13) Guru Tutor Tampan

282 36 1
                                    

Yey, 5 vote terpenuhi! Jadi aku update lagi deh...

1 vote = masuk surga bareng sky

Komen di setiap paragraf dong, biar aku tau reaksi kalian baca cerita ini seperti apa!

13) Guru Tutor Tampan

Kamu mengajarkan semua yang orang lain tidak ajarkan-Kinara Ardhana.

"Obat sama vitaminnya jangan lupa di bawa, ya, nak." tutur nenek membuka pintu kamar Angkasa. Nenek membawa nampan berisi air dan obat-obatan.

Angkasa yang menutup resliting tasnya pun menoleh, tak lupa memamerkan senyum kepada nenek. Bukannya tidak mau membawa obat-obatan, ia merasa bukan hal yang tepat membawa obat apalagi dia nanti di rumah Kinara.

Angkasa mengambil obat itu dari nenek dengan senyum yang terpaksa. "Gapapa, kalo gak mau bawa, di minum aja di sini," nenek tau. Nenek pernah muda, jadi ia paham apa yang di pikirkan Angkasa. Saat kita jatuh cinta, kita berusaha menampilkan sesuatu yang sempurna kepada  pasangan.

"Makasih nek, udah ngertiin Angkasa," Angkasa mengambil lima butir obat yang berbeda-beda lalu meneguknya dengan air.

"Cepetan, nanti Haura dateng terus ngadu ke papa kamu,"

"Kamu yakin gak bakalan kambuh?" tanya nenek khawatir.

"Yakin seratus persen, kemarin-kemarin Angkasa gak kambuh lagi, cuma dada Angkasa deg-degan," Angkasa menjawab.

"Loh deg-degan kenapa? Kamu udah bilang ke dokter Rehan?" nenek khawatir, ia berjinjit memegang lengan Angkasa yang lebih tinggi darinya. "Nenek takut itu gejala penyakit kamu,"

"Iya, ini gejala penyakit nek," Angkasa menggantung, nenek ketar-ketir mendengarnya. "Gejala penyakit jatuh cinta haha,"

"Jangan bercanda kayak gitu, nenek gak suka." nenek mencubit lengan Angkasa. Di balik itu, hati nenek terasa tenang karena cucunya baik-baik saja.

"Peace, nek, gak lagi," Angkasa  mengangkat kedua jarinya. "Apalagi nanti ke rumah Kinara, seratus persen gak mungkin kambuh." ujar Angkasa meyakinkan.

"Cucu satu-satunya nenek yang paling nenek sayang," Angkasa menunduk, nenek memeluk Angkasa sangat erat seolah tak ingin kehilangan. "Cepet sembuh ya nak,"

"Angkasa sembuh untuk nenek."

Dulu mungkin Angkasa tidak mau minum obat, kabur saat check-up, di tambah lagi tidak mau transplasi jantung dengan alasan tidak ada tujuan untuk hidup.

"Kalo mama dateng baru Angkasa mau." kata anak berusia sepuluh tahun pada neneknya dulu.

Sekarang ia berubah, meskipun telat dan sudah tidak bisa transplasi jantung, ia berusaha bertahan hingga wisuda dan mendapat nilai UN yang tidak mengecewakan.

"Mau ikut dong," tanpa mengucap salam, Haura langsung masuk kamar. Ia memeluk nenek serta Angkasa.

"Mas mau ke mana? Kok pagi-pagi udah ganteng," tanya Haura mendongak,menatap wajah tegas kakaknya. Yang biasanya hanya memakai hoodie, sekarang kakaknya memakai kemeja hitam yang tidak di kancing dengan dalaman hitam.

"Ganteng, pasti udah siap jalan sama aku nih," kata Haura semangat.

"Gak. Mau ke rumah kak Kinara," balas Angkasa. Angkasa melihat raut cemberut Haura. Gadis itu cemburu.

"Padahal mau aku ajakin jalan-jalan, minggu kemarin gak jadi terus sekarang gak jadi lagi," curhat Haura lesu. Ia menaruh tas cangklongnya ke kasur dan duduk.

MILIK ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang