BAB 46

2.2K 160 14
                                    

Typo tandain!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo tandain!

Sebuah motor sport berwarna hitam mengkilap berhenti di parkiran SMA Cakrawala.  Siapa lagi kalau bukan Vania yang kini sudah menjadi sorotan murid murid yang berlalu lalang disekitarnya.

Dengan jaket kulit dan jeans hitam. Gadis tomboy itu melepas helmnya lalu menyugar rambut pendeknya ke bekalang.

"Gila Vania makin hari makin keren aja."

"Berdamage"

"Apalagi rambutnya pendek sekarang. Andai aja cowok udah gue gebet dia!"

"Dih"

"Vania plis kasih gue kesempatan buat deketin lo!"

Sementara yang di bicarakan hanya diam acuh, Vania turun dari motornya berjalan dengan gaya laki laki. Tanganya terangkat untuk memakai kacamata hitam lalu menyugar rambutnya.

Tak lupa permen karet di mulutnya itu.

Bahkan perempuan saja tertarik padanya apalagi cowok yang setiap kali ingin mengejarnya tapi selalu gagal.

Vania memang secuek itu dengan cowok, bahkan satu sekolah tau jika gadis itu belum pernah pacaran sama sekali. Jangankan pacaran terlihat dekat dengan satu cowok saja tidak pernah terlihat.

"Vania?!"

Vania melihat Brian yang melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu berhenti karena Brian menghampirinya. Tanpa Reivan, cowok itu sendirian sekarang.

"Hai Van." Sapa Brian terlihat canggung, cowok itu tersenyum sambil menggaruk kepala belakangnya.

"Apa Bri?" Tanya Vania sambil melepas kacamatanya. Menatap datar pada Brian.

Brian berdehem pelan terlihat Vania memang tidak suka basa basi.

Dengan senyuman Brian menyodorkan tangannya. "Maaf Karena gue bohong sama Lo, Lo jadi kecewa sama gue dan Rei. Gue juga mewakili Reivan minta maaf banget sama Lo." Ujar Brian tulus terlihat dari sorot matanya.

Vania hanya diam dengan tatapan datarnya. Cewek itu membuang permen karetnya ketempat sampah disana. Lalu perlahan menurunkan tangan Brian.

"Masalah nggak akan kelar kalau Lo ungkit terus, lagian udah gue maafin. Masalah itu bagi gue sekarang nggak penting." Katanya dengan senyuman tipis.

"Tapi Lo sama Reivan jadi marahan, harusnya kita berdua jujur dari awal." Brian terlihat bersalah.

Gadis tomboy itu tertawa kecil sambil melepas jaketnya. "Gue sama Reivan nggak marahan tuh biasa aja."

Tapi lo bohong soal perasaan Lo, hati Lo masih marah sama Reivan. Batin Brian membalas ucapan Vania.

"Udah lah Lo masuk sana, gue mau ganti rok ke toilet." Vania menepuk pundak Brian lalu pergi dari sana.

RAVANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang