Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ternyata menulis surat untuk 28 orang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan hanya menulisnya yang lama, tapi juga memikirkan apa saja yang akan ditulis itulah yang membuatnya lama. Terlalu banyak yang ini ia tulis sampai bingung mau menulis apa.
Sekarang tepat jam 4 pagi dan Karma sudah siap dengan seragam dan blazer hitam yang biasa ia pakai ke sekolah, ia juga membawa tasnya dengan beberapa barang yang ia butuhkan di dalamnya. Tadinya ia ingin pergi jam 3 subuh, tapi Asano melarangnya.
Sementara di tempat Asano, ia berada di depan rumah (Y/N) dan ia sedang menelepon (Y/N).
"Moshi-moshi, (Y/N)-chan. Hei, kau tidak lupa, kan? Sekarang aku di depan rumahmu, cepat keluar," ucap Asano begitu teleponnya tersambung.
"Moshi-moshi hoam ..." Terdengar balasan di seberang ponselnya dan bisa diketahui (Y/N) masih mengantuk.
"(Y/N)-chan, cepat keluar! Aku di depan rumahmu," kata Asano lagi
"Hah? Hmm ... iya 5 menit lagi, oke? Hoam ...."
"Tidak ada 5 menit! Kau mau keluar atau aku yang ke kamarmu? Kau tidak mau Karma pergi sendiri kan?"
(Y/N) diam sejenak, sepertinya otaknya masih loading karena sekarang terlalu pagi untuk seorang (Y/N) membuka mata.
"OH IYA, AKU LUPA!" Akhirnya (Y/N) ingat juga. "T-tunggu sebentar, aku akan keluar!" ucapnya kemudian ia langsung mematikan sambungan telepon tanpa menunggu Asano bicara.
Kriet
Lima menit Asano menunggu, sekarang (Y/N) sudah siap dengan baju kaos dan celana trening hitam yang menutupi kakinya. Ia juga membawa tas sekolahnya yang berisi seragam Kunugigaoka.
Kenapa tidak memakainya? Karena (Y/N) beralasan joging pagi bersama Asano agar ibunya mengizinkannya keluar. Oh iya, kalau Asano sih sudah siap dengan seragam lengkapnya. Tidak mau repot-repot berganti pakaian katanya.
Setelah itu mereka bergegas ke rumah Karma, takutnya pemuda nekat itu pergi duluan ke sekolah. Mereka menunggu di luar pagar rumah Karma, tepatnya di halaman belakang.
Krek! Kletak! Tuk!
Terdengar beberapa suara aneh dari balik pagar dinding dan tentu itu adalah Karma yang sedang menaiki pagar rumahnya.
"Oh, kalian sudah datang? Ohayou, (Y/N)-chan, Shuu-kun," sapa Karma begitu ia berhasil menaiki puncak pagar.
"Ohayou, Karma-kun." (Y/N) menyapa balik, sedangkan Asano hanya ber-'hmm'.
Hup!
Karma melompat dan hampir oleng, untungnya ada (Y/N) dan Asano yang sigap menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Hati-hati, Karma-kun?" kata (Y/N).
"Ha'i, ha'i, (Y/N)-chan. Aku sudah berhati-hati kok. Nah, ayo berangkat," kata Karma seraya menggenggam tangan pacarnya.
"Apa kau yakin, Karma-kun? Bagaimana kalau ayahmu tau? Kita pergi nanti saja setelah operasimu, oke?" ucap (Y/N) khawatir.
Karma menggelengkan kepala, kemudian berkata, "Aku maunya sekarang, (Y/N)-chan. Lagi pula ada Shuu-kun, jadi aku–ah, maksudku kita, pasti akan baik-baik saja."
"Sudah kubilang dia ini keras kepala, kau tidak akan bisa melarang setan merah ini, (Y/N)-chan. Lebih baik kita ikuti saja apa maunya daripada dia nekat pergi sendirian nantinya," kata Asano.
Kemudian mereka pun berangkat. Selangkah demi selangkah, akhirnya mereka sampai di SMP Kunugi. Bagaimana mereka masuk? Memanjat pagar? Tidak, tidak. Asano membawa kunci cadangan yang ia pinjam dari penjaga sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
⸼̥꒰ ཻུ۪۪۪۫⁞⎙⨾My Yellow | Akabane Karma X Readers【ꪜ 】
FanficAkabane Karma, orang yang selama ini selalu ceria dan hobi menjahili teman-temannya sekarang kehilangan semangatnya akibat tragedi itu. Ia merasa tidak berguna, tidak bisa apa-apa, hanya beban bagi keluarga dan teman-temannya. Begitulah yang dipikir...