7

55 13 1
                                    

Langit sejatinya tidak akan tergapai sampai kamu sadar diri.

●●●

Voment Juseyoo



Hari yang cerah dan dingin karena hujan sepanjang malam, dan suara dosen bak semut bernyanyi. Sesekali kubenamkan wajahku di balik dua tangan yang bertumpuk rapi di atas meja. Kebingungan mencari pinjaman seratus juta. Yang pastinya dalam jangka panjang akan melilitku. Terus bagaimana lagi? Adikku sedang kesusahan di luar sana.

"Baik, silahkan buat makalah dengan tema Mengoptimalkan Teknologi Menuju Indonesia Maju. Bebas menentukan subtema. Jika masih ada pertanyaan silahkan kirim email saja." jelas seorang pria separuh baya dengan suara lembutnya—dosenku.

Aku mengangguk cepat seraya memasukkan laptopku ke dalam tas dan melesat pergi.

"Astaga, seratus juta sialan itu masih terngiang-ngiang di kepalaku" rutukku. Aku mulai melangkah pergi menuju supermarket—tempatku bekerja part time.

°°°

Langkahku terhentikan tepat di depan gang kecil di tengah kota. Bulu kudukku berdiri begitu saja. Aku memutar tubuhku kebelakang dengan cepat.

Shit!

Dugaanku benar. Seorang pria dengan topi, hoodie, celana, dan sepatu serba hitam mengikutiku sejak tadi. Setelah kuingat-kuingat, ia duduk bak orang biasa di cafe seberang kampus. Sialan mau apa dia?!

Aku terus berjalan namun dengan kecepatan tiga kali lipat dari sebelumnya. Mencari kerumunan orang, itu tujuanku saat ini.

Aku sampai di depan pasar Ampera–dan beruntungnya lagi pria itu tidak terlihat. Semoga ia benar-benar berhenti karena aku menyadarinya.

"Aleah?" panggil seseorang yang membuatku sontak membalikkan badan.

Terlihat seorang wanita tua dengan dua tas belanja yang besar di kedua tangannya. Aku sontak menghampirinya dan membawa belanjaanya yang super berat.

"Bu Mila sendirian?" tanyaku lirih

Ia tersenyum sembari mengangguk.

"Kamu mau kemana, Nak?" kali ini ia yang bertanya.

"Oohh biasa bu, kerja keras bagai kuda" sahutku tertawa pelan.

"Ah iya! Mumpung ketemu kamu, minggu depan ada acara makan-makan di rumah ibu. Nanti mampir yaa, Bianca sama Alex juga diajak" jelasnya tersenyum.

Aku mengangguk cepat–kalo soal makan maah cepet lah.

"Acara–" ucapku yang terpotong bu Mila langsung menyebutkan alasannya.

"Soalnya Dirga mau dateng" tambahnya

Jantungku berdegup kencang. Dirga? Dirga itu kan? Dirga anak Bu Mila–ya Dirga itu lah. Aku memejamkan mataku sebentar. Astaga, cinta pertamaku!!

●●●

"Siapa ya" gumamku mengingat-ingat pria dari kejadian tadi. "Masa ia Brandon?"

Tingg

"Selamat datang" sapaku lemas pada seorang pelanggan yang baru masuk. Saat ku alihkan pandanganku ke arahnya. Aku membelalakkan mataku dan kembali meralat ucapanku tadi.

"I mean mmm welcome" sapaku yang kali ini terbata-bata. Aku memang memiliki modal bahasa asing walau sedikit, tapi–kalo secara live–ini pertama kalinya. Jantungku berdegup kencang dua kali lipat.

Pria itu hanya mengangguk dan melangkah menyusuri rak supermarket.

Hufftt

Tak sampai satu menit, ia berdiri tepat didepan meja kasir. Dengan sebotol kopi dingin dan segelas kopi panas.

"One hundred and forty thousand rupiah"

Ia terdiam sejenak.

"But i don't have Indonesian monetary unit"

Aku mengerjapkan mataku. Setelah mencerna perketaannya beberapa detik.

"Apa?!" gumamku yang sepertinya terdengar olehnya

Apa? Maksudnya dia nggak punya uang rupiah?

Aku terdiam sejenak, memikirkan solusi yang tepat.

"Tak ada cara lain" gumamku. Pria asing itu mengernyitkan dahinya.

"Well, mmmm i'll pay it" ucapku yang sebenarnya tak senada dengan hati.

Pria itu menarik sudut bibirnya. Kemudian menyodorkan sebotol kopi dingin ke arahku.

Aku mengangkat alisku tak paham.

"Ini untukmu" ucapnya yang sukses membuatku mundur beberapa langkah. Menopang tubuhku dengan kedua tangan di atas sebuah meja belakang. Aku mengerutkan dahiku. Sesekali meliriknya untuk memastikan ekspresi wajahnya mengejek atau tidak.

Dia bisa bahasa Indonesia!? Siall, bahasa inggrisku bagus gak ya tadi 😭

"Dan ini uangnya 14.000" ujarnya lancar jaya. Tidak terdengar aksen orang asing sama sekali dalan ucapannya itu.

Dan–dia punya uang rupiah? Dia sedang mengetesku ya!? Atau ada kamera? Ini acara prank ya !?

Berbagai pertanyaan tanpa jawaban terus-terusan muncul dibenakku. Aku menatapnya tanpa berkedip sama sekali.

Ia kemudian menampakkan senyum tipisnya. Astaga!! Tampan! Aku langsung menyadarkan pikiranku yang ngelantur jauh. Aku memang lemah dengan pria tampan. Memang penyakit serius!

Ia menarik botol kopi dingin itu dan membukanya perlahan. Kemudian menyodorkannya kepadaku sembari mengisyaratkan 'minumlah'

Aku mengangkat alisku. Kali ini apa!?

Aku segera mengambilnya lalu meneguknya cepat. Pria itu memutar kopi panasnya perlahan. Aku yang melihatnya kembali frustasi karena ketampanan dan badannya yang kekar.

"Menikahlah dengan saya" pintanya yang sontak membuatku menyemburkan kopi dingin yang masih memenuhi rongga mulutku. Aku kaget melihat wajahnya bermandikan kopi dingin yang bercampur air liurku.

Astaga!?



VOMENT JUSEYOOO💝




Secretly YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang