Saat mereka berpisah...
Tahun tahun berlalu dan kini Tobio bukanlah seorang siswa SMA lagi. Setelah kekalahannya di pertandingannya melawan MSBY Black Jackal, ia memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa hari demi pulang menemui saudarinya. Ia sudah menghubungi Miwa namun saat ia melihat ke langit, sepertinya ia tiba terlalu larut. Tobio tak yakin Miwa dan [name] akan menyambutnya saat sampai nanti.
Atau membukakan pintu untuknya? Dia akan terkunci di luar? Siapa yang tahu?
Tapi mengingat saudara kembarnya yang hampir menangis saat ia pergi membuatnya tak tega untuk meninggalkan rumah.
"kau akan pergi hari ini?" [name] datang dengan membawa perlengkapan lain untuk Tobio, wajahnya terlihat sendu, biasanya ia akan senang saat Tobio pergi untuk membeli sesuatu atau saat Tobio mengikuti Camp Pelatihan. Tapi mengetahui dia akan pergi sangat lama rasanya berbeda baginya.
"kau memang seorang maniak voli."
"hah?! Apa itu masalahmu?"
"tentu saja! Aku tak yakin kau dapat tinggal tanpa bantuan Miwa-nee di sana."
"aku sudah dewasa! Aku bisa mengurus diriku sendiri."
"bangun tidur saja harus kusiram wajahmu."
Dan saat Miwa tiba, tentu mereka berdua sedang melakukan tradisi mereka. Apa lagi selain bertengkar? Tapi untuk kali ini ia membiarkan mereka karena sepertinya ini akan menjadi pertengkaran terakhir mereka sebelum Tobio pergi.
"aku akan menunjukkan padamu aku bisa bertahan disana sendiri!"
"kuharap petugas menyiram wajahmu disana!"
"mana ada yang akan melakukannya disana, boge!"
"tentu dengan kepala ngantukmu mereka akan melakukannya!"
Dia tak dapat berhenti tersenyum mengingat pertengkaran terakhir mereka di rumah. Apa [name] tetap menjadi saudara kembar yang ia kenal? Apa mereka akan bertengkar seperti biasa lagi?
Setelah perjalanan panjang akhirnya ia tiba di depan rumahnya dengan tulisan "Kageyama" di pintu. Tapi ia ragu tak akan ada yang membukakan pintu dan berakhir ia tidur di luar seperti saat Miwa marah besar pada si kembar dan akhirnya mengunci mereka di luar tapi karena mereka tetap bertengkar, ia takut mereka akan mengganggu tetangga dan membiarkan mereka masuk dengan syarat tak bertengkar lagi.
Ia mengetuk pintu dan menunggu respon dari dalam. Tak ada respon dalam beberapa saat tapi suara langkah dari dalam terdengar mendekat dan akhirnya suara kunci terbuka terdengar. Siapa yang terjaga di tengah malam seperti ini?
Pintu dibuka dengan [name] yang mengucek matanya dengan wajah mengantuk.
"oh, kau pulang? Kenapa kau harus pulang selarut ini?!"
"memangnya aku bisa memaksa pilot untuk terbang lebih awal?! Dan kenapa kau tak tidur disaat seperti ini?"
"siapa yang akan membukakan pintu saat kau pulang, boge-nii?! Kau ingin tidur di luar seperti kucing jalanan?!"
Dari arah belakang Miwa tiba setelah mendengar suara dari arah ruang tamu. Dari melihat tinggi dan gaya rambutnya saja ia sudah mengenalinya. Jangan lupa siapa yang dapat membuat [name] mengeluarkan ocehannya selain Tobio? Tentu ia senang adiknya kembali dengan selamat apalagi mereka berpisah sangat lama.
"selamat datang kembali, Tobio. Bagaimana dengan pertandingannya? Kau terlihat menikmatinya."
"ya, maaf pulang terlalu larut dan membangunkanmu, nee-chan."
"tak apa, [name] bahkan tak sabar kau pulang sampai rela terjaga hingga sekarang."
"hei! Mana ada! Jika aku tertidur siapa yang akan membukakan pintu untuknya?"
"tapi kau merindukan Tobio, kan? Mengakulah setelah kau bersemangat saat Tobio menghubungiku."
[name] akhirnya membuang muka karena dia memang merindukan saudara kembarnya. Ia berfikir, aneh saja jika Tobio mengetahui hal ini setelah ocehan yang [name] berikan padanya.
"bagaimana dengan besok kita merayakan kembalinya Tobio? Kalau begitu beristirahatlah untuk malam ini. Kau pasti kelelahan setelah perjalanan panjang, kan? [name], kembali tidur."
Miwa berjalan pergi meninggalkan kedua adik kembarnya sendiri di ruang tamu, membiarkan mereka terbiasa satu sama lain seperti biasa. Ia tak dapat melihat kedua adiknya yang canggung dan seperti tak mengenal satu sama lain setelah lama tak bertemu.
Tapi dengan ocehan [name] dan Tobio yang akhirnya terdengar, sepertinya ia tak perlu khawatir lagi.
"Miwa-nee, Tobio lupa membawa handuk kembali!"
"tentu aku tak bisa mengambilnya saat petugas mencucinya! Lagipula aku akan kembali lagi kesana."
"kalau begitu jangan memakai handuk disini."
"mana bisa!"
Setelah keduanya berhenti bertengkar dan [name] yang sudah tertidur pulas, Tobio berjalan kembali ke ruang tamu dan mencari sesuatu yang dapat ia makan setelah perjalanan kembali. Ia mengecek kulkas yang penuh dengan bahan makanan dan beberapa pudding yang ia tahu itu milik [name] dan tepat saat itu Miwa datang.
"kau tak tidur?"
"aku lapar."
"kau memang tak berubah. Seharusnya kau meminta maaf pada [name] tadi."
"hm?"
"saat kau pergi, [name] mengunci dirinya di dalam kamar seharian. Tak seperti biasanya, ia menjadi jarang mengoceh bahkan tentang dirimu."
Dan Tobio rasanya bersalah membiarkan [name] sendiri terutama saat Miwa pergi bekerja. Biasanya mereka akan bertengkar atau hanya sekedar berbincang ringan soal kejadian yang mereka lihat seperti Hinata yang tersangkut di net, Tsukishima yang masih mengompori mereka bahkan setelah lulus dari SMA, atau hal hal lain.
Namun Miwa kaget saat Tobio akhirnya menutup kulkas dan berjalan pergi. Tapi sepertinya itu bukan hal yang bagus.
"[name], kau-..."
"setidaknya ketuk pintu kamarku terlebih dahulu! Kau membuatku jantungan!"
"salahmu sendiri membiarkan pintu kamarmu terbuka!" tapi dia ingat ini bukan saatnya untuk bertengkar dan membuat adiknya jengkel.
"maaf." singkat namun menusuk tepat di hati [name]. Untuk pertama kalinya Tobio meminta maaf tanpa alasan yang jelas.
"untuk apa kau meminta maaf?"
"karena... Aku membuatmu khawatir?"
"tch, boge-nii."
"sikapmu terlihat seperti kau sering bersama Tsukishima."
"kau pergi selama berbulan bulan dan kau datang di tengah malam. Bagaimana aku tak khawatir?"
Tenang, Miwa masih mengawasi kedua adiknya takut takut mereka akan kembali melakukan tradisi mereka.
Dia pastinya akan merindukan ocehan adiknya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boge-Twin! [Kageyama x Twin!Reader]
Random"boge!! sudah kubilang jangan kemari, boge!"--Kageyama "ya tak usah berteriak juga, boge!"--[name] "apa katamu boge, hah? dasar adik boge!"--Kageyama "kau kakak terboge yang pernah kupunya!"--[name] "kau hanya punya satu kakak, boge!"--Kageyama "BOG...