2) Jl Dewan Karang Nongko

634 68 3
                                    

Cuma mau bilang kalau vote itu gratis.

2) Jl Dewan Karang Nongko

"Itu matiin goblok, apinya kegedean, lo mau bakar sosis apa bakar orang?!"

Suasana kolam renang milik Angkasa sangat ramai, mereka ber-enam bakar bakaran. Mereka memang membakar sosis dan jagung namun anehnya asap itu sampai mengepul mungkin tetangga Angkasa mengira rumahnya kebakaran.

"Lo semua minggir, biar gue aja yang bakarin." Angkasa duduk di kursi pendek. Ia mengambil kipas lalu membakar sosis. Jika Hendry di biarkan memasak bagaimana jadinya sosis tersebut? Bakal gosong kayak senjatanya.

"Ck,lama banget, udah laper nih," Dengan tidak kurang ajarnya Mat menyodorkan piring ke Angkasa dengan mengusap perutnya yang buncit.

Pluk!

Angkasa menggetok kepala Mat dengan kipas. "Kurang ajar banget lo, sini lo yang gue bakar," Angkasa mengamuk. "Bentar lagi juga mateng. Sono main game dulu."

"Lo ngomong kek gitu seakan gue ada kuota," balas Shaka sinis.

"Gak modal lo pada, udah jelek, wifi ngikut tetangga." olok Angkasa.

"Hukum avogadro," meskipun ucapannya sinis, namun tak urung, Angkasa pasti memberikan sandi wifi rumah kepada teman temannya.

"Di kunci gak nih?" tanya Hendry mengotak-atik ponselnya mencari username wifi Angkasa.

"Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada suhu dan tekanan yang sama, memiliki jumlah molekul yang sama pula." ucap Angkasa tanpa jeda dan sekali napas.

Hendry membuang napas pasrah. "Gak jadi," balasnya dengan membanting ponselnya ke samping kolam.

"Mampus, orang pinter kok di lawan," sindir Mat dengan menyenggol lengan Angkasa.

Dengan mengipasi sosis, Angkasa menertawakan Hendry dalam hati, padahal jelas-jelas sandi wifi rumahnya tidak di kunci. Emang orang goblok tuh gak mau bertindak, bisanya ngoceh doang.

"Wah, udah mateng nih, gak sabar makan." Mat mengusap perutnya dengan mengambil piring yang Angkasa sodorkan kepadanya.

Selesai membakar sosis, Angkasa langsung duduk di tepi kolam, ia mengusap wajahnya beberapa kali agar rasa kantuknya hilang, lalu mengotak atik ponselnya.

"Mas Angkasa," panggil cewek berambut pendek yang membawa satu piring sosis dan satu buah jagung. "Gak mau makan, nih. Haura sisain buat Mas."

Haura duduk di samping Angkasa. Ia menyodorkan piring itu agar Angkasa memakannya. Sementara laki laki itu memasukkan ponselnya pada saku celananya lalu beralih menatap Haura.

"Gak usah Hau, buat yang lain aja. Masih ada yang belum dateng, takut gak kebagian." Angkasa tersenyum manis memperlihatkan lesung pipitnya.

"Mas selalu gitu, sampai sampai gak makan demi temen temennya. Haura kesel, ih, tiap kali nawarin pasti di tolak!" Haura marah. Ia membelakangi Angkasa dengan mencebikkan bibirnya. "Kasihan sama yang lain, nye nye nye, dasar!"

"Hahaha," Angkasa tertawa mendengar itu. Ia membalikkan tubuh Haura agar sejajar dengannya. "Iya, iya, ini gue makan. Nih, dengarkan kecapannya." Angkasa merebut piring yang ada di tangan Haura lalu memakannya di depan muka adik-adikannya itu.

"Sorry telat dateng. Udah pada selesai semuanya, ya?"

Lelaki itu berlari, ia seperti kehabisan nafas. Ia menunduk dengan memegang lututnya. Nafasnya terdengar sangat jelas, hal itu membuat Angkasa berdiri menghampirinya.

MILIK ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang