8 • talk about what

69 26 0
                                    

Berhubung abis kelar UAS dan kelas dua belas lagi ujian sekolah hari pertama, niatnya Karina mau ngajak Jira, Ara, sama Haning di salah satu kafe biasa Karina nge-date sama Jaden.

Tempatnya sih nggak jauh, cuma butuh nyebrang—lanjut jalan lurus yang membutuhkan waktu sekitar dua menit aja baru sampai.

Katanya biar nggak pusing setelah mikirin hari Senin yang langsung dikeroyok jadwal UAS mata pelajaran Fisika, Matematika, dan biologi.

Emang agak anjing dikit, sih, menurut Karina yang punya otak pas-pasan malah disuruh mikir. Dari kecil emang Karina nggak suka mikir, lebih suka pake fisik. Entah karena Karina hidup di keluarga serba bebas, makanya dia jadi lebih santai kalau soal menghadapi hidup.

Tapi yang lebih gilanya lagi pas Karina ngeluh soal UAS tadi, Ara malah ketawa sambil mukul lengannya sembari bilang "anak SD juga tau jawabannya, woi".

Serius. Emang anak SD mana, sih, yang tahu materi x + y? Kalau ada, sih, Karina mau sungkem.

Kaki mereka sudah melangkah masuk ke dalam kafe dan langsung disuguhi live music yang tumben-tumbenan muncul di jam dua siang, apalagi hari Senin, jelas masih sepi, tapi nggak sepi-sepi banget. Rata-rata di kafe ini cuma ada teman-teman se-sekolahnya mereka, dan ada beberapa karyawan kantoran yang numpang ngadem di sini.

Mereka duduk deretan kursi paling pojok dekat konter yang berhadapan langsung dengan kaca persegi panjang, katanya biar bisa nggak usah capek bolak-balik.

"Lo pada mau pesen apa?" Karina menyodorkan menu makan siang berserta deretan harga.

"Lo sendiri?" Jira menyahut, "gue ngikut, deh. Asal jangan ada telurnya, gue alergi."

"Lo picky juga, ya, soal makanan." Haning mencerca sembari tertawa kecil diakhir.

Jira mendengus, "Namanya juga alergi. Masa gue harus makan sembarangan. Edan."

"Gue, sih, lebih milih rice bowl sama katsu. Soalnya murce. Gue kalo kesini, kan, biasa dibayarin sama Kak Jaden, dan berhubungan lagi bokek juga ... not bad milih menu ini," ungkap Karina kelewat jujur.

Ara yang sedari diam juga mengiyakan, "Kalo katsu diganti geprek, boleh, nggak?"

"Ih, aneh lo!" Karina menoyor lengan Ara kesal, "katsu sama rice bowl udah sepaket. Kalo lo mau ayam geprek, jajan di Mang Asep aja. Di sini nggak ada, ya."

Ara mendengus kecil, "Iya, deh. Samain. Tapi minumnya gue mau squash taro."

"No taro, no life," celetuk Haning yang balas kekehan Jira. "Gue lemon squash aja, deh. Lagi nggak laper."

"Okay. Gue ke konter dulu, sekalian bayar. Lo semua tunggu sini, yaa!"

Mereka membalas ogah-ogahan pada Karina yang sudah lebih dulu ngacir ke sana. Ara menilik jendela sampingnya. Banyak pengendara motor berlalu lintas dan beberapa pejalan kaki yang menapak ke trotoar. Gadis itu menghela napas pelan, sebelum akhirnya celetukan Haning membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Gue bilang juga apa," celetuk Haning, "lo pasti ada apa-apa sama Arka."

Ara yang tak sengaja mendengarnya sedikit mendengus kecil, "Lo ngomong sama gue?"

"Lo pacaran, kan, sama Arka?" tandas Haning tanpa basa-basi. Jira yang mendengarnya langsung mengernyit, hendak menimpali tapi sudah keduluan Haning, "everywhere, everyday, everytime ... Arka will always be with you. Jadi nggak menutup kemungkinan kalo kalian emang pacaran."

