DUAARRR.
Peluru panas Jimin kali ini disusul dengan erangan keras dan kucuran darah yang mengalir deras.
Sayangnya peluru itu bukan mengenai targetnya melainkan menembus perut Junkook yang berada tepat di belakang Yoongi.
"Junkook!"
Yoongi segera menghampiri Junkook dan menekan perutnya agar darahnya tidak terus keluar.
Sementara itu di mobil, Areum, anaknya dan juga Taehyung mendengar tembakan dan samar-samar mendengar erangan pria yang dikenalnya.
"Junkook! aku harus menyelamatkannya," kata Taehyung. Meskipun baru saja keluar ia harus masuk ke dalam lagi untuk mengevakuasi Junkook.
"Aku ikut." Areum menarik pintu mobilnya.
"Aku bersusah payah mengeluarkanmu dan kau ingin kembali ke dalam sana? Jangan gila!"
"Junkook tertembak, aku harus-"
"Aku yang akan menyelamatkannya. Kau di sini saja," Taehyung menyela dan melarangnya, namun Areum tidak menyerah begitu saja.
"Lalu bagaimana dengan suamiku? Dia sendirian di sana bersama iblis itu."
Taehyung tidak akan membuang waktunya untuk berdebat lagi, ia segera lari dan masuk ke rumah itu dengan Areum mengekor di belakangnya.
"Junkook bertahanlah." Yoongi masih tetap menahan luka Junkook sementara pria itu mulai memejamkan matanya.
"Tidak, tidak. Ini bukan waktunya tidur Junkook-ah! Buka matamu!" Yoongi berseru kepada Junkook yang mulai tidak merespon ucapannya.
Sementara itu Jimin mencoba menembak Yoongi dari belakang saat dirinya mulai lengah.
DUAARRR.
Suara tembakan kembali terdengar namun bukan dari pistol Jimin melainkan dari pistol Taehyung yang baru saja datang.
Peluru Taehyung berhasil mengenai lengan Jimin, ia akhirnya mencoba menghindari serangan lain dengan naik ke rooftop.
Taehyung langsung membawa Junkook pergi sementara Yoongi berlari menyusul Jimin ke rooftop.
Pergulatan kembali terjadi di rooftop. Jimin mulai kewalahan karena tangan satunya susah digerakkan setelah tertembak tadi. Pistolnya pun sempat terlempar saat ingin menembakannya ke arah Yoongi.
Buughh.
Lagi lagi Jimin tersungkur, namun kali ini ia berhasil memungut pistolnya yang tadi terjatuh. Maka ia pun berdiri dengan senyum mengembang, bersiap menarik pelatuknya untuk Yoongi yang berdiri di hadapannya.
"Aku mohon hentikan."
Areum datang di antara keduanya, berusaha menghentikan Jimin sebelum Yoongi mati tepat di hadapannya.
"Tidak sebelum kau menerimaku, Areum-ah."
"Aku mohon sadarlah, Jim. Yang kau berikan padaku bukanlah cinta, tapi obsesi."
Jimin menurunkan pistolnya. Lubuk hatinya yang terdalam juga mengakuinya, bahwa ini bukanlah cinta.
Areum melanjutkan kalimatnya, "Aku menghargai kebaikanmu untukku, Jim. Tetapi maaf aku tidak bisa menerima obsesimu sebagai cinta. Terlalu banyak pertumpahan darah malam ini. Hentikan. Ini tidak seperti Jimin yang kukenal."
Jimin menghela napasnya, kemudian senyumnya sedikit terbit kala ia berkata, "Kau benar, Areum-ah, semua prajuritku gugur di sini."
Jimin mengalihkan pandangannya dari Areum kemudian menoleh ke arah Yoongi, "Namun aku tidak akan membiarkan anak buahku mati sia-sia. Yoongi harus mati bersama mereka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
No Time To Die [End]
Fanfiction[Story Completed] Sejak awal Jeon Yoongi-seorang detektif tak pernah menjanjikan kebahagian untuk istrinya. Namun Min Areum yakin selagi Yoongi berada di sisinya, maka cinta dan kebahagian akan mengiringinya. Suatu hari seorang pria datang, mengusik...