Bagaiman aku tak sedih?sedangkan untukmu aku rela berpayah-payah.bagaimana aku tak terluka padahal untuk mu kuberikan semua yangku punya.kamu selalu menuntutku seperti apa yang kamu mau, namun pada ahirnya aku tak seperti diriku,bahkan ketika melihat diriku sendiri aku heran siapa aku?,seperti boneka yang siap kau mainkan.
Pada ahirnya aku berjalan di tempat-tempat sepi jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan.mencari ketenagan jiwa dibalik senja.menulis puisi dan quote,menghafal lagu dan berharap bisa menguatkan hati. Berharap dengan begitu aku bisa menjadi aku yang dulu,aku yang dulu jauh sebelum mengenalmu. Seseorang yang kuat. Bahkan mampu menguatkan orang-orang yang pilu dan tanpa jalan keluar. Bukan jadi seperti ini dimana saat hujan datang membawa sejuta kenangan buka jalan keluar.
Dulu aku menyukai hujan,hujan yang membuat aku berlama-lama bisa bersamamu dan tak ingin kemana-mana.mengigat kembali saat rintik hujan basahi rambutmu lalu aku dengan sigap memberi pelukan dengan jaket kusamku. Walau tak bisa melindunggimu sepenuhnya namun itu membuat kita nyaman dalam pelukan. Saat-saat yang lain kita membelah hujan dengan sepeda motor kesayanganku meski tak mewah namun membuat kita semakin berarti melupakan waktu walau banyak pekerjaan yang menunggu yang memusingkan kepalaku.
Namun sekarang saat hujan turun. aku seakan menjadi diriku yang lain.diriki yang seolah-olah puitis ingin memasang quote galau untukmu lalu kuhapus saat kau sudah melihatnya. Tentang segala hal yang membuat kita bahagia,namun sekarang lebih memilih ingin melupa. Melupa kan pedihnya kasih yang kini hanya tinggal nastapa. Diikuti hujan yang membawa kenangan dan dinginnya cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa
Teen FictionKita semua pernah bersedih, dalam berbagai kisah dalam berbagai keadaan berbeda kita selalu menguatkan diri untuk tidak jatuh, membiasakan diri dengan keadaan yang memukul kita untuk mundur. Ini adalah sepengal kisah sedihku tentang dirimu tak lupa...