10. Sate

62 1 4
                                    

Rachel kini sedang berdiri di dekat motor Zaki. Dia berangkat bersama Zaki tadi pagi, jadi dia harus pulang bersama Zaki. Semua orang memperhatikannya, padahal menurutnya tidak ada yang aneh.

"Eh, Pak ketua?" Rachel memanggil ketua kelasnya yang melewatinya.

"Gue Tama," jawabnya.

"Oh, iya. Gue lupa. Eh, maksudnya gue Rachel. Btw, gue mau nanya, deh."

"Apa?"

"Ada yang aneh ya, sama gue? Kenapa semuanya pada liatin gue, sih?"

"Gak ada. Tapi emang lo menarik aja, hari ini."

"Ha? Menarik gimana maksudnya?"

"Lo pacarnya Zaki, ya?" tanya Tama, Rachel mengangguk. "Mau pulang bareng dia hari ini?" Rachel mengangguk lagi. "Jadi lo disini nungguin dia?"

"Kok lo jadi banyak nanya, sih? Kan, harusnya gue yang nanya."

Tama menghembuskan napas berat, "Zaki ada ekskul basket hari ini. Anak basket biasanya pulang sekitar jam tujuh-an. Masih mau berdiri disini, di deket motor pacar lo? Harusnya lo tau, sih."

"Oh, gue baru inget. Gue lupa, Zaki ada ekskul hari ini. Makasih ya, Tama. Eh, iya. Gue boleh nebeng lo, gak?" tanya Rachel, menyebalkan jika dia harus menunggu Zaki.

"Gak enak gue, lo kan pacarnya Zaki. Gue duluan, ya?" Tama meninggalkan Rachel begitu saja.

"Eh, tunggu! Yah, main pergi aja, sih? Terus gue pulangnya gimana?"

*Ting..

Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya, ternyata pesan dari ayahnya.

***

Tuan Rumah

El, papa lembur hari ini

Kamu pulang bareng pacar kamu kan?

Sekalian makan, ya!

Tadi siang Mbok Jum ijin mendadak pulang ke kampung,

Karena saudaranya ada yang meninggal

Kok gitu pa?

See you anak papa tergokss

***

Rachel hanya membaca pesan terakhir dari ayahnya itu, tanpa ada niatan membalasnya. Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan. Rachel berencana akan memesan ojek online, tapi keberuntungan tidak memihak padanya sekarang.

"Ahk, pakek acara habis baterai?" Rachel mengacak rambutnya frustrasi dan tak sengaja menendang ban motor Zaki, "Aw," ringisnya.

"El, gak apa-apa, kan?" Rachel mengangkat wajahnya, dia menemukan seseorang yang sama sekali ia tidak kenal.

"Gak apa-apa, aman." balas Rachel, "Malu-maluin," lanjutnya pelan.

Rachel kemudian memilih untuk kembali masuk ke sekolah. Kalau saja dia menerima ajakan Aurora untuk pulang bersama, mungkin dia tidak akan terjebak disini.

***

Pak Irfan menepuk tangannya sebanyak tiga kali. Latihan selesai dan semuanya berkumpul dipinggir lapangan. "Sudah cukup latihan hari ini. Kita lanjut di pertemuan berikutnya. Main kalian sangat bagus! Terimakasih atas kerjasama tim-nya."

Semua menjawab, "Sama-sama, pak!"

Zaki mengambil tas-nya di pinggir lapangan, hendak pulang. Tapi, ada keributan terjadi.

"Eh, itu kayaknya cewe deh duduk di tribun sendirian." kata Candra.

"Iya, tapi kok dia gak gerak, ya? Apa jangan-jangan bukan orang, tapi hantu." balas Gema. Hari sudah cukup gelap, jadi tidak terlihat jelas.

"Duduknya di paling belakang, lagi. Kayak nyaman sendiri, gitu." tambah Erik.

"Biar gak pada penasaran, gimana kalo kita cek?" balas Zaki.

"Gila lo! Berani?" tanya Fharel.

"Ya, kalo rame-rame berani." semua serentak mengangguk. Mereka perlahan berjalan, mendekati yang mereka maksud, setelah sudah dekat.

"Lah, Zak?" respon Pandu, bingung.

"Zak," teman tim basket mereka memanggil dari tengah lapangan. "Sorry, tadi lupa bilang. Ada cewe lo nungguin lo dari tadi. Gue balik dulu, ya!" tambahnya.

"Ya ampun, pacar idaman. Sampe ketiduran gitu nungguin lo." kata Gema.

"Ya udah, yuk balik!" seru mereka.

"Duluan, Zak." Zaki mengangguk.

"El, bangun!" Zaki menggoyang-goyangkan tubuhnya, membuat Rachel mengerjapkan mata.

"Hm?"

"Lo mau pulang apa nginep?"

"Gue dimana?"

"Kok jadi amnesia, sih? Ayo!"

"Gendong, gue masih ngantuk." punya Rachel masih dengan setengah sadar.

"Ck, gak! Cepetan, keburu gue tinggal." Zaki melangkah pergi lebih dulu.

"Cuek banget, sih, sama pacar sendiri?" gumamnya.

Sekarang mereka sudah di jalan raya yang ramai. Di atas motor menembus angin malam. Hanya hening yang menyelimuti mereka. Tak ada niatan untuk membentuk sebuah percakapan, sampai tempat tujuan.

"Makasih, udah nganterin."

"Ngapain nungguin gue, sih?"

"Ceritanya panjang kali lebar, keburu ganti tahun kalo gue cerita."

*Krukk..

Spontan Rachel memegang perutnya setelah mendengar suara itu. Zaki hanya menatap Rachel, tanpa suara.

"Di rumah, gak ada orang?" tanya Zaki. Rumah Rachel terlihat gelap, tak ada lampu yang menyala. Rachel hanya menggeleng sebagai jawaban. "Gue balik," Zaki menyalakan mesinnya dan pergi begitu saja.

"Ngeselin. Maksudnya apaan coba?" Rachel membuka pagar dan masuk ke rumah. Dia menutupnya kembali setelah sudah berada di dalam. Membuka pintu dan menyalakan lampu. Dia membanting tubuhnya di sofa ruang tamu, dia benar-benar lelah.

Lima menit belum berlalu, suara klakson membuyarkan lamunan Rachel. Dia sedang berpikir menu apa yang harus dia makan. Karena dia benar-benar lapar.

Rachel keluar dari rumah, serta membuka pagar rumah yang tingginya melebihi dirinya.

"Zaki, ngapain balik?"

"Nih," Zaki menyodorkan sebuah plastik berisi makanan.

"Hmmm, harum banget. Pasti lo beli sate depan perumahan gue, ya?"

"Dimakan! Sama jangan panggil gue Zaki, gue kakak kelas lo."

"Gue kan pacar lo, bukan adek kelas lo." jawab Rachel dengan senyum lebar sampai terlihat deretan giginya.

"Terserah," balas Zaki, kemudian mulai menjalankan motornya.

"Makasih sayang!" seru Rachel. Dia benar-benar senang. Jadi, dia tidak perlu bingung akan makan apa malam ini.

***

Basa-basinya si Aku:

makasii udh baca sampe sini, jangan lupa follow ig aku nadiaastories yaa ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EL!Where stories live. Discover now