"Tahu darimana?" tanya Jira.

"Sumedang."

Jira memasang tampang gue tonjok lo lama-lama.

Haning lantas tertawa. "Canda, elahhh. Tapi serius, gue kaget waktu foto Ara di posting sama Arka. Lo kaget juga, nggak, sih, Ji?"

"Gue emang udah duga, sih, endingnya bakal kayak gini. Soalnya nggak mungkin lo berdua nggak ada rasa sama sekali, sedangkan lo tiap hari ketemu Arka."

"Dibilang gue nggak pernah suka sama Arka, kok, bacot bener lo berdua," salak Ara kesal. "Cuma tetangga sebelah, okay?"

"Tapi gue lama-lama gemes juga pengen comblangin lo berdua, anjir!" cerca Karina yang tahu-tahu sudah duduk di samping Ara. "Kalo kalian jadian 'kan lumayan bisa traktir kita. Iya, nggak?"

Haning dan Jira langsung ketawa sambil mengiyakan. Namun, Ara tetap tidak peduli. Bagaimanapun juga, gadis itu akan tetap berpegang teguh pada prinsip 'gaboleh suka sama cowo duluan', meskipun Ara dikit-dikit suka salting sendiri kalo nama Arka disebut.

"Gue dulu juga pernah naksir sama Arka, sih," celetuk Karina, membuat Ara sedetik kemudian terhenyak, "itu dulu, ya, sebelum tiba-tiba Kak Jaden nawarin gue Aqua pas jalan sehat."

"Tapi, emang aura Arka itu wah banget, deh. Arka juga nggak butuh  koar-koar dulu di organisasi sekolah, atau dapet ranking tinggi biar dapet atensi dan di notice sama orang-orang," sambung Haning sembari memilin tisu pada kotak yang disediakan di atas meja mereka.

"Iya, lah," tukas Ara mendengus, "dia cuma harus jadi flirting biar dapet notice dari orang-orang."

Karina yang peka dengan raut wajah kesal Ara, sontak tertawa kecil dan menepuk pundaknya, "Ke elo juga, kan, Ra?"

"APAAN, NGGAK!" Ara langsung ngegas, dan tentu suaranya sampe orang-orang disini pada kebingungan, tetapi Ara tidak peduli—meskipun agak malu sedikit. "Dia nunjukin itu ke gue, ya langsung gue tonjok, lah. Najis banget."

"Ara," panggil Jira, yang dipanggil lantas menoleh, "even lo nggak suka sama Arka, jangan bilang 'najis banget'. Jatuhnya nggak sopan. Coba, deh, semisal posisinya dibalik. Arka bilang najis ke elo bakal ngamuk, nggak?"

Ara terdiam. Haning dan Karina saling beradu tatap seolah mengisyaratkan suasana canggung diantara mereka.

"Okay. You right," celetuk Ara tersenyum tipis, "Gue emang salah udah bilang ini ke Arka, tapi lama-lama gue juga muak kalo kalian ngomongin Arka seolah-olah dia emang pantes buat gue. Cowok bukan cuma Arka doang. And then, Arka not my type."

"Yahhh, Arka udah di tolak sama Ara. Kesian banget temen gue."

Baik Ara maupun Jira, Haning, dan Karina—mereka sama-sama tersentak melihat keberadaan Arka, Arthur, dan Marchel yang berada tepat di belakang kursi mereka.

Celetukan Marchel yang tadi membuat Ara semakin pusing.

Yang jelas, Ara tidak tahu sejak kapan tiga lelaki itu berdiri di sini dan menguping pembicaraan mereka. Jantung Ara seakan mau copot saat melihat senyum Arka yang begitu cerah melambaikan tangan kepada mereka berempat.







tbc

everyday [yoon jaehyuk x winter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang