21) Aku Gapapa, Ra.

811 39 4
                                    

Post malem-malem ada yang baca gak?
Seperti biasa, jangan lupa vote dulu sebelum membaca biar masuk surga! Slepet!
Jujur, lagi down karena pembacanya stuck, promosi di tiktok juga gak fyp haha... Curhat gapapa lah ya kan gak ada  yang baca.

Kalian setuju gak kalo judulnya aku ganti?
Angkasa dan Yogyakarta or Angkasa Atehaan?

Selamat membaca💚

21) Aku Gapapa, Ra.

Angkasa Atehaan
Gue otw sekarang.

Angkasa mencoba menahan denyutan di dahinya sejenak. Ia meminggirkan mobilnya pada parkiran apartemen Chenle. Saat turun dari mobil, ia mencium bau anyir di hidung mancungnya, tanpa sadar Angkasa memegang bercak itu, ternyata darah merah pekat nan kental itu kembali lagi.

"Aduh, si ganas akhir-akhir ini keluar terus," omelnya sembari menyeka darahnya. "Tambah parah kali, ya." ucapnya pasrah.

Ia mencoba menengadahkan kepalanya, menghambat darahnya agar tak keluar lagi. "Tahan, Sa, Chenle lagi butuh lo sekarang." ucapnya dalam hati. Ia menyumbat darahnya dengan tisu sesekali meringis, badannya terasa remuk dan enggan untuk bergerak. Namun ia usahakan tetap tegar. Chenle, tujuan utamanya melakukan hal senekat ini.

Di rasa darahnya sudah tak lagi keluar, ia berkaca, menatap wajah pucat serta tubuhnya yang semakin kurus. "Gimana kalo mereka ngelihat keadaan gue kayak gini?"

Dengan sempoyongan, Angkasa menaiki lift menuju apartemen milik Chenle, teman-temannya sudah menginformasikan keberadaan Chenle. Lelaki itu lebih kacau darinya. Otaknya berputar mengingat mimpinya tadi malam. Kenapa perlahan mimpi itu menjadi kenyataan?

Brak!

Terdengar suara hantaman dari apart milik sahabatnya, Angkasa langsung berlari tak memperdulikan badannya yang ingin limbung, yang ada di pikirannya hanya satu. Memastikan Chenle agar lelaki itu tak berbuat aneh pada dirinya sendiri.

"Chen!" teriak Angkasa membuat seisi ruangan menoleh, kecuali Chenle. Lelaki itu sibuk menghantam samsak. Tak memperdulikan tangannya berdarah.

"Dari kemarin dia kayak gini, sore kemarin, waktu sidang orang tuanya selesai, dia hampir bunuh diri," jelas Shaka menunjuk tali yang ada di balkon apart sahabatnya itu. "Untungnya kita cepet-cepet dateng."

"Gue bodoh. Gue penghianat." umpat Angkasa pelan. Ia menoleh ke samping melihat Chenle yang kesetanan.

Langsung berlari. Angkasa menghampiri Chenle yang masih setia membogem samsak-nya. Angkasa memejamkan mata saat berada di hadapan sahabatnya itu, ia tau, ia akan terkena pukulan maut sahabatnya. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan agar Chenle berhenti.

Bugh!

Chenle lepas kendali membogem sahabatnya sangat keras. Angkasa meringis menyeka darah yang ada di sudut bibirnya.

"Sa, sorry." ucap Chenle pelan. Tangannya yang mengepal perlahan terbuka. Matanya yang sedari menghujam langsung menatap lamat lelaki jakung di hadapannya.

Angkasa menengadah sembari menyeka darahnya yang tak kunjung reda. Ia menarik kaos Chenle. "PUKUL GUE, CHEN, PUKUL! KALO ITU BIKIN HATI LO TENANG! MENDING LO PUKUL GUE DARIPADA BUNUH DIRI KAYAK KEMARIN! RASANYA HAMPIR GILA GUE DENGER BERITA ITU!" teriak Angkasa. Ia menyodorkan pipi kanannya yang belum kena bogeman.

"PUKUL GUE KALO ITU BIKIN HATI LO TENANG!" Angkasa mengambil tangan sahabatnya yang bersimbah darah agar memukul dirinya. Namun tangan sahabatnya itu melemas tak bertenaga.

MILIK ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang