Omelet Conspiracy

154 22 13
                                    

"Hey, Honey, miss me?"

Min Areum menutup mulutnya rapat-rapat, ia tak akan berteriak atau nanti putra nya akan keluar dari persembunyiannya.

"I miss you, did you too?"

Areum mengambil telpon rumah di atas meja, memencet tombol dan berusaha menghubungi Lee Jimin.

Tiliit tililitt..

Sial! Handphone pria Lee itu masih tertinggal di meja makan, rupanya ia terburu-buru saat meninggalkanya tadi.

Habislah Areum sekarang. Pria itu semakin mendekatinya. Derap langkah dan deru nafasnya yang mengerikan sangat memuakkan bagi Areum.

"Jangan mendekat atau aku akan menghubungi polisi!"

Bukannya takut, pria itu malah tertawa mengerikan. Lengan panjangnya ditekuk sedikit untuk memperlihatkan jam digital kotaknya.

Oh, siapa peduli!

"Areum-ah, bolehkah aku pamer jam padamu?" Pria itu menunjukkan layar jam digitalnya pada Areum. Memperlihatkan beberapa ikon yang Areum tidak mengerti dan ..

Sial!

Jam kotak itu sekarang memperlihatkan beberapa ruang di rumah itu, beberapa sandi dan sistem keamanan yang sudah diretasnya.

"Sudah kubilang, bagus 'kan? Oh, lihat ini juga." Pria itu memencet beberapa tombol di jam tersebut dan tak lama terdengar suara di balik dial telpon rumah yang dipegang Areum.

"Maaf, tidak bisa melangsungkan panggilan saat ini. Anda berada di luar jangkauan."

"Gotcha! Sekarang kau ada dalam kendaliku, sayang."

Areum hanya menggeleng pasrah, terus mundur beberapa langkah hingga jam pria bermasker itu berbunyi. Menghentikan langkah pria itu yang hampir menyentuh kepala Areum sedikit lagi.

"Ah, aku harus pergi. Mulai sekarang aku akan sering-sering mengunjungimu."

Pria itu melenggang pergi, sempat berbalik hanya untuk melambai dan melayangkan kiss bye untuk Areum.

"Ah, ya. Jangan abaikan aku lagi atau akan ada nyawa melayang lagi demi mendapatkanmu. Mengerti? See you soon, dear." Pria itu benar-benar pergi setelah mengatakan ancaman penuh penekanan itu pada Areum.

"Mom, Are you okay?" Putra kecil Areum pada akhirnya keluar dari persembunyiannya, berusaha memeluk ibunya yang tidak terlihat baik-baik saja.

"Mom?"

"Mommy?" Bocah dua tahun itu semakin panik ketika ibunya tidak merespon setiap pelukan dan usapannya. Ia terus menggoncangkan tubuh ibunya sambil menangis histeris hingga seorang pria berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Areum-ah, apa yang terjadi? Mengapa rumahmu ... Sial, aku terlambat!"

🔫🔫🔫

Areum membuka matanya setelah beberapa jam. Kepalanya berdenyut tatkala memori-memori tadi kembali berputar di kepalanya.

Ya, dia ingat.

Penyusup yang sama, ancaman yang sama, dan ia mengalami kekalahan yang sama. Ketakutannya.

Rasanya sakit sekali, ketika pria itu datang dan membawa memori lama dua tahun lalu. Ia merasa akan hancur sekali lagi hingga atensi dan kesakitannya teralihkan pada pria yang duduk di sofa.

"Sudah bangun?"

"Jim ..."

"Ssttt ... Jangan bergerak."

No Time To Die [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang