5 • something else

66 26 0
                                    

Sesuai janji Arka, mereka tengah mencari hadiah untuk Juna—ayahnya Arka. Ara merekomendasikan untuk membeli hadiah yang berguna, bukan sebuah pajangan yang nantinya akan dibuang karena merasa 'buat apaan?'.

Jadi ini adalah salah satu alasan mengapa Ara membawa Arka ke toko baju dekat pasar yang biasanya Bu Galuh—ART keluarga Ara— belanja bulanan.

"Gue nggak tau fashion style, Ra. Lo aja, deh, yang milih."

Mendengar keluar Arka, sontak membuat Ara mendecih pelan sembari memilah baju di depannya, "Emang tujuan lo bawa gue buat ginian, kan?"

Arka tertawa malu-malu, sembari menepuk puncak kepala Ara. "Pinter, deh, tetangga gue satu ini."

"Gue emang pinter. Makasih buat pujiannya," tukas Ara menepis tangan Arka sangat sinis.

Ara sudah pernah bilang kalau Arka memang tidak cocok jika disandingkan dengan Ara yang dikit-dikit merasa nyaman saat diperlakukan seperti itu.

"Eh, Ra. Lo masih inget Kak Nami, nggak?"

Nama yang disebut Arka membuat pergerakan Ara terhenti saat kembali memilih baju. Gadis itu sepenuhnya menoleh sehingga jarak mereka semakin dekat.

"Gue ... ketemu dia waktu papasan di minimarket, dia abis cekcok sama mantannya."

Entah kenapa saat Ara menceritakan hal tersebut, perubahan raut wajah Arka yang semula kalem kini menjadi sulit ditebak. Seolah rasanya ini bukan kali pertama gadis itu melihat ekspresi Arka saat ini.

"Kenapa lo nggak bilang sama gue?"

Ara menaikkan sebelah alisnya, "Harus banget?"

Setelah dipikir-pikir, Ara ada benarnya juga. Lagipula, kenapa Ara harus repot-repot bercerita kalau gadis itu habis bertemu cinta pertama Arka.

"Oh, oke."

"Tapi dia kayak nggak ngenalin gue," ungkap Ara.

Mendengar itu, Arka mengerjap. "Sama. Dia kayak nggak ngenalin gue."

Terdiam cukup lama, akhirnya yang dilakukan lelaki itu hanya mengangguk kecil, kemudian berjalan meninggalkan Ara diantara rak-rak baju.

Ara yang melihatnya hanya terpaku sekejap sembari tanpa sadar mengepalkan tangan ketika merasa berantakan. Bahkan gadis itu sudah lama menyadari bahwa tetangganya memang ada apa-apa yang membuat Ara ikut terhenyak seketika.

Yang membuat Ara sadar, karena dulu—mereka pernah bertetangga. Sekitar lima tahun mereka berteman baik. Cuma karena  dari dulu orang tua Ara itu sangat strict (apa-apa nggak dibolehin dan tipikal orang tua kolot yang Ara benci). Makanya tiap kali jam pulang sekolah—Ara diem-diem main ke rumah Nami yang waktu itu Hanami masih SMP, lalu berakhir Arka ikut-ikutan karena di rumah Arka dulu tidak punya PS.

Arka memang dulu bebal, tapi aslinya peduli banget, kok. Pernah waktu kelas empat SD  Ara menangis ketika Edo menjahilinya dengan merusak boneka Barbie yang dibelikan oleh Tantenya Arka di Jepang, lalu tiba-tiba Arka datang dan langsung menonjok Edo di tempat. Karena badan Edo besar, jadi Arka terpental ketika merasa ada perlawanan dari pihak lawan.

Setelah kejadian itu, Ara jadi kagum dengan sosok heroik seperti Arka—meskipun perlu dua minggu dirawat di rumah sakit, dan Arka sebetulnya tidak boleh melakukan aktivitas berat, karena penyakit kardiomiopati bakal kambuh lagi.

Namun, ketika masuk kelas dua SMP —Hanami pindah rumah yang tidak diketahui alasannya kenapa.

Semenjak hari itu, mereka berdua: Ara dan Arka tidak begitu dekat lagi, karena tidak ada sosok pelerai kalau-kalau mereka berantem. Yang membuat Ara sedikit ilfeel melihat Arka—pernah sekali itu, Arka nge-flirt ke kakak kelas dan membuat mereka jadi kesemsem dan mengejar Arka terus-terusan, sehingga dunia Arka sangat ramai, sementara Ara menjadi kesepian.

everyday [yoon jaehyuk x winter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang