🌿Tujuh.

1.7K 143 20
                                    

Aleta POV

"Kak, nanti malem bakal ada pasar malem loh,"

Laki-laki di hadapan ku segera menoleh saat mendengar suatu kalimat dari ku dengan wajah berbinar.

"Wah, beneran?"

Aku mengangguk mendengarnya.

"Kesana yuk, Tata!" Ajaknya memegang lengan ku yang kurus dan menggoyang-goyang kan nya.

"Ayo, ayo aja sih, tapi aku banyak tugas.." lirih ku penuh penyesalan.

"Yaahh..." Ku lihat, dia menampilkan wajah kecewa, dan tangannya melepas lenganku yang tadi nya ia pegang erat-erat.

"Maaf ya, aku kerjain sekarang aja deh, jadi nanti malem bisa kesana," aku tersenyum menenangkan ke arahnya.

"He-em!" Kakak ku itu mengangguk senang. Lalu memeluk ku dengan erat hingga aku sulit bernapas.

"Kak, ih! Aku g-gak bisa napp-as!" Aku melepas pelukan saat dia membuat aku sulit bernapas hingga wajah ku terlihat memerah sedikit.

"Maaf," ia menyengir, lalu mengatupkan kedua tangannya didepan dada seperti sedang meminta permintaan maaf. Aku mengangguk saja.


***


Malam ini aku menepati janjiku untuk bersenang-senang bersama kakakku di pasar malam. Semua tugasku sudah beres sedari tadi siang, kakakku terlihat sangat senang sekali, dan aku bersyukur melihatnya.

Datang bulan yang menerpaku beberapa Minggu lalu pun sudah tidak ada. Semua sudah beres pokoknya. Tidak ada yang perlu di khawatirkan.

"Kak? Udah belum?" Aku menyembulkan sedikit kepala ku melihat ke dalam kamar melalui pintu yang terbuka sedikit.

Bisa ku lihat, kakakku sedang sibuk mencari sesuatu di lemari pakaiannya.
"Nyari apa?" Tanya ku, aku memilih memasuki kamarnya dan menghampiri kakakku.

"Jaket aku ilang..." Rengek nya sambil duduk pasrah di atas lantai yang dingin. Aku segera menegurnya.

"Jangan duduk lesehan di lantai. Dingin, nanti sakit." Aku memegang lengan bagian dalam nya dan mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Dia terlihat seperti ingin menangis.

"Kenapa matanya mendung?" Aku menangkup pipinya agar ia melihat ke arah ku sempurna.

"Ilang.." rengek nya lagi sedih.

"Hahhh, aku bantu cari ya," tanpa mendengar persetujuan kak Ano, aku langsung menekuk lutut ku di depan lemari pakaiannya dan segera mencari jaket miliknya.

Aku masih fokus mencari, sampai akhirnya aku menemukan kain tebal berwarna moccha yang terselip di antara beberapa baju kaos.

"Ah, ini dia." Aku menggumam pelan, tapi masih bisa di dengar oleh si empunya jaket. Karena terlihat dia langsung berbinar semangat setelah gumaman ku aku luncurkan.

"Nih," aku memberikan nya.

"Makasih Tata,"  aku mengangguk.

"Cepetan pake, di luar cuacanya dingin." Sambung ku.

Setelah selesai, ia langsung memeluk lenganku yang sudah terlapisi jaket berwarna yang sama dengannya. Lalu segera kami turun dan keluar dari rumah. Tak lupa aku mengunci pintu agar tak ada maling yang bisa masuk.


Spoiled Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang