya. Hal ini membuat dirinya merasa bangga dan senang, saking senangnya ia sampai tidak sadar melemparkan patung tersebut. Untung saja kali ini patung tersebut tidak menabrak patung yang lainnya

"Baka Boruto. Apa yang kau lakukan barusan" Ucap Rinaa dengan rasa kesal

"Gomen.. Gomen.. Saking bahagianya aku sampai lupa kalau itu patung batu" Ucap Boruto sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal

. . . .

Waktu makan siang atapun makan malam adalah satu hal yang paling dibenci seorang Uzumaki Boruto saat ini. Pasalnya sudah beberapa hari semenjak latihan dimulai, ia hanya dapat memakan serangga bahkan cacing yang dihidangkan langsung ataupun masih hidup.

Boruto rasa ia sudah kehilangan kehidupan normalnya. Yah tapi apa boleh buat, jika ia tidak makan maka ia akan berakhir kelaparan. Rinaa hanya menghela nafas kala melihat perbandingan kedua Uzumaki yang tidak ada bedanya.

"Mau makan atapun tidak, mereka akan tetap menghabiskannya hihihihi" Gumam Rinaa.

Setelah jamuan makan yang telah di santap. Kondisi Boruto kini sangat memprihatinkan jika orang lain yang melihatnya. Ia sedang duduk dipojokkan dengan memeluk kedua lututnya sembari meratapi hidup di dunia masa lalu.

"Aku memang sudah tidak normal-ttebasa"

"Argghhh... Kapan aku akan keluar dari masa lalu ini" Teriak Boruto yang mulai frustasi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boruto:Tugas Di Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang