8) Bocor di Kala Upacara

466 40 1
                                    

Udah ada yang baca ga?
Wkwkwk, gaada ya? Ya udah aku tidur dulu. Canda.
Gimana sih caranya biar dapet viewers?

Kalian tau cerita ini dari mana?

Jangan lupa vote + komen ya!

Selamat membaca🍉

8) Bocor di Kala Upacara

Hari senin identik dengan upacara, dan sekarang Kinara sedang apes-apesnya seolah dewi fortuna tidak berpihak padanya. Di mulai dari bangun kesiangan karena tadi malam sibuk menggibah dengan bunda dan dia lupa membawa topi upacara.

Jam sudah mendekati waktu upacara jadi Kinara tak di perbolehkan masuk ke kelasnya walau sekedar menaruh tas.

"Meg, meg, gue gak bawa topi, ini gimana?" sedari tadi Kinara kebingungan namun Mega mencoba menenangkan agar Kinara tak panik.

"Lo bawa duit ga? Biar gue yang beliin," usul Mega sembari memasang topi.

Kinara menggeleng, ia membuka sakunya namun nihil, tak ada satupun uang. "Gak bawa. Gak di kasih saku sama bunda," Kinara memelas membuat Mega tak tega.

Mega mengusap kepala Kinara yang jauh pendek darinya. "Udah, gapapa, pake duit gue aja." Mega mengambil uang berwarna hijau pada sakunya.

"Gue pergi dulu, ya, kalo ada petugas yang meriksa nunduk sembunyi di ketek Mino," tutur Mega. Mino yang ada di sampingnya pun mengangguk dan tersenyum memamerkan gigi emasnya.

"Kalo ada yang nyariin lo gimana?" tanya Kinara lagi membuat Mega berdecak. Gadis ini memang mengulur-ulur waktu.

"Ck, bilang aja kalo gue kebelet ke kamar mandi," balas Mega dengan mengambil ancang-ancang untuk kabur ke koperasi.

"Ya udah hati-hati Mega, awas keciduk pak Sukemen." peringat Kinara. "Makasih Mega!" ujar Kinara keras dengan melambaikan tangannya. Hal itu membuat semua murid menoleh padanya.

Saat Mega keluar dari barisan, "TIDAK ADA YANG BOLEH KELUAR DARI BARISAN!" teriak Angkasa dari kejauhan. Badan cowok itu sangat tinggi sehingga dapat melihat siapa yang ingin kabur. "YANG TIDAK BAWA ATRIBUT KE DEPAN!!"

"MEGAAAA HIKS!"

                                 ~00~

"MAS ANGKASA!!"

Gadis berambut pendek berlari terengah-engah menuju depan lapangan upacara. Seseorang yang ia panggil pun menoleh menatapnya dengan sorot khawatir. Pria yang di panggilnya langsung mengusap kepalanya yang penuh dengan keringat karena berlarian.

"Kenapa Haura? Jangan lari-larian sayang," tutur Angkasa langsung mengelus kepala Haura. "Capek? Mau minum?" namun gadis yang ada di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya dengan sorot khawatir.

"Mas, Haura gak bawa topi...." ia menunduk dengan air mata yang hampir turun.

Angkasa melihat raut ketakutan Haura membuat kepalanya semakin pusing di tambah lagi menertibkan upacara tak mudah, Haura ini ada-ada aja. "Mas gak marahin, sekarang mas pergi dulu mau beliin kamu topi," Angkasa memegang kedua bahu Haura hingga gadis itu mendongak kembali.

Saat Angkasa ingin pergi ke koperasi, tangannya di cekal oleh Haura membuatnya tak bisa bergerak. Mata Haura menatap ke atas, ke arah topi yang Angkasa gunakan sekarang.

Isyarat Haura membuat Angkasa peka. Angkasa membuka topinya menatap sejenak barisan pojok lalu di pasangnya kembali. "Gak bisa. Mas beliin aja," tegas Angkasa.

Haura murung, ia menampakkan raut muka kecewa pada Angkasa agar Angkasa luluh. "Buat siapa? Cewek?" ucapnya sendu.

"Kamu gak perlu tau. Sekarang kembali ke barisan nanti mas suruh Hendry nganterin topinya." suruh Angkasa tapi Haura masih tidak mau. Mau tidak mau Angkasa harus sabar menghadapi Haura.

MILIK ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang