4.

4.5K 613 36
                                    

     “Baji, uang ku tidak cukup, beberapa aku tinggal dirumah”, pandangan (Name) langsung buram saat melihat struk belanjaan yang begitu panjang, kebanyakan itu adalah barang yang Baji beli.

     “Sudah dibayar”, ucapnya.

     “Pakai apa bayarnya?!”, (Name) berteriak.

     “Daun, ya duit lah”, Baji membawa semua plastik belanjaan, (Name) mengambil salah satu plastik itu dan membawanya.

     “Hihi arigato Baji”, (Name) tersenyum.

     “U-umm”, Baji merona.

   Mereka pulang menaiki taxi, tenang Baji yang membayar. Sesampainya dirumah, (Name) langsung bergegas merapikan rumah dan seluruh belanjaannya. Setelah rapi, (Name) langsung memasak makanan instan yaitu Nissin Yakisoba. (Name) menuangkan air hangat untuk merebus mie nya, setelah itu mi ditiriskan, (Name) memasukan bumbu yakisoba dan siap.

     “Bajii, ayo makan”, panggil (Name), namun Baji tak kujung datang.

     “Baji?”, (Name) menghampiri kamar Baji, tapi dia juga tidak ada.

     “Tidak ada tempat lain, kecuali”, (Name) membawa yakisoba nya dan pergi menuju loteng, sesampainya di loteng, (Name) melihat Baji yang sedang duduk dipinggiran jendela.

     “Yakisoba?”, tanya nya.

     “Baji, apa yang kau lakukan?”, (Name) mendekati Baji dan memberikan piring berisi Yakisoba, Baji menerimannya setelah itu  kembali menatap langit.

     “Melihat langit”, ucapnya.

     “Hump”, (Name) mengambil Yakisobanya dan langsung memasukaknya ke mulut Baji, sontak Baji kaget.

     “Mpph mhpmhphm?!”, ucap Baji.

     “Hahh? Siapa suruh”, (Name) mempoutkan bibirnya.

     “Kau kenapa?”, tanya Baji.

     “Kau aneh”, (Name) memakan yakisobanya, Baji membersihkan sudut bibir (Name) yang terkena yakisoba.

     “Aneh? Bagaimana?”, tanya nya, Baji juga ikut memakan yakisoba itu.

     “Seperti, kau mendadak romantis, padahal waktu dulu kau itu iseng, ceroboh, bodoh, culun, aku ingin diri mu yang dulu”, (Name).

      “Jadi, kau ingin aku yang itu?”, tanya nya.

     “Mau”, (Name) memalingkan wajahnya, Baji mencubit kedua pipi (Name) dan mengarahkannya pada wajah Baji.

     “Kau yakin tak akan menyesal?”, tanya nya.

     “100%”, jawab (Name) dengan wajah serius.

     “Baiklah, aku akan bersikap seperti diri ku yang dulu”, Baji tersenyum, (Name) membalas senyumannya.

     “Hihii, wakatta”, (Name).

   Malam itu, mereka berdua menghabiskan waktu didalam loteng. Rasanya sungguh menyenangkan, Baji terlihat lebih banyak bicara dan terbuka saat berbicara pada (Name).

skip

   Paginya, (Name) terbangun dan melihat arah jarum jam. Ia bersiap siap mau pergi ke sekolah, (Name) pergi ke akamar mandi untuk menyikat gigi. Saat masuk kamar mandi, ia melihat Baji sedang mencuci wajahnya menggunakan sabun wajah. (Name) meletakan handuknya dan menggosok gigi, sesekali mereka berdua menguap.

   Setelah memakai seragam, Baji sudah menyiapkan sarapan dan lainnya. (Name) meminum susu, rambut (Name) masih berantakan. Baji menyeringai, ia menyisir rambut (Name) menjadi bermacam macam bentuk. Saat (Name) sepenuhnya sadar, ia kaget akan bentuk rambutnya yang dijalin seperti mei –mei.

     “Baji?!”, (Name) langsung melepas ikatannya dan merapikan kembali rambutnya.

     “Tidak, hanya temannya Takemichi yang pandai menghias rambut”, ucapnya.

     “Takemichi siapa?!”, (Name).

     “Hahh ayolah, kita berangkat”, Baji menarik kerah baju (Name), selagi sempat tangan (Name) meraih roti dan memasukannya kedalam mulut. Saat tiba diluar (Name) melalui jalan yang berbeda dengan Baji, (Name) berjalan sambil menunggu Josua dan Lolita di persimpangan.

     “(Name) – chaan”, Lolita melambaikan tangannya.

     “Hay gaes”, Josua.

     “(Name), aku dengar kau ditinggal ibu?”, tanya Lolita.

     “Iyaa”, (Name) menunduk.

     “Jangan sedih dong gaes”, Josua merangkul (Name), begitu juga Lolita.

     “Haha tentu dong gaes, ibu juga punya kehidupan sendiri”, (Name) tersenyum, senyuman itu menyakitkan bagi Lolita dan Josua.

   Saat sampai disekolah, mereka disambut brosur festival sekolah. Mata (Name), Lolita dan Josua berbinar.

     “Takoyaki”, Lolita.

     “Artis sekolah”, Josua.

     “Jalan jalan”, (Name).

     “Yosh, aku sudah putuskan, kita akan membuat fasionshow untuk kelas dua”, ucap (Name) mengegerkan satu ruangan kelasnya.

     “Boleh kok, asal (Name) – chan bintang utamannya”,Tomoya buka suara, ia berkata sambil menyeringai.

     “Kenapa harus aku?”, tanya (Name).

     “Karena kau yang mengajukannya”, ucap Tomoya, seisi kelas berdiskusi dan Josua adalah perwakilan mereka.

     “Kami setuju, jika Tomoya dan (Name) menjadi pasangan model nanti”, Josua.

     “Najis”, ucap Tomoya dan (Name) bersamaan.

     “Kalau begitu (Name) saja bintang utamannya”, Lolita.

     “Baiklah, akan ku guncangkan dunia”, ucap (Name) dengan sangat percaya diri.

   “WOOOOAHHHH”, seisi kelas bersorak mendukung (Name).









tbc
24-06/21

ʙᴀᴊɪ ᴋᴇɪsᴜᴋᴇ ' sʜᴇ's ᴍɪɴᴇ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang