5) Hukum Avogadro Berbunyi?

472 44 0
                                    

Jangan lupa vote, karena vote itu gratis!

5) Hukum Avogadro Berbunyi?

Usai mengantarkan Kinara, Angkasa tak langsung pulang ke rumahnya. Karena terjebak hujan ia sempat berteduh di saung pinggir kali membuatnya lama sampai ke rumah.

Dengan keadaan basah kuyup, Angkasa memasuki rumahnya, tak lupa dengan mengucapkan salam. Namun tak di balas oleh orang rumah.

Angkasa membuka pintu lalu menaruh helm di samping sofa. Angkasa tersenyum melihat sang nenek tertidur di sofa ruang tamu dengan berbantalkan tangan yang tak lain untuk menunggu dirinya pulang.

Pandangan Angkasa mengedar, ia melihat ponsel nenek yanng tergeletak di sampingnya. Ponsel nenek masih berada di aplikasi whatsapp dan layarnya bertuliskan Angkasa.

Angkasa membaca chat tersebut, hatinya teriris melihat neneknya yang rela menunggu dirinya sampai petang saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa membaca chat tersebut, hatinya teriris melihat neneknya yang rela menunggu dirinya sampai petang saat ini. Air matanya menggenang saat melihat wajah keriput nenek dengan rambut yang serba putih. Tidur nenek sangat nyaman membuat Angkasa tak tega membangunkannya.

Tadi, Angkasa meninggalkan ponselnya di rumah karena takut jika ketahuan kalau dia kabur dari rumah sakit.

Angkasa menunduk mengusap rambut neneknya sehingga rambut neneknya basah karena tangannya. "Karena Angkasa, Nenek gak bisa menikmati masa tua. Nenek rela tidur telat nemenin Angkasa check up, nenek rela bangun tengah malem waktu Angkasa drop. Maafin Angkasa, Angkasa usahain bakal bertahan sampai wisuda biar bisa banggain
nek."

Mata nenek mengerjap membuat Angkasa terbangun dan mengusap air matanya.

Nenek terbangun, ia mencepol rambutnya dengan sanggul dengan keadaan mata yang tertutup, tidak melihat cucunya sedang ada di depannya.

Mata nenek terbuka, ia langsung terkejut, ia langsung menangkup kedua pipi cucunya. "Angkasa, maafin nenek gak bisa jaga kamu. Kenapa bisa badan kamu basah kayak gini?" nenek khawatir.

Nenek hendak berdiri mengambil kompres namun tangannya di cegat oleh Angkasa. "Angkasa sayang sama nenek, nenek cinta pertama Angkasa, nenek yang ngajarin Angkasa tentang segalanya." kini air mata Angkasa tak bisa di bendung, berlian bening itu menetes mengenai tangan keriput nenek.

Nenek tersenyum mengusap rambut cucunya. "Nenek lebih sayang sama Angkasa. Angkasa kayak hidup dan mati nenek, setiap Angkasa kenapa napa hati nenek gak tenang, intinya Angkasa harus sembuh pokoknya." nenek ikutan menangis. Air mata mereka berdua merembes di ikuti hujan dari luar.

"Nenek, maafin Angkasa tadi kabur seenaknya, Angkasa ada janji sama seseorang tadi." Angkasa terduduk di bawah dengan menggenggam tangan nenek.

"Lain kali bilang biar nanti nenek anterin biar kalo ada apa apa langsung di tanganin," kini hati nenek mulai tenang berkat cucunya telah kembali dan jujur.

MILIK ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang