1 • tetangga

247 36 6
                                    

"Woi, Asu! Singkirin mobil lo, cepet!"

"Bentar, tungguin es krim gue habis dulu."

Pertengkaran ini sudah biasa terjadi, semenjak lima hari lalu Arabella Yolanda pindah di perumahan elit konglomerat berada. Tapi segala rencana yang ia susun untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, malah dikacaukan oleh sosok cowok narsisme se-perumahan sini: Arka Denendra, si penyuka es krim matcha garis keras.

Seperti saat ini, mereka bertengkar hanya karena mobil Arka menghalangi jalanan Ara saat mau berangkat ke sekolah. Tepat di depan gerbang, ketika Ara sudah koar-koar memaki-maki sang pelaku yang tengah duduk anteng menikmati es krim dengan wajah songongnya.

Jika memiliki kekuatan super, sudah pasti Ara memindahkan mobil ini menggunakan kedua tangan kosong, tapi masalahnya akan tambah rumit jika dirinya ikut campur dalam mengurusi mau dimana mobil Arka diletakkan.

Pernah sekali itu, Ara disuruh membersihkan mobilnya, padahal cewek itu cuma menggedor kaca jendela mobil disaat Arka seenak jidat memarkirkan mobilnya di tengah jalanan komplek perumahan. Jadi, ia tidak sudi lagi memegang mobil merah sialan itu.

"Anjing, ya, lo! Mau gue tambah telat, nih?" Ara mulai misuh-misuh pada cowok tanpa raut wajah bersalah. Ia turun dari motor Vespa putihnya, menghampiri cowok itu, lalu mencengkam kerah seragam Arka sehingga beranjak dari kursi. "Cepetan, bangsat!"

Arka menangkis tangannya, dengan tatapan garang, cowok itu mendengus geli. "Emosian banget lo! Sabar dikit, ngapa?"

"Sabar lo bilang?!" Ara mendengus tak percaya dengan apa yang dikatakan cowok itu. "Ini udah mepet jam tujuh, sementara lo masih leha-leha makan es krim?!"

"Ih, kok, lo jadi peduli gitu sama gue?"

Anjing. Ara sebisa mungkin meredam amarahnya dengan seulas senyum simpul, vokal suaranya sedikit diperhalus supaya cepat selesai, "Iya, gue peduli. Makanya cepet, lo singkirin mobil lo sekarang! Atau gue bakal tendang mobil kesayangan lo ampe penyok!"

Raut wajah datar Ara tidak main-main. Arka segera menghabiskan es krim-nya, lalu mengambil kunci mobil dan duduk di kursi kemudi, melaju dengan kecepatan rata-rata.

Ara menghela napas kasar, melihat mobil sudah melaju. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, dan bagaimana Ara bisa sampai, sementara estimasi waktu memerlukan sepuluh menit untuk sampai ke sekolah. Biar bagaimanapun Ara disebut sebagai murid bar-bar, dia tidak pernah terlambat datang ke sekolah.

"Awas aja lo." Ara bersiap menaiki motor, tapi suara klakson memekakkan gendang telinganya. Ia menoleh ke arah ruas jalan, mobil ducati terparkir rapi, sosok cowok jangkung melambaikan tangan menyapanya. Dia, Rehan, kakak kelas Ara yang polosnya minta ampun.

"Mau bareng?"

Oke. Mau tidak mau, Ara mengiyakan tawarannya.

Cewek itu mengembalikan vespa-nya ke parkiran rumah, menutup gerbang, lalu menyebrang jalan, dan masuk ke mobil yang disambut senyum manis Rehan Andhika.

"Tumben lo udah diijinin naik mobil, setelah rusakin motor Abang lo kemaren?" Ara terkekeh kecil, memasang seatbelt.

Rehan menyisir rambutnya dengan tangan ketika mendengar pertanyaan Ara mirip seperti pujian. Ia menoleh, "Lo lupa, kalo gue ini siapa?" katanya sembari tersenyum jemawa. "Rehan—"

"Tukang rusakin barang orang, mungkin?"

"Mumpung belum jalan, lo bisa turun?" Rehan mempersilakan keluar dengan senang hati.

Ara langsung terdiam, dan menggeleng cepat. "Yaudah cepet. Hari ini yang jaga gerbang Bu Eli. Jangan sampai telat, bisa berabe gue dimarahin nyokap."

Rehan berdeham, mulai menjalankan mobilnya. Tapi apa hal yang membuat Ara lagi-lagi ingin memaki? Rehan tidak bisa menjalankan mobilnya dengan baik, sehingga perjalanan mereka ke sekolah tersendat-sendat karena kebanyakan mengerem dadakan di jalan raya.

everyday [yoon jaehyuk x winter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang