Malam hari ini sangat cerah, tidak ada awan yang menghalangi, bulan dan ribuan bintang bebas menjadi penerang. Malam yang indah untuk dinikmati, tapi ... pemuda ini tidak bisa menikmatinya. Seorang pemuda berambut merah yang terbaring lemah di kasur rumah sakit.
"Kenapa kau pergi secepat itu?" lirih seorang pria paruh baya berambut merah sama seperti pasien yang tertidur itu. Tentu pria ini adalah Akabane Shiro, ayah dari Akabane Karma. "Aku membutuhkanmu ... Karma juga sangat sangat sangat membutuhkanmu ...."
"Kenapa aku sangat sangat sangat membutuhkannya?" tanya Karma seraya membuka mata, walau iris mercury-nya tidak lagi menangkap cahaya.
"K-Karma? Kau belum tidur?" tanya Shiro terkejut. Ah, sepertinya Karma mendengar perkataannya barusan.
"Siapa yang pergi, Tousan?" tanya Karma lagi.
"Siapa? Mm itu ... itu ...." Shiro berpikir sejenak. "(Y/N)-chan! (Y/N)-chan harus pulang karena sudah malam, sayang sekali dia tidak menginap, jadi tidak bisa menemanimu," jawab Shiro.
"Memangnya kenapa kalau (Y/N)-chan tidak menemaniku? Dia pasti punya kesibukannya sendiri dan aku tidak sangat sangat sangat membutuhkannya, kata 'sangat'-nya terlalu banyak," protes Karma.
"M-masa sih? Apa terlalu banyak?"
"Tousan, di mana Kaasan?" tanya Karma. Pasalnya yang Karma alami ini tidak bisa melihat, bukan tidak bisa mendengar. Jadi ia masih bisa mendengar suara siapa saja yang menemuinya, suara ayahnya, suara (Y/N), dan suara teman-teman yang lainnya. Tapi ia belum mendengar lagi suara ibunya sejak kecelakaan itu. Apa ibunya tidak pernah menemuinya?
"Kaasan sedang mengambil barang, katanya ada yang ketinggalan di rumah. Padahal sudah Tousan bilang besok saja diambilnya, tapi katanya barang yang ketinggalan itu sangat penting jadi ...." Shiro tidak menyelesaikan perkataannya, toh Karma juga pasti mengerti dan tahu apa kelanjutannya.
"Memangnya barang apa yang ketinggalan?" tanya Karma.
"Mm ... a-apa, ya? Mungkin dompet? Entahlah, Kaasan tidak bil—"
"Jangan bohong, Tousan!" Karma sedikit meninggikan suaranya, memotong ucapan ayahnya karena tahu Shiro sedang berbohong.
"Tousan tidak berbohong, percayalah, Karma."
"Kalau begitu kenapa Kaasan tidak pernah menemuiku lagi?" tanya Karma lagi.
"Kaasan selalu ke mari kok, hanya saja kau sudah tidur, jadi—"
"Bohong!" Karma berteriak, tidak terima jika dirinya terus dibohongi, apa lagi oleh ayahnya sendiri. "Memangnya Tousan pikir selama ini aku tidur nyenyak?! Aku tidak bisa tidur! Aku tau selama ini hanya Tousan yang menemaniku! Apa Kaasan membenciku? Jangan bohongi aku ... Tousan ...."
"Tidak, Karma ... Tousan tidak bohong," lirih Shiro.
"Lalu kemana Kaasan?! Dia pasti membenciku karena sekarang aku tidak bisa apa-apa! Tousan juga pasti terpaksa merawatku, iya kan? Aku ini hanya merepotkanmu saja, aku ... tidak berguna ...." Perlahan air matanya mulai mengalir, membasahi pipinya yang pucat. Shiro pun langsung memeluk putranya, mengusap pelan kepalanya agar Karma merasa lebih tenang.
"Kau salah, Karma ... salah ... kami tidak pernah membencimu dan kami akan selalu menyayangimu. Percayalah, Kaasan akan selalu menjagamu dari tempatnya ..."
"Memangnya Kaasan di mana? A-aku ingin bertemu dengannya," lirih Karma. Ia rindu sekali dengan sosok ibu yang sangat disayanginya itu.
"Di rumah, Kaasan ada di rumah barunya ... suatu saat kita akan berkumpul lagi, tapi untuk sekarang kau fokus dulu dengan kesembuhanmu, oke?" Tiba-tiba Karma tersadar akan sesuatu. Mereka baru saja mengalami kecelakaan, jadi apa mungkin ibunya sudah??
KAMU SEDANG MEMBACA
⸼̥꒰ ཻུ۪۪۪۫⁞⎙⨾My Yellow | Akabane Karma X Readers【ꪜ 】
FanfictionAkabane Karma, orang yang selama ini selalu ceria dan hobi menjahili teman-temannya sekarang kehilangan semangatnya akibat tragedi itu. Ia merasa tidak berguna, tidak bisa apa-apa, hanya beban bagi keluarga dan teman-temannya. Begitulah yang dipikir...