25.06.21

2.3K 233 11
                                    

Meet up
---

Sudah menginjak satu minggu sejak kepindahan nana di rumah barunya, hubungannya dengan enam bersaudara terlihat semakin dekat. Terbukti dari nana yang saat ini sedang memasak untuk mereka yang memang setiap hari selalu menumpang makan walaupun hanya memasak ramen dan juga Nana sudah mengetahui nama masing-masing dari mereka.

"Nona, apakah kakimu masih terasa sakit?"

Nana hanya menggelengkan kepalanya, insiden jatuhnya yang menyebabkan kakinya terkilir saat itu. 

"Kakiku sudah baikan, jisungie" Ucap nana sembari menata makanan diatas meja "Ah iya, panggil kakak-kakakmu ya" pemuda itu menganggukan kepalanya dan berlalu meninggalkan nana.

Setelah kegiatan makan pagi menjelang siang selesai, ketujuh lelaki disana nampak merebahkan diri sibuk dengan kegiatan masing-masing.

" Ahh "

Desahan itu mengalihkan atensi kelima lelaki disana ke sosok nana yang mengeluarkan desahan kecilnya.

Bagaimana tidak mendesah, sedari ia mendudukkan bokongnya disofa tangan sibungsu jisung menggerayangi dadanya, bibirnya yang terus mengecupi leher nana, hendak melawan namun tangannya dicekal kuat oleh sebelah tangan besar jisung.

"Ekhem. Kurasa ada yang terangsang" ujar renjun menatap nana dengan menjilati bibirnya sendiri yang terasa kering.

"Sialan! Sebaiknya kalian pulang." Setelah mengatakan itu nana berlari menaiki tangga menuju kamarnya meninggalkan mereka yang sudah memasang wajah mesumnya, ia sangat malu kedapatan mendesah.

"Jisung bodoh" Berbagai macam umpatan ia keluarkan dari bibir manisnya tidak peduli jika umpatannya itu sampai ke telinga yang bersangkutan.

◎◎◎

Saat ini nana tengah merebahkan dirinya diatas kasur, memandangi langit-langit kamarnya.

Ia memikirkan kehidupannya beberapa hari belakangan. Ia merindukan ayah dan bundanya, apakah mereka juga sama merasakan rindu kepada dirinya batin Nana. Ia Juga teringat akan kekasihnya yang tidak berniat mencari keberadaannya.

"Huhh" helaan nafas mengisi ruang sunyi itu entah sejak kapan bulir bening keluar dari mata cantiknya.

Isakan kecil kini berubah menjadi lolongan tangisan keras, nana tidak bisa lagi menghentikan air matanya. Meskipun disini ia bebas melakukan apapun namun ia tidak ingin hidup seperti ini, jauh dari keramaian bukanlah kehidupan untuk ia yang kesehariannya menghamburkan uang. Ia cukup mensyukuri keberadaan enam bersaudara yang selalu ada menemaninya namun tetap saja mereka adalah orang asing.

Mengusap air matanya kasar, ia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi berniat membersihkan dirinya mengingat ia tidak mandi dari pagi sejak kedatangan enam bersaudara yang menumpang makan.

Disisi lain, sepasang suami istri nampak bergumul diatas ranjang menikmati malam panas, dominan yang menghisap, menjilat dan menusuk brutal submissivenya yang mengerang keras tanpa memikirkan putra tunggal mereka merindukan mereka berdua.

◎◎◎

"Ayah, aku ingin bicara" tutur lucas dingin kepada sang ayah yang sibuk dengan i-pad nya, maklum saja pembisnis.

"Kau sudah berbicara, luke" lucas mendengus mendengar jawaban ayahnya.

"Aku ingin bertemu dengan dia, ku mohon izinkan aku.. Aku khawatir dengannya" ucap lucas yang kini telah duduk didepan ayahnya, terdengar helaan nafas dari yang lebih tua.

Hear me! please.. || Nana HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang