Drabble 10: Lover?

509 66 21
                                    

Hela nafas berat meluncur dari celah bibir Tao setelah ia selesai dengan kesibukannya di depan komputer. Ia tampak sedikit berbeda siang ini, sedikit terlihat tidak bersemangat dan seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tidak seperti Tao yang biasanya. Untungnya sampai detik ini tidak ada satu orang pun yang menyadari hal itu, bahkan Yifan karena sejak pagi bosnya itu sangat sibuk. Mereka akan dengan mudah melihat perbedaan pada dirinya dan akan bertanya hal yang macam-macam. Tentu Tao harus berpikir keras untuk mencari jawabannya, sementara ia sendiri juga tidak tahu kenapa.

Tidak sepenuhnya tak tahu.

Hanya saja alasan dibaliknya sedikit memalukan dan sudah pasti dia tidak ingin mengatakannya pada orang lain.

Bunyi notifikasi yang berasal dari ponsel di atas meja mengalihkan lamunan Tao yang sejak tadi hanya memandangi layar komputer. Ia memeriksanya dan hanya melihat notifikasi dari grup chat dimana ia tidak tertarik untuk ikut mengobrol.

Tao meletakkan ponselnya kembali, kemudian menarik nafas panjang dan bersiap untuk menyentuh pekerjaan lainnya yang sudah mengantri. Jemarinya yang lentik hendak menyentuh sebuah arsip saat ia melihat sebuah kaca kecil berbentuk bulat.

Entah apa yang melintas di kepala Tao, ia beralih meraih kaca kecil itu dan membawanya tepat ke depan wajahnya.

Tao melihat wajahnya yang cukup menyedihkan di kaca kecil itu dan membuatnya ingin menertawai dirinya sendiri. Tapi dia masih cukup waras untuk tidak melakukan hal itu saat ini.

Bagaimana tidak?

Kantong hitam di matanya terlihat semakin menyedihkan, kulit wajahnya terlihat sedikit kusam, bibirnya juga agak kering dan sama sekali tidak sedap di pandang. Ia pun membuka laci meja paling atas dan mengambil sebuah lip balm yang segera ia pakai di bibirnya.

Saat mengoleskan produk itu lah, Tao mengingat hal yang seharusnya sudah ia lupakan beberapa hari yang lalu.

"Malam itu, saat aku membawamu ke mobil, kau menciumku"

Sialan, kenapa dirinya masih saja mengingat kejadian hari itu sih?

Tao merasa sangat malu hanya dengan memikirkannya saja. Tentu ia tak sepenuhnya mempercayai kata-kata sang bos, tapi tidak mungkin untuknya bertanya langsung pada Yifan dan mengungkit hal itu lagi. Mau diletakkan dimana wajahnya?

Yifan akan mem-bully nya dan yang terburuk adalah pria itu akan terus membahas hal itu hanya untuk membuatnya malu. Tao tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, bagaimana pun juga ia harus melupakan hal itu secepat mungkin. Sungguh konyol rasanya jika dirinya masih saja mengingat hal tersebut.

Menghela nafas lagi, Tao membenturkan dahinya pelan di atas meja dengan mata terpejam dan dahi mengernyit.

"Kenapa aku masih mengingat hal itu, sih... " gerutunya kesal pada diri sendiri.

Namun saat sedang sibuk mengutuk diri, Tao masih bisa mendengar suara ketukan kecil yang berasal dari meja kerjanya dan hal itu membuatnya segera mengangkat kepala dengan punggung kembali tegak.

Tao mengerjap saat melihat wanita paruh baya dibalut mantel berwarna biru muda dan rambut sebahu, wanita itu tersenyum hangat padanya dengan kepala sedikit dimiringkan.

"Oh! Madam Wu!" Ia hampir memekik karena terkejut dan spontan berdiri dari kursinya. Wanita itu masih tersenyum seolah memaklumi tingkah sekertaris putranya.

"Apa kau sedang sakit, Tao?" Beliau bertanya perhatian, tampak di kedua matanya.

"T-tidak, sama sekali tidak. Saya baik-baik saja" Menarik bibirnya menjadi senyum tipis, Tao berharap jika dirinya tidak terlihat berantakan saat ini. Kini madam Wu mengangkat satu alis memperhatikan pria muda di hadapannya itu.

H U A N G: Property Of Wu Yi FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang