BAB 15

3.5K 224 11
                                    

Untuk membuat mu jatuh cinta itu nggak gampang, maka dari itu aku ingin berjuang.

Vania membuka pintu roftoop sekolah, berjalan ke arah kursi usang yang memang dia sendiri yang meletakkan disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vania membuka pintu roftoop sekolah, berjalan ke arah kursi usang yang memang dia sendiri yang meletakkan disana.

Gadis itu merebahkan tubuhnya disana, menekuk kedua tanganya sebagai bantalan kepalanya. Iris mata coklat terangnya memandang jauh ke arah langit cerah di atas sana.

"Emang ya tempat nyantai yang paling nyaman itu tempat sepi." Gumamnya. 

Gadis berambut pelangi itu membuka bungkusan permen karet kesukaanya.  Mulutnya akan kelu jika tidak mengunyah sesuatu.

Permen karet rasa anggur, favoritnya.

"Tenang banget njir, kenapa nggak dari tadi aja gue kesini. Suntuk gue di kelas Mulu, kantin apa lagi." Gumamnya lagi. Vania semakin mencari posisi nyaman di di tempatnya.

Matanya tertutup tapi mulutnya terus mengunyah, menyecap rasa manis dari permen karet yang ia makan.

...

Senyaman apapun Lo sama seseorang jika bukan takdir Lo sama dia, beda lagi ceritanya.

Semua yang Lo perjuangan sampai di titik ini itu butuh proses nggak instan kaya mie.

Cinta boleh, bodoh karena cinta jangan.

Sekuat apapun Lo dimata orang lain, akan tetap rapuh jika Lo sendiri di hadapan cermin.

Buat Lo yang merasa hidup ini nggak adil, jangan ngeluh ya cantik, ganteng. Tenang aja tuhan nggak tidur kok dia pantau terus orang yang dia sayangi, cuma ya dia kasih bumbu penyedap aja biar seimbang sama jalan cerita yang ia rancang.

Tetap semangat, jangan insecure sama orang lain, kalian cantik, ganteng dengan cara kalian sendiri, kalian mempunyai bidang ke ahlian masing masing yang mungkin orang lain nggak tau, love yourself. Love myself.

...

Hembusan nafas Vania begitu teratur bertanda jika gadis itu tertidur, namun masih dalam kesadaran yang minim.

"Apa iya gue jatuh cinta sama dia?" Gumamnya membuka mata. Menatap langit yang awannya bergerak dengan sangat lamban.

"Masih belum yakin kalau gue ini jatuh cinta, tapi setiap kali gue Deket dia jantung gue rasanya mau copot."
Gumamnya lagi.

Benar apa yang Vania ucapkan, dia masih bimbang sama perasaanya sendiri. Belum lagi ini adalah cinta pertama, first love-nya. Masih belum percaya jika dirinya jatuh cinta. Selama ini Vania hanya menganggap cinta hanya sebuah kata tanpa bentuk rupa yang artinya hanya fana.

RAVANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang