9

14 1 0
                                    

Voment juseyoo

Happy reading!!



Author pov

"Permirsa, temuan jasad seorang pria di sebuah gedung kosong gegerkan warga setempat."

"Jasad pria yang telah di evakuasi ternyata mendapat 41 tusukkan tepat di dadanya. Sebelumnya ia ditemukan dalam keadaan tubuh mengeras karena pasta gigi."

"Namun, identitas dari korban masih belum diketahui. Pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikkan terkait kasus ini. Berikut liputan selengkapnya-"

Aleah menghela napas panjang. Ia bergidik ngeri setelah mendengarkan berita dari salah satu stasiun tv.

"Aduh aduh, jadi ngeri" sahut seorang pelanggan yang ada di hadapannya sembari mengeluarkan barang belanjaannya untuk di total. Aleah hanya tersenyum. Lalu pelanggan itu menatapnya sembari geleng-geleng kepala.

"Kamu cantik lho, harus pandai jaga diri ya. Mana tahu lho di luar sana" tambah pelanggan itu. Aleah hanya mangut mangut tersenyum manis.

Setelah semua belanjaan pelanggan itu dimasukkan kedalam tas belanjanya. Pelanggan itu segera pergi dan memberikan tip kecil kepada Aleah.

"Terimakasih. Silahkan datang kembali" ucap gadis itu seraya menunduk.

Gadis itu segera menyisiri rak-rak untuk menyusun beberapa barang yang baru saja sampai. Pandangannya teralihkan kepada setumpuk pasta gigi. Perasaannya tak enak. Ia mengingat-ingat pasta gigi itu. Namun, nihil ia sama sekali tidak ingat apapun. Mungkim, hanya perasaannya saja.

Tinggg

Gadgetnya berdenting. Menampilkan nama Brandon di sana. Aleah berdecak pelan.

Ck!

Wpchat ON

Brandon : Maaf Le, aku hanya ingin mengingatkan kita bertemu lusa.

Aleah : Ya

Wpchat OFF

"Belum dapat uangnya lagi" gumamnya.

Aleah terus mendapat penolakan pengajuan peminjaman hampir di seluruh Bank yang telah ia datangi.

Tiingg

Suara bel masuk toko berbunyi lagi. Ia dengan senang hati menghampiri pelanggan yang baru masuk. Karena pelanggan-pelanggan itulah sumber uangnya.

"Se-" ia menghentikan sapaannya. Gadis itu terdiam menatap sosok pria yang tak asing lagi baginya beberapa hari lalu. Yaa, Pria pelamar dadakan. Itu sebutan yang Aleah tetapkan padahal pria itu telah memperkenalkan dirinya dengan nama Alden Leonardo.

Gadis itu mematung. Mulutnya membisu. Pria yang ada dihadapannya itu memasang wajah santai dan seraya tersenyum.

"Bisa kamu buatkan saya kopi? Dua gelas" pintanya. Aleah mengerutkan dahinya seraya merotasikan bola matanya. 'Siapa dia berani menyuruh-nyuruhku' itu yang ada di benaknya sekarang. Namun, posisinya saat ini memaksa dirinya melayani pelanggan bak raja. Ia bergegas membuatkan kopinya. Setelah itu, menghampiri Alden yang duduk tenang di depan toko.

"Si- silahkan" ucap Aleah terbata-bata.

Alden segera meraih segelas kopi buatan gadis dihadapannya itu. Dan membiarkan gelas lainnya di tangan sang gadis.

"Duduklah" seru Alden. Namun, Aleah enggan melakukannya. Alden menghela napas kasar dan mengalihkan pandangannya.

"Jadi bagaimana?"

"Tidak" tutur Aleah tegas tanpa pikir panjang. Alden yang mendengarnya sontak membalas tatapan Aleah. Tentu pikiran pria dewasa itu sekarang amburadul. Ia tak mengerti alasan Aleah menolaknya mentah-mentah.

"Kenapa?" tanya Alden kali ini tegas.

"Saya masih kuliah, belum punya pekerjaan tetap, dan tabungan yang cukup. Lagian banyak hal yang ingin saya lakukan" jelas gadis itu yang alasannya wajar bagi seusianya.

"Itu bukan alasan yang kuat untuk menolak saya. Jika kamu menikah dengan saya, Kamu tidak perlu bekerja siang malam seperti ini dan hanya fokus belajar saja sampai lulus" ucap Alden panjang lebar berusaha meyakinkan gadis itu.

Hati Aleah kini bimbang. Keraguan mengalahkan perasaannya dan mendukung logika. Siapa yang tidak mau jika dijanjikan seseorang kenyamanan seperti itu. Terlebih ia sempat berpikiran untuk jadi baby sugar dari daddy sugar konglomerat.

"Kamu bahkan akan tinggal di rumah elit, biaya kuliah yang akan saya tanggung." timpal Alden yang menyadari keraguan Aleah sejak tadi.

Aleah meneguk ludahnya. Hatinya menjerit bimbang sedangkan mulutnya terkatup sedikit bergetar.

Tiba-tiba ia diingatkan seratus juta sialan. 'Apa aku setuju saja? Lalu pinjam uang darinya. Tapi-semurah itukah aku? Demi uang?' Batin Aleah. Gadis itu makin bimbang. Hatinya tidak karuan saat ini.

Alden masih menyeruput kopinya perlahan-menelan tegukan terakhir sembari menikmati cuaca dingin kota ini karena hujan berkepanjangan.

Pandangan mereka bertemu. Alden menyadari kebimbangan Aleah.

"Berapa semuanya?"

"Empat ribu lima ratus" sahut Aleah lirih. Alden segera merogoh sakunya dan mengeluarkan uang sembilan ribu rupiah.

"Saya bilang lima ribu lima ratus" ucap Aleah menekankan ketika melihat Alden memberikan uang sebesar 11 ribu rupiah. Bukannya menukar uang itu ia malah terkekeh pelan.

"Saya membayar untuk dua kopi"

"Tidak perlu"

Alden menaikkan alisnya. Lalu mengangguk-angguk pelan.

"Kalo begitu-ambil saja sebagai Tip" ucap Alden seraya meninggalkan Aleah dalam keraguan. Aleah menghela napas kasar.

Gadis itu mungkin mengalami kebimbangan dan keraguan. Disatu sisi ia butuh uang tapi disisi lain, ia bukan wanita murahan yang menikah demi uang. Entah bagaimana keputusan final gadis itu, yang jelas untuk sekarang ia mantap menjaga harga dirinya.




-to be continued-

Hai! aku kembali. Semoga kalian masih tertarik membacanya💝💝

Secretly YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang