Rachel duduk di samping ayahnya yang sedang menonton televisi. Sekarang jam sudah menunjukkan jam delapan malam.
"Pa, mau bikin susu." celetuk Rachel.
"Ya udah, bikin!" jawab ayahnya masih fokus pada layar elektronik yang ada di hadapannya.
"Maunya bikin pakek sirup," jawab Rachel.
"Gak sekalian pakek racun?"
"Ada? Bukannya kita gak punya, ya?"
"Tinggal beli, kan orang kaya."
"Gak usah, deh. Mager."
"Mau papa beliin?"
"Serius amat, pa? Ntar anaknya mati, nangis-nangis."
"Ntir iniknyi miti, ningis-ningis. Padahal kamu yang mancing."
"Gak mancing, orang duduk gini." balas Rachel, kemudian berdiri dari duduknya menuju ke dapur. Menemukan Mbok Jum yang sedang merapikan dapur.
"Mbok?" Mbok Jum menoleh, "Kotak makannya El, ada berapa?"
"Mau diapain? Di bagi ke anak-anak pinggir jalan kek waktu itu?" Rachel sebelumnya pernah membagikan kotak makannya pada anak-anak pinggir jalan saat berangkat ke sekolah. Padahal isinya hanya dua bungkus permen. Waktu itu Mbok Jum memesan beberapa kotak makan untuk sebuah acara, tapi acaranya gagal karena ulah Rachel.
"Nanya doang, Mbok." balasnya.
"Liat aja di rak," Rachel berjalan menuju rak piring. Memeriksa apakah kotak makan yang ada padanya saat ini, persis seperti miliknya. "Mbok?" Rachel menyodorkan kotak makan yang diberikan Mbok Mi tadi pagi.
"Ini darimana, nemu dimana, kenapa baru kasih sekarang?" sarkas Mbok Jum.
"Banyak nanya si Mbok, kek dora. Emang kenapa, sih?"
Mbok mengambil sebuah benda, benda yang sama seperti yang di pegang Rachel.
"Ini pasangannya. Mbok waktu itu beli ini, satu paket. Coba liat, bawahnya ada nama kamu, gak? Soalnya udah Mbok namain, biar gak ketuker sama kotak makan yang lain."
Rachel menarik kotak makan itu, menjauh dari Mbok Mi. "Udah El cek, tapi gak ada nama El. Ini punya temennya El, mau El balikin besok." Mbok Jum mengangguk, kemudian melanjutkan aktivitasnya.
"Kalo gue bilang ada nama gue, pasti Mbok Jum gak bakal biarin gue balikin ini ke warung Mbok Mi." batinnya.
Rachel menyimpan kembali kotak makan itu. Dia berencana akan mengembalikannya besok pada mbok Jum.
***
Aurora mengganti-ganti film yang tayang di televisi sekarang. Mencari film yang menurutnya seru.
"Ra, berisik banget sih, ganti tv? Jangan keseringan, ntar tenggelem itu pencetannya." protes Rachel yang ada di sampingnya. Mereka sedang dikamar Rachel sekarang. Mereka baru saja mennyelesaikan tugas matematika.
"Mana ada ganti tv, sih? Orang tv lo masih ini aja, dari jaman kapan. Lagian, gue bingung mau nonton apa. Rekomendasi dong," balas Aurora.
"Gak deh, Ra. Mending lo denger gue cerita. Soalnya barusan katanya Mbok Jum, kotak makan itu emang bener punya gue."
"Ya terus, apa urusannya sama gue?"
"Kok gue lupa, ya? Kenapa kotak makannya bisa di Mbok Mi?"
"Mending besok pagi, lo dateng pagi lagi. Terus lo tanya sama Mbok Mi, sejarahnya gimana!" Rachel hanya manggut-manggut menyetujui.
*Tring..
Rachel melepas helm-nya terburu-buru karena mendengar bel masuk telah berbunyi. Meletakkannya di kaca spion dan menambah kecepatan langkahnya. Saat diperjalanan, dia meraba-raba kantong roknya serta jaketnya yang sengaja masih ia kenakan karena tak sempat membukanya. "Kunci gue?" dia menepuk jidatnya dan berbalik arah.
YOU ARE READING
EL!
Teen FictionRachel Kadelyn. Gadis cerdas dengan banyak ide yang tak dapat diduga. Gadis nakal dengan tingkah laku yang membuat semua orang menggelengkan kepala. Gadis yang tak pernah mengerti apa itu cinta. Sampai akhirnya, dia merasakan rasa yang tak pernah ia